Sepuluh menit kemudian, Lala menyadari apa yang dimaksud oleh Heri.

Di dalam vila.

"Tuan Muda, Nona, Anda berdua sudah pulang." Saat memasuki vila itu, Lala merasakan kalau ada sesuatu yang aneh dengan aura serta penampilan Bibi Jana.

Heri memegang tangannya dan membawanya masuk ke dalam aula seperti tidak ada apa pun yang terjadi. Di sebuah sofa bergaya Eropa, duduklah seorang wanita, yang tampak seperti baru berusia tiga puluh tahunan.

Ia mengenakan setelan putih dengan celana panjang longgar sebetis dan sepatu pumps model peep-toe dengan warna senada. Rambut hitamnya yang panjang terurai, memberikan tampilan yang elegan dan mulia.

Namun, alis cokelat barunya yang semi permanen nampak berkerut, dan bibirnya yang memakai lipstik merah mahal tampak menutup kaku, mengungkapkan suasana hati yang buruk.

"Ibu, ini istriku, Lala. Lala, sapalah ibuku." Heri memegang tangan Lala dengan erat, seolah sedang bersumpah.

"Ibu, apa kabar? Saya Lala." Lala merasa agak gugup, karena mengucapkan kata "ibu" terasa sedikit asing baginya, terutama sejak ibunya sendiri meninggal dunia.