Sang Pengantin Pengganti: Membuat Kenangan Tentang Kita
Maria tertegun dan terdiam seketika saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Ayla barusan. "Nyonya Lesmana, kenapa kamu mengatakan seperti itu? Kenapa kamu keluar sendirian tadi malam? Saat itu hujan sedang turun begitu lebat, 'kan? Cuaca di luar pasti sangat dingin. Apakah kamu tidak merasa kedinginan sama sekali?"
Ayla kemudian melihat ke luar jendela dan menjawab, "Aku baik-baik saja. Bantulah aku berdiri."
"Baik," kata Maria sambil mengangguk pada Ayla. Maria merasa sangat senang karena ini adalah pertama kalinya dia mendengar Ayla berbicara setelah berhari-hari.
Dia kemudian membantu Ayla bangun dan bangkit dari bak mandi itu dan membawanya keluar dari dalam kamar mandi Kamarnya dipenuhi dengan kepulan asap rokok, jadi Ayla tahu kalau Brian-lah yang sedang merokok sambil duduk di sofa dan meninggalkan bau asap rokok di kamarnya.
Ayla tidak mengatakan sepatah kata pun saat dia melihat Brian sedang duduk di sofa di kamarnya. Dia hanya melirik Brian sebentar, lalu bersembunyi di balik selimut tempat tidurnya. Dia tidak tahu harus omong apa dengan Brian.
Sampai sekarang, hatinya masih terasa sakit. Setiap kali dia memejamkan matanya, pemandangan dan kejadian di ruang operasi itu selalu melintas di benaknya. Di tempat yang dingin itu, dia dengan sadar, bisa merasakan bagaimana bayinya itu diambil dari perutnya langsung. Padahal Ayla bener-bener ingin mati bersama bayinya, tapi kenapa sekarang dirinya masih hidup?
"Nyonya Lesmana, kamu ingin makan apa? Katakanlah padaku, aku akan memasaknya untukmu. aku akan memasakkannya untukmu," kata Maria sambil mengatur suhu ruangan.