Heri menyipitkan matanya ke arah Lala, "Jika itu lelaki, kamu akan hancur! Tarmono Herdian dan Yosep Andino, seorang Presiden dan artis terkenal. Kamu-benar hebat!"

Lala mendorong pria itu. Heri menggigit bibirnya dan kemudian bangkit dengan enggan.

Dengan cepat Lala meluruskan pakaiannya lalu berjalan menuju pintu. Heri berbaring kembali di tempat tidurnya dan memainkan korek apinya.

Lala membuka pintu dan melihat bahwa itu adalah Kartika, wanita yang tinggal di kamar seberang. "Kenapa dia lama sekali membuka pintunya?" pikir Kartika, dengan kecurigaan yang melintas di matanya.

Rasa curiganya berlipat ganda ketika ia melihat rona merah di pipi Lala.

Pasti ada seseorang di dalam ruangan! "Aku akan memakai kamar mandimu." Kartika mendorong Lala ke samping dan langsung berusaha masuk.

Lala segera meraih lengan Kartika serta mencoba menariknya kembali. "Kamu belum mendapat izinku!" Ia menatap Kartika dengan pandangan dingin.

"Tuhan. Sepertinya tebakanku memang benar!" Kartika mengatupkan giginya dan menepis tangan Lala karena amarahnya, "Aku hanya ingin menggunakan kamar mandimu. Jangan terlalu pelit."