"Kenapa kamu begitu tergesa-gesa? Kamu itu bukan anak kecil lagi. Bisa-bisanya kamu tersedak sewaktu minum bir?" Zulfikar menepuk punggung Lala dengan perlahan. Perbuatan ini menyinggung pria yang sedang duduk di dalam mobil.

"Zulfikar, apakah kamu mau balapan denganku?" Zulfikar merasa keringat muncul di dahinya ketika mendengar suara dingin yang tak asing di telinganya. Pemilik suara ini adalah pria yang muncul di bar beberapa malam kemarin. Dengan kata lain, suami Lala! Sembari menatap Lala dengan muka yang penuh emosi campur aduk, Zulfikar masuk ke mobil.

"Lala, jangan pura-pura mati di sana. Cepat masuk!" Setelah membuang abu rokok dari jendela mobil, Heri menarik puntung rokok, mematikannya, lalu membuang sisa rokok ke asbak yang tersedia di dekatnya.

"Wah, dia tampan sekali! Siapa nama pria tampan itu?" Lina menutup mulutnya dengan antusiasme yang tinggi, seumur hidupnya belum pernah ia melihat pria setampan itu di hadapannya. Meskipun arena sedikit gelap, orang dapat melihat siluet muka tampan pria itu.

"Wah, wah. Pria tampan, ayo kita berpesta malam ini!" Para wanita yang berkumpul di dekat pagar arena berteriak heboh.

"Lala, pria tampan itu memanggilmu. Cepat ke sana." Bahkan Lia yang biasanya pendiam menjadi bersemangat ketika melihat wajah tampan milik Heri dan mobil mewahnya.

Lala, tadinya berniat menyelinap pergi, tetapi sekarang ia hanya bisa pasrah, memutar matanya, kembali dengan langkah berat, lalu masuk ke mobil balap Heri.