Hasrat Nikmat Perselingkuhan

Hasrat Nikmat Perselingkuhan

Gemoy

5.0
Komentar
150.7K
Penayangan
105
Bab

"Masukin kak... Aahhh... Aku sudah gak tahan..." Zhea mengerang. Kedua tangannya telah berpindah ke atas kedua payudaranya yang berukuran 34B dengan puting berwarna merah muda yang nampak menggemaskan ditambah dengan kulitnya yang putih mulus. Kedua tangan Zhea meremas-remas payudaranya menantikan vaginanya diterobos oleh penis milik suaminya tersebut. Permintaan tersebut tak juga digubris oleh pria yang berstatus sebagai suami dari seorang wanita yang sedang terlentang pasrah menunggu hujaman penis 10cm nya. Pria itu tetap sibuk menggesekkan penisnya yang tak kunjung berdiri sedangkan vagina milik istrinya telah sangat menantikan hujaman dari penis miliknya. "Gak berdiri lagi ya kak?" Tanya Zhea. "Gak tau nih, kok gak bisa berdiri sih" jawab Muchlis. "Ya sudah, gesek gesek saja kak.. yang penting kakak puas" ujar Zhea kepada pria berusia 34 tahun itu

Bab 1 Part 01

Zhea terlentang diatas tempat tidur dalam keadaan tanpa memakai busana apapun. Kedua kakinya dilebarkan dan kedua tangannya diletakkan diatas kasur dengan posisi sejajar dengan kepala. Matanya sendu, penuh birahi dan hasrat yang menanti untuk dipuaskan oleh seorang laki-laki bertubuh kekar dan berwajah tampan, Muchlis, yang hanya mampu menggesek-gesekkan penisnya diatas vagina Zhea yang benar benar telah basah.

"Masukin kak... Aahhh... Aku sudah gak tahan..." Zhea mengerang. Kedua tangannya telah berpindah ke atas kedua payudaranya yang berukuran 34B dengan puting berwarna merah muda yang nampak menggemaskan ditambah dengan kulitnya yang putih mulus. Kedua tangan Zhea meremas-remas payudaranya menantikan vaginanya diterobos oleh penis milik suaminya tersebut.

Permintaan tersebut tak juga digubris oleh pria yang berstatus sebagai suami dari seorang wanita yang sedang terlentang pasrah menunggu hujaman penis 10cm nya. Pria itu tetap sibuk menggesekkan penisnya yang tak kunjung berdiri sedangkan vagina milik istrinya telah sangat menantikan hujaman dari penis miliknya.

"Gak berdiri lagi ya kak?" Tanya Zhea.

"Gak tau nih, kok gak bisa berdiri sih" jawab Muchlis.

"Ya sudah, gesek gesek saja kak.. yang penting kakak puas" ujar Zhea kepada pria berusia 34 tahun itu.

Tanpa menjawab, Muchlis memposisikan penisnya tepat diatas klitoris milik Zhea yang timbul seperti kacang. Zhea hanya bisa mengerang, nikmat, namun bukan kenikmatan seperti ini yang ia harapkan. Akan tetapi, sebagai seorang istri yang baik dan berwajah polos, ia tahu bahwa ia harus berpura-pura menikmati kenikmatan yang nanggung seperti ini. Sehingga ia hanya terus mendesah sambil meremasi kedua payudaranya yang berukuran 34B seiring gesekan-gesekan antara vaginanya dan penis suaminya.

"Aku mau keluar... Aaahhhhhhhh" Muchlis melenguh bersamaan dengan tiga semburan sperma mengenai perut istrinya.

Pinggulnya berhenti bergerak, nafasnya pun terengah-engah, ia merasakan kepuasan namun tidak dengan istrinya yang memperlihatkan senyuman palsu seakan ikut merasakan kepuasan yang sama.

Muchlis berbaring disamping kiri Zhea, nafasnya masih belum stabil. Sedangkan Zhea menoleh kearahnya memperlihatkan senyuman manis dari wajahnya yang tanpa diketahui oleh Muchlis bahwa itu adalah senyuman yang menyembunyikan kekecewaan. Diusianya yang menginjak angka 26 tahun, kebutuhan pemuas syahwat adalah salah satu hal yang amat ia inginkan.

Muchlis tak berkata apapun, ia pun menoleh kearah Zhea dan membalas senyuman nya dengan senyuman juga tanpa merasa bersalah atas ketidakmampuannya dalam memberikan kepuasan seksual kepada istrinya. Kemudian dengan segera ia bangun dan berjalan menuju kamar mandi yang ada didalam kamar tidur mereka.

Zhea menghela nafas, kecewa dan sedih selalu ia rasakan tiap berhubungan intim selama satu tahun ini. Di usia pernikahan nya yang baru menginjak usia dua tahun ini ia hampir tidak pernah mendapatkan kepuasan batin yang selayaknya, kecuali hanya saat malam pertama dimana selaput daranya pertama kali diterobos oleh penis milik suaminya.

Dering notifikasi ponsel yang singkat terdengar membuat matanya yang semula menatap kearah langit-langit rumah tertuju kepada ponselnya yang ia letakkan disebelah kotak tisu yang terbuat dari manik manik berwarna biru dan putih, warna kesukaannya. Zhea meraih kotak tisu dan mengabaikan HP nya lalu mengambil beberapa lembar tisu kemudian membersihkan sperma suaminya yang berserakan diatas perutnya yang rata dan terawat.

Zhea memiringkan badannya kearah kanan. Masih dalam keadaan tak berbusana. Ia meraih ponselnya dan melihat sebuah notifikasi dari aplikasi Facebook yang memberitahu bahwa seseorang ingin menambahkannya sebagai teman. Mata Zhea terbelalak dan tubuhnya terasa bergidik melihat akun tersebut menggunakan foto profil sebuah penis yang berdiri tegak dengan gagah perkasa yang sangat berbeda jauh dengan milik suaminya yang tak pernah lagi ia melihatnya berdiri selama hampir dua tahun ini.

Zhea menoleh kearah kamar mandi dan masih terdengar suara guyuran shower. Zhea kembali menatap foto profil dari akun Facebook tersebut. Nafasnya terasa berat dan ia merasa vaginanya berkedut membuat tangan Zhea mulai menyentuh ujung klitorisnya yang seakan menciptakan aliran listrik yang membuat tubuhnya bergetar. Namun secepat itu Zhea menyadari bahwa ia sedang melakukan sebuah kesalahan bagi seorang istri. Zhea akhirnya memblokir akun tersebut dan kembali meletakkan HP nya diatas meja kecil disamping tempat tidurnya.

*****

Zhea dan Muchlis telah berencana untuk berjalan jalan ke sebuah taman wisata yang sedang jadi pembicaraan oleh banyak masyarakat disana. Zhea mengajak Muchlis pergi ke taman tersebut setelah ia mendengar pembicaraan dari ibu ibu di kompleknya saat mereka sedang belanja sayur dari gerobak Mang Bejo, si penjual sayur keliling.

Mereka berdua telah berada di sebuah stasiun kareta yang cukup megah. Perjalanan dari rumah mereka ke tempat yang mereka tuju memakan waktu yang lebih singkat apabila ditempuh dengan kereta listrik yang melintas ditengah kota. Namun tanpa mereka duga, hari ini terjadi peningkatan penumpang sehingga mereka harus berdesak-desakan untuk mengantri masuk kedalam gerbong kereta.

"Pokoknya kalau kita terpisah, tetap turun di stasiun Biji Rambutan ya." Muchlis berkata dengan mendekatkan bibir ke telinga Zhea yang tertutup oleh jilbab pashmina. Zhea hanya mengangguk, matanya menjelajah ke seluruh sudut yang ia bisa jangkau dan melihat betapa penuhnya gerbong kereta nanti. Tangan Zhea menggenggam erat tangan suaminya, berharap ia tak terpisah dengan suaminya ketika didalam gerbong kereta nanti.

Beberapa menit kemudian, kereta yang mereka tunggu pun tiba. Mereka bergegas untuk masuk kedalam gerbong namun desakan penumpang dari arah belakang dan samping membuat genggaman tangan mereka terpisah hingga Zhea yang telah menginjakkan kakinya kedalam gerbong kereta terpisah dengan Muchlis yang kemungkinan masih berada diluar. Penumpang gerbong kereta yang padat membuat Muchlis tidak bisa menjangkau Zhea, begitupun sebaliknya. Ditambah tubuh Zhea yang tingginya hanya 156cm membuatnya semakin tenggelam dalam kerumunan penumpang yang saling berdesakan.

Zhea merasa kebingungan, semua handgrip diatas kepalanya telah dipenuhi oleh tangan tangan penumpang lain, sedangkan ia berada diantara pria yang sama sama mengapitnya. Penumpang kereta makin sesak, Zhea makin tenggelam dalam kerumunan penumpang yang mayoritas nya adalah laki-laki.

Kereta mulai berjalan. Akibat tidak berpegangan pada handgrip, Zhea hampir terjatuh dan tubuhnya tersandar pada tubuh kekar seorang pria dibelakangnya hingga ia benar benar menempel pada tubuh pada pria tersebut. Didepan Zhea, dua orang laki laki yang memunggunginya yang juga mundur dan membuat Zhea makin terdesak bahkan kedua payudara Zhea yang tersembunyi dibalik jilbab pashmina nya terasa menyentuh punggung pria didepannya.

Gerakan gerbong kereta membuat tubuh Zhea tidak bisa berdiri dengan stabil karena ia tidak memiliki tempat untuk berpegangan. Zhea menyadari bahwa tubuhnya benar benar bersentuhan dengan tubuh besar pria dibelakangnya dan didepannya. Sesekali Zhea merasakan tangan pria tersebut menyentuh pantatnya yang tertutup oleh gamis. Zhea menganggap itu hanyalah sebuah ketidaksengajaan sehingga ia tidak mempermasalahkan hal tersebut. Melihat tidak adanya reaksi protes ataupun perlawanan dari wanita didepannya, pria tersebut semakin intens menyentuh pantat Zhea bahkan tanpa Zhea sadari, ia membuka resletingnya dan mengeluarkan penisnya lalu menempelkannya ke pantat Zhea dari luar gamisnya. Zhea mulai risih dengan suasana tersebut, namun ia tidak berani untuk memberi perlawanan. Ia mengetahui bahwa yang ada dibelakangnya adalah seorang pria yang bertubuh besar dan perkiraan Zhea pria tersebut adalah seorang preman ataupun pria yang jahat. Zhea hanya berharap ia bisa menemukan suaminya dan berusaha menyelinap melewati kerumunan penumpang menuju tempat suaminya berada.

Zhea berjinjit untuk mencari keberadaan suaminya, namun ia membuat penis pria dibelakangnya makin terasa seperti digesek oleh pantat sekal wanita tersebut begitupun payudaranya yang juga terasa naik turun dipunggung pria didepannya. Zhea menyadari ada tonjolan yang keras yang menempel di bongkahan pantatnya dan membuat Zhea menoleh sedikit kebelakang. Ia melihat seorang pria berusia 40 tahunan berkulit putih dengan wajah yang sangar dan rambut model uppercut. Pria tersebut mengeluarkan sebilah pisau lipat dan menodongkan nya ke pinggang Zhea.

"Lu ngelawan, baju lu gua sobek" bisik pria tersebut.

Nyali Zhea menjadi ciut. Ia hanya mengangguk ketakutan dan memalingkan wajahnya kearah depan. Penis pria tersebut masih menempel di pantat Zhea dan goyangan gerbong kereta membuat penisnya seakan akan digesek oleh pantat Zhea. Beberapa kali tubuh Zhea hampir terjatuh karena ia tidak berpegangan sama sekali. Tiap kali tubuhnya terdorong kebelakang, pantatnya semakin tertekan pada penis pria dibelakangnya, dan tiap kali tubuhnya terdorong kedepan, payudaranya semakin menempel pada punggung pria didepannya. Hal ini tanpa Zhea sadari memancing birahinya.

"Aahhh" refleks, Zhea mendesah.

Bersambung

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Gemoy

Selebihnya
Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Romantis

5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Romantis

5.0

Kami berdua beberapa saat terdiam sejanak , lalu kulihat arman membuka lilitan handuk di tubuhnya, dan handuk itu terjatuh kelantai, sehingga kini Arman telanjang bulat di depanku. ''bu sebenarnya arman telah bosan hanya olah raga jari saja, sebelum arman berangkat ke Jakarta meninggalkan ibu, arman ingin mencicipi tubuh ibu'' ucap anakku sambil mendorong tubuhku sehingga aku terjatuh di atas tempat tidur. ''bruuugs'' aku tejatuh di atas tempat tidur. lalu arman langsung menerkam tubuhku , laksana harimau menerkam mangsanya , dan mencium bibirku. aku pun berontak , sekuat tenaga aku berusaha melepaskan pelukan arman. ''arman jangan nak.....ini ibumu sayang'' ucapku tapi arman terus mencium bibirku. jangan di lakukan ini ibu nak...'' ucapku lagi . Aku memekik ketika tangan arman meremas kedua buah payudaraku, aku pun masih Aku merasakan jemarinya menekan selangkanganku, sementara itu tongkatnya arman sudah benar-benar tegak berdiri. ''Kayanya ibu sudah terangsang yaa''? dia menggodaku, berbisik di telinga. Aku menggeleng lemah, ''tidaaak....,Aahkk...., lepaskan ibu nak..., aaahk.....ooughs....., cukup sayang lepaskan ibu ini dosa nak...'' aku memohon tapi tak sungguh-sungguh berusaha menghentikan perbuatan yang di lakukan anakku terhadapku. ''Jangan nak... ibu mohon.... Tapi tak lama kemudian tiba-tiba arman memangut bibirku,meredam suaraku dengan memangut bibir merahku, menghisap dengan perlahan membuatku kaget sekaligus terbawa syahwatku semakin meningkat. Oh Tuhan... dia mencium bibirku, menghisap mulutku begitu lembut, aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, Suamiku tak pernah melakukannya seenak ini, tapi dia... Aahkk... dia hanya anakku, tapi dia bisa membuatku merasa nyaman seperti ini, dan lagi............ Oohkk...oooohhkkk..... Tubuhku menggeliat! Kenapa dengan diriku ini, ciuman arman terasa begitu menyentuh, penuh perasaan dan sangat bergairah. "Aahkk... aaahhk,," Tangan itu, kumohooon jangan naik lagi, aku sudah tidak tahan lagi, Aahkk... hentikan, cairanku sudah keluar. Lidah arman anakku menari-nari, melakukan gerakan naik turun dan terkadang melingkar. Kemudian kurasakan lidahnya menyeruak masuk kedalam vaginaku, dan menari-nari di sana membuatku semakin tidak tahan. "Aaahkk... Nak....!"

Buku serupa

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku