Heri berusaha melonggarkan cengkeraman Kartika di pinggangnya dan berbalik, berniat untuk pergi. Melihat wanita yang sedang menangis ini, ia menghela napasnya.

"Jangan menangis. Aku tak cukup berharga untuk kamu tangisi. Wanita yang angkuh sepertinya, kecuali saat sedang akting, tak akan pernah meneteskan air mata, apalagi ketika di hadapan Heri.

"Tidak, kamu cukup berharga untuk kutangisi! Kamu adalah satu-satunya pria yang kucintai, dan aku selalu mencintaimu selama ini! Kamu berharga, bahkan lebih dari sekedar air mata." Kartika berkata dengan suaranya yang pelan dan terisak. Ia tak akan pernah meninggalkan pria ini lagi! Takkan pernah!

...

Merasa sangat kecewa dan tertekan, Lala kembali ke vila. Benaknya dipenuhi oleh pertanyaan, apakah Heri akan meninggalkan dirinya dan kembali ke kekasih lamanya itu?

Apa yang harus dilakukannya? Ia seharusnya menahan diri untuk tidak bertanya apa pun tentang masa lalu Heri, sebagaimana ia tidak pernah bertanya tentang Mikael.

Melihat Lala yang sedang duduk di ruang tamu dengan tatapan kosongnya, Bibi Jana pun bertanya padanya dengan rasa penasaran, "Lala, bukankah kamu tadi memberitahuku bahwa malam ini kamu tidak akan pulang untuk makan malam?"