Terjebak dengan sang CEO
Penulis:RICHA SEHGAL
GenreMiliarder
Terjebak dengan sang CEO
Lobi di lantai pertama gedung Grup Setiawan terlihat kosong. Lala langsung naik lift ke lantai 28, lantai di mana kantor presiden berada. Ketika pintu lift terbuka di lantai yang ditujunya, terdengar Mikael yang sedang berbicara kepada wartawan, "Saya akan bertunangan dengan Nona Sarah, putri presiden Grup Ferdina dalam waktu dekat. Saya sangat berterima kasih atas doa yang Anda berikan. Terima kasih!"
Ia akan... bertunangan dengan Nona Sarah... putri presiden Grup Ferdina dalam waktu dekat! Sarah? Sahabat dekatnya selama 11 tahun terakhir?
Mendengar hal itu seakan satu bom lagi dijatuhkan tepat pada Lala. Zulfikar yang datang bersama Lala merasa geram mendengar perkataan Mikael dan berniat memukulnya.
Lala menarik keras ujung baju Zulfikar demi meminta agar ia tetap tenang, ia gelengkan kepalanya kepada Zulfikar sebagai tanda bahwa ia ingin mendengar lebih jauh apa yang akan dikatakan Mikael.
"Tuan Gabian, sebelumnya dikabarkan bahwa Anda berpacaran dengan Lala, putri Chairil. Namun kini Anda mengumumkan akan bertunangan dengan Nona Sarah. Dapatkah Anda menjelaskannya?"
Mikael telah menjadi seorang Manajer Umum di Grup Setiawan pada usia yang masih muda, 24 tahun, yang menjadikannya berada di antara bujangan idaman bagi komunitas kelas atas. Ditambah lagi dengan penampilannya yang terpelajar, sikapnya yang halus dan lembut menjadikannya semakin populer di kalangan para wanita. Bukankah itu juga yang menjadi alasan Lala menyukainya dari awal?
"Ya, kami memang berpacaran. Tapi kami sudah lama putus." Jawab Mikael kepada wartawan, tetap konsisten dengan ekspresi wajah dan nada suara yang lembut.
Meskipun apa yang disampaikan Mikael benar adanya, namun tak bisa dipungkiri perkataan itu menusuk hati Lala dengan tajam.
Tiba-tiba Lala teringat kejadian di pesta kemarin, saat di mana ia merasa tidak enak badan setelah meminum segelas anggur merah yang diberikan Mikael kepada dirinya dan Sarah yang mengantarkannya ke lantai atas.
"Hahaha..." Suara tawa sinis yang sangat keras terdengar dari belakang ketika para wartawan sedang mengambil gambar Mikael dari dekat.
Semua orang pun menoleh mencari tahu asal suara tawa sinis itu dan menemukan seorang wanita yang terlihat tidak asing bagi mereka.
"Lala! Ia Lala! Putri kesayangan Chairil!" Seorang wartawan senior mengenali Lala. Dalam sekejap semua wartawan berkumpul di sekitar Lala.
Wajah Mikael terlihat kurang senang ketika melihat Lala. Kenapa ia ada di sini? Ke mana ia setelah meminum anggur merah yang kuberikan kemarin? Sesungguhnya Mikael tidak memiliki perasaan apa pun kepada Lala. Yang ia inginkan hanyalah tubuh Lala, dan kemarin ia hampir berhasil mendapatkannya. Namun ia tidak dapat menemukan Lala lagi setelah kembali dari menyapa Chairil, sungguh sebuah kesempatan bagus yang terbuang sia-sia. Sialan!
"Nona Setiawan, kenapa Anda tertawa?"
"Nona Setiawan, apakah Anda tahu sesuatu tentang kejadian yang dituduhkan pada Presiden Setiawan?"
"Apa yang menjadi sebab putusnya Anda dengan Manajer Umum Gabian?"
Para wartawan terus mendesaknya dengan berbagai macam pertanyaan. Lala tidak mengeluarkan sepatah kata pun, ia hanya melontarkan tatapan memusuhi kepada Mikael yang terlihat tidak senang dengan kehadirannya di sini.
Mikael tidak berusaha memberikan penjelasan apa pun. Dapatkah Lala menarik kesimpulan bahwa Mikael dan Yakub telah merampok Grup Setiawan dari ayahnya, bertunangan dengan sahabat baiknya dan meninggalkannya tanpa memiliki apa-apa?
Lala tidak dapat menyalahkan siapa pun atas kejadian ini, bahkan Zulfikar telah memperingatkannya tentang Sarah dan dia mengabaikannya.
"Apa yang kalian ingin tahu? Aku akan memberitahu kalian semuanya. Kenapa kami putus? Tahukah kalian panggilan apa yang aku berikan kepada Mikael? Gabian Tiga Detik! Ya, ia hanya mampu bertahan sebentar di tempat tidur. Sebuah apel Sodom. Dan Sarah adalah seorang perusak hubungan, ia berselingkuh dengan Mikael yang masih berpacaran denganku. Sekarang mereka bersekongkol untuk menjebak ayahku demi menguasai Grup Setiawan. Sejak detik ini, mereka adalah musuhku!"
Semuanya hening beberapa detik setelah Lala selesai berbicara. Mikael hanya menatapnya dengan ekspresi wajah yang ditekuk. Sebagian dari apa yang dikatakan Lala adalah benar adanya. Dan berani sekali ia memanggilnya dengan sebutan Gabian Tiga Detik? Mereka telah bersama selama tiga tahun. Mikael merasa ia seharusnya meniduri Lala ketika ada kesempatan, untuk membuktikan apakah dirinya memang hanya dapat bertahan selama 3 detik saja di ranjang.
"Lala, aku mengerti perasaanmu saat ini. Namun, tidak ada gunanya kamu membuat keributan seperti ini.. Bukti-bukti atas tindakan yang telah Paman Setiawan lakukan telah dipaparkan. Aku dan ayahku juga kecewa atas kejadian ini. Dan tentang Sarah..." Mikael berusaha mengembalikan suasana hatinya dan melanjutkan perkataannya dengan suara dan nada yang lembut. Belum sempat ia menyelesaikan perkataannya, Lala pergi ke ruang presiden bersama Zulfikar, tanpa mengindahkannya sedikit pun.
Setelah kepergian Lala, para wartawan kembali memfokuskan wawancaranya kepada Mikael.
Di ruang presiden.
Zulfikar tidak ikut masuk ke ruangan itu Ia lebih memilih menunggu di luar demi memberi privasi untuk Lala dan ayahnya.
Lala mendorong pintu dengan pelan dan berjalan memasuki ruangan. Chairil terlihat duduk di belakang meja, dahinya bersandar pada telapak tangan kanannya, matanya tertutup, tenggelam dalam kecamuk yang ada di dalam benaknya.
"Ayah..."
"Lala, kamu di sini." Chairil berusaha tersenyum, membuat Lala ingin menangis melihat senyum ayahnya yang dipaksakan itu, yang membuat wajah ayahnya terlihat lebih jelek daripada saat menangis.
"Jangan sedih Ayah. Nenek dan aku akan tetap menemanimu oke?" Lala berusaha terdengar tenang dan santai, namun usahanya gagal ketika melihat beberapa uban di kepala ayahnya, ia menangis terisak.
Tiba-tiba ia tersadar, betapa ia telah menjadi anak yang tidak berbakti, ayahnya telah mencurahkan segalanya untuk memberinya kehidupan yang nyaman, namun ia tak pernah sedikit pun berusaha membalas atau meringankan beban ayahnya.
"Lala, aku tidak lagi bisa memberikan apa yang kamu inginkan di masa yang akan datang..." Chairil menatap data di layar komputer, yang seakan meluncurkan pisau tajam yang menyayat hatinya.
"Ayah, aku tidak akan meminta apa-apa lagi. Aku hanya berharap Ayah, nenek dan aku bisa hidup bersama dengan damai." Lala menghampiri ayahnya, dan dengan lembut memeluk pria yang telah membesarkannya sejak lahir itu.
Melihat kedewasaan yang ditampilkan putrinya, Chairil menepuk punggung tangan Lala, ia merasa lebih tenang sekarang. Kemudian Chairil berdiri dan mengemasi barang-barang miliknya, ia pun pergi ke luar ruangan bersama Lala.
Chairil dan Lala keluar dari ruangan bersama-sama, sementara Mikael sudah tidak terlihat lagi. Para wartawan masih berkerumun menunggu mereka. Mereka pun bergegas menghampiri begitu melihat Chairil dan putrinya keluar dari ruang presiden.
"Tuan Setiawan, apakah ada yang ingin Anda sampaikan perihal semua tuduhan itu?"
"Tuan Setiawan, Tuan. Gabian mengatakan bahwa dia tidak akan mengajukan tuntutan atas kesalahan Anda, setelah pengunduran diri Anda dari jabatan presiden. Bagaimana menurut Anda?"
"Presiden Setiawan..."
Chairil tidak ingin mengucapkan sepatah kata pun untuk mengomentari tuduhan palsu yang diarahkan kepadanya. Tak ingin ayahnya tersiksa lebih jauh dengan pertanyaan-pertanyaan para wartawan, Lala berkata dengan penuh harga diri, "Kenapa kalian meminta ayahku mengakui hal-hal yang tidak dia lakukan? Dia telah dijebak oleh orang-orang keji itu. Suatu saat nanti akan terbukti bahwa ayahku tidak bersalah sama sekali."
"Nona Setiawan, apakah maksud Anda Yakub adalah seseorang yang keji?" Desak seorang reporter mengejar penjelasan Lala demi bahan pemberitaan yang lebih menarik.
"Saya pikir apa yang saya katakan sudah cukup jelas. Kalian akan mengetahui kebenarannya suatu saat nanti." Meskipun hanya tahu sedikit tentang bisnis Grup Setiawan, namun Lala tidak akan segan dan diam saja ketika ada orang berkata semaunya tentang ayahnya. Yakub, Mikael dan Sarah, kita lihat saja akan seperti apa nantinya! Melihat kegigihan di wajah mungil seorang wanita, yang sedang diwawancara di televisi, seorang pria tersenyum.
"Bos, Grup Setiawan telah dialihkan. Apakah kita akan tetap mengakuisisi Grup Setiawan sebagaimana sudah direncanakan?" Sang asisten, Johan Mustafa memeriksa informasi yang baru saja diterimanya. Segala sesuatunya telah sesuai rencana, kecuali pengalihan ini.