Melihat musuh bebuyutannya yang bersenang-senang dan memamerkan kasih sayang antara dirinya dengan suaminya, membuat Lala kehilangan selera makannya.

Ia berhenti memakan buburnya, padahal ia baru makan sedikit. Kemudian ia naik tangga menuju lantai atas.

Tidak ada satu orangpun yang memperhatikan atau bahkan mempedulikannya, baik di lantai bawah maupun di lantai atas.

Sambil mengeringkan air matanya dalam keheningan, Lala mencoba menghubungi Tamara. Banyak sekali telepon dari Tamara yang tidak ia angkat pada bulan itu, karena Lala pun sedang tidak punya suasana hati yang cukup baik untuk mengangkatnya.

"Puji Tuhan, Lala, akhirnya kamu menelepon balik! Belakangan ini kamu sibuk apa?" Tamara sedang berjalan mengitari untuk pemeriksaan di dalam sebuah mall. Sesaat setelah melihat panggilan masuk dari Lala, ia bersembunyi untuk menjawab panggilan tersebut.

"Tamara, ayo ketemuan di Kafe Pohon Tua besok." kata Lala dengan suara yang tidak bersemangat, tidak lantang seperti biasanya. Tamara merasa bahwa Lala sedang dalam kondisi tidak baik, lalu ia menjawab: "Oke, besok aku akan ambil cuti. Ayo ketemuan di pagi hari."