Keesokan harinya, Lala baru bangun ketika jam berbunyi dan menunjukkan pukul 12:30 siang. Menyadari bahwa ia saat ini sudah berada di kamarnya sendiri, ia pun bingung bagaimana dirinya bisa sampai di tempat ini.

Ia mengingat apa yang telah terjadi tadi malam tetapi tidak begitu jelas. Menyadari betapa banyak bekas memar dan gigitan di tubuhnya, Lala pun bingung dan memikirkan bagaimana cara menyembunyikannya ketika pergi bekerja nanti.

Tapi syukurlah, ia masih bisa beristirahat lebih lama hari ini, karena ia baru mulai masuk kerja pada pukul 3 sore.

Tiba-tiba ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Sebuah bayangan ingatan melintas di benaknya, menghilangkan seluruh rasa kantuk yang ia rasakan sebelumnya.

Sepertinya ia pergi ke hotel tadi malam, dan telah memeluk seorang pria yang bukan Heri...

Siapa pria itu? Lala tak dapat mengingat apa pun kecuali bayangan wajah tampan yang samar. Siapa dia?

Oh Tuhan! Bagaimana bisa hal ini terjadi! Tidak, ia harus mulai berhenti minum alkohol! Berhenti!!

Di Mal Pulau Biru.

Lala menerima panggilan telepon dari nomor yang tidak dikenalnya ketika ia sedang bekerja. "Halo selamat sore, ini dari Pengadilan Kota Daka. Silakan Anda datang ke pengadilan untuk mengambil panggilan sidang Anda!"