"Nona Andino, tolong perhatikan sikapmu!" Heri berkata dengan pelan. Gayung bersambutnya itu hampir membuat Lala terpancing amarah.

Ia segera melepaskan dirinya dari pelukannya. Karena sikapnya tersebut, Johan hampir tidak mampu menahan tawanya, ia pun tertawa lepas. Lala memperhatikan kedua orang di luar lift yang menatapnya dengan bingung.

"Maaf, Bos Nasution, saya tersandung." Lala dengan tenang segera merapihkan seragamnya, dan bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi antara mereka bertiga. Kata-kata yang keluar dari mulutnya membuat kedua rekan kerjanya lega. Untungnya, Manajer Andino mereka, adalah orang yang cukup menghargai dirinya sendiri.

Respon yang sangat baik, kerja bagus, Lala! Heri memasukan tangannya kedalam sakunya dan memandang Lala yang secara jelas menunjukan rasa malunya. Wajahnya merah seperti kepiting rebus!

"Apa kamu akan menggunakan elevator ini?" Lala melihat kearah kedua rekannya tersebut, dan ia tersenyum lalu menjawab.

"Iya!"

Sesaat setelah keluar dari elevator, Lala sedikit menjaga jarak dari Heri dan menuju ke arah kantin. Matahari berada tepat diatas mereka, mengindikasikan bahwa saat itu adalah saat makan siang. Oleh karenanya, kantin penuh dengan pengunjung. Setelah menentukan pilihannya, Lala mengantri pada salah satu gerai.