icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 4
Dia Berkompromi Untuk Bertahan Hidup
Jumlah Kata:1021    |    Dirilis Pada: 17/12/2021

Setelah Ayla mengganti pakaiannya dan keluar dari dalam kamar mandi, dia melihat Brian sedang duduk di sofa di luar, menunggunya keluar dari kamar mandi. Ayla melihat Brian meliriknya sekilas dengan tatapan yang dingin dan dagunya tampak menegang, tanpa mengeluarkan sepatah kata, Brian langsung beranjak dari sofa dan bergegas keluar. Ayla pun mengejar dan mengikutinya dari belakang dengan patuh.

Perjalanan mereka di dalam mobil terasa sangatlah canggung, hal ini membuat Ayla semakin merasa tersudut. Suasana di dalam Bentley berwarna perak itu terasa begitu tegang sampai-sampai Ayla hanya dapat memandang keluar jendela dan berdoa dalam hati agar perjalanan itu bisa segera berakhir.

Setiap kali dia bergeser sedikit, dia merasa dirinya gemetar, takut kalau Brian akan menariknya mendekat tanpa persetujuannya.

Sepanjang perjalanan itu terasa sangat sunyi senyap. Satu jam kemudian, mereka tiba di vila mewah milik Brian. Vila yang elegan itu memiliki tata ruang yang indah, yang hanya mampu dimiliki oleh seorang seperti Brian.

Mobil meluncur masuk ke dalam garasi lalu berhenti. Brian turun dari mobil dan memerintahkan Ayla dengan nada masam, "Turun!"

Keluarga Ginanjar juga memiliki sebuah vila, tetapi vila mereka tidak sebanding dengan vila milik Brian yang sangat besar. Dengan takut-takut Ayla mengikuti Brian di belakangnya, ia mengambil setiap langkah dengan hati-hati.

"Tuan, Anda sudah pulang." Ruben, sang kepala pengurus rumah, berlari ke arah mereka dan melirik wanita cantik di belakang Brian, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa.

Brian tidak menjawab sapaan itu. Dia langsung menuju ke ruang tamu dan duduk di sofa. Maria segera keluar dan menyajikan kopi dalam cangkir kopi yang halus dan mahal untuk Brian. "Tuan, ini kopi untuk Anda." Brian memiliki kebiasaan meminum kopi saat ini.

Brian menghirup aroma kopi yang kuat. Kopi itu terbuat dari biji kopi Jamaika kelas atas yang bermutu tinggi. Itu adalah aroma kopi favoritnya.

Sementara itu, Ayla tetap berdiri dengan gelisah. Suasana yang cukup tegang di dalam vila itu kembali mengingatkannya bahwa dia tidak pantas berada di sini. Akan tetapi, kenyataannya, dia tidak bisa melarikan diri.

Tiba-tiba, terdengar suara cangkir kopi yang terjatuh ke lantai dan pecah berkeping-keping. "Tuan!" Maria berseru dan ia segera membersihkan pecahan cangkir kopi itu, akan tetapi pekerjaannya berhenti di tengah jalan ketika Brian mengangkat tangannya.

"Kamu, kemari dan bersihkan ini!" Brian berpaling pada Ayla dan memerintahnya dengan nada yang kejam.

Ayla tersentak kaget mendengar perkataan Brian. Dia menatapnya, terperangah, tidak memercayai pendengarannya.

"Nyonya Lesmana, apa ada masalah? Apakah kamu tidak mendengar perkataanku? Atau, apakah kamu ingin mencoba menentangku?" Brian bertanya dengan nada sarkastik yang kentara.

Ayla mengerjapkan mata, lalu mengalihkan pandangannya. Bukan masalah bagi Brian, jika dirinya merasa tidak sudi, tapi laki-laki itu tetap akan membuat Ayla tunduk dan menuruti perkataannya. Lagi pula, sebelumnya Ayla juga telah melakukan hal yang sama seperti ini di rumah keluarga Ginanjar.

Bagi Ayla, itu adalah pekerjaan yang mudah untuk dia kerjakan.

Ayla perlahan membungkuk tanpa bersuara. Ia mulai mengambil serpihan-serpihan cangkir itu satu per satu dan membuang semuanya ke tempat sampah. Maria memberinya kain lap, yang kemudian digunakan Ayla untuk membersihkan lantai setelah semua potongan kaca sudah dia buang.

Matanya menyadari bahwa ada noda kopi di sepatu Brian. Dengan hati-hati, Ayla menyeka noda itu dengan kertas tisu, dia takut Brian akan menendangnya jika dia tidak menyukai tindakannya itu.

Tapi kewaspadaan itu tetap tidak menghalangi Brian untuk membencinya. Untuk wanita yang paling dia benci sepenuh hatinya, Brian tidak akan menunjukkan rasa belas kasihan.

Namun, Brian tidak dapat memahami, mengapa Ayla bisa begitu menurut padanya. Dia tidak pernah menyangka kalau Ayla akan mematuhinya tanpa mempertanyakan hal apa pun. Tiba-tiba, Brian menarik kembali kakinya, dia sedikit tidak yakin dengan apa yang sebaiknya dia lakukan.

Ayla menatap Brian, setengah takut, setengah bingung. Apakah dia telah melakukan sesuatu yang salah? Apakah Brian merasa tidak puas?

Brian mencondongkan tubuhnya ke depan dan meraih dagu Ayla, mencengkeramnya dengan kuat. "Mulai sekarang, kamu akan tinggal di sini tanpa membuat keributan sedikit pun. Kamu tidak boleh keluar rumah tanpa seizinku. Kamu juga harus bekerja mengurus segala hal yang ada di sini. Mulai dari bersih-bersih, hingga apa pun yang aku inginkan."

"Apakah perkataanku dapat dimengerti?" Brian bertanya dengan nada otoriter.

Ayla mengerti bahwa Brian ingin dia tinggal di sini sebagai pelayan, bukan sebagai Nyonya Lesmana.

"Ya." Ayla mengangguk.

"Bagus sekali!" Brian tampak senang dengan jawaban Ayla, lalu ia berdiri dan pergi dari ruangan itu.

"Tunggu, ada sesuatu yang ingin kutanyakan." Melihat Brian yang akan pergi, Ayla buru-buru menghentikannya.

Brian berpaling kembali dan berkata, "Jika kamu membutuhkan sesuatu, tanyakan saja pada Ruben atau Maria."

Brian tidak ingin berbicara dengannya lagi.

"Tidak! Bukan itu." Ayla meraih tangan Brian dan memegangnya dengan ragu sebelum berkata, "Aku bersedia melakukan apapun yang kamu minta, tetapi aku ingin melanjutkan sekolahku."

'Wanita ini ingin bersekolah?' Brian tercengang mendengar perkataan itu. Apakah yang barusan didengarnya itu sebuah lelucon?

"Kamu mau ke sekolah? Apakah kamu sedang bercanda? Kamu adalah Arlini Ginanjar, yang sekarang sudah menjadi Nyonya Lesmana. Kamu bisa mendapatkan apa pun yang kamu inginkan. Kenapa kamu ingin bersekolah? Selain itu, sejauh yang aku tahu, kamu bukanlah seorang siswa teladan." Brian mendengus.

Ayla tidak tahu apa yang harus dia katakan. Arlini mungkin saja tidak pernah peduli terhadap apapun, tetapi Ayla berbeda. Dia ingin mandiri dan mewujudkan impiannya.

"Jangan ganggu aku lagi!" Brian mendorongnya agar menjauh, kemudian berbalik dan langsung pergi.

"Tuan Lesmana." Namun, Ayla tidak mudah menyerah. Dia ingin mengikuti Brian, tetapi langkahnya dihentikan oleh Maria.

"Kamu tidak bisa naik ke lantai atas! Kamu tidak bisa naik ke lantai dua tanpa izin!" tukas Maria.

"Tidak! Kenapa?" Bagaimanapun juga, Ayla merasa dia perlu berbicara dengan Brian. Butuh begitu banyak usaha baginya untuk bisa melanjutkan pendidikan di universitas. Dia telah bekerja sepanjang liburan musim panas untuk memperoleh dan mengumpulkan biaya kuliah. Bagaimana mungkin dia bisa menyerah begitu saja?

Dia segera berlari ke atas saat Maria lengah.

Ketika Ayla menerobos masuk ke kamarnya, Brian berteriak keras. Dia sangat marah, "Siapa yang mengizinkanmu naik ke atas?"

Ayla tersentak dan menyadari, dia telah melakukan hal yang ceroboh. Seharusnya dia tidak naik ke lantai atas ini tanpa seizin Brian.

"Keluar!" Melihat Ayla masih berdiri di depan pintu, Brian kembali berteriak.

Ayla tersentak lagi pada nada bicara Brian yang tinggi. Dengan cepat Ayla menunduk dan tidak berani memandang Brian lagi. Dia hanya ingin lari dan bersembunyi dari pria itu.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Dia Hanya Seorang Wanita Pengganti2 Bab 2 Dia Benci Melihat Kemunafikannya.3 Bab 3 Dia Tidak Berhak Memilih4 Bab 4 Dia Berkompromi Untuk Bertahan Hidup5 Bab 5 Berjanji Padanya6 Bab 6 Memberinya Kesempatan7 Bab 7 Mengganggunya Secara Tidak Sengaja8 Bab 8 Wajahmu yang Cantik adalah Asetmu9 Bab 9 Hanya Dia yang Berhak Marah10 Bab 10 Dia Memiliki Wanita Lain11 Bab 11 Sengaja Mencari Masalah.12 Bab 12 Dia Masih Toby yang Dulu13 Bab 13 Harga Dirinya14 Bab 14 Pelecehan15 Bab 15 Dia Memiliki Tunangan16 Bab 16 Kebebasannya17 Bab 17 Dia Menyerah Lagi18 Bab 18 Dia Ingin Mengenalnya19 Bab 19 Mencoba Yang Terbaik Untuk Melihatnya20 Bab 20 Berpura-pura Tidak Ada yang Terjadi21 Bab 21 Harga yang Harus Dibayar22 Bab 22 Mereka Adalah Orang Yang Berbeda23 Bab 23 Dia Adalah Istriku24 Bab 24 Dia adalah Penguasa25 Bab 25 Jangan Menangis Lagi26 Bab 26 Pria Itu Adalah Mimpi Buruknya27 Bab 27 Apa Lagi yang Bisa Dia Harapkan28 Bab 28 Dia Tidak Punya Tempat Untuk Pergi29 Bab 29 Aku Mohon, Tolong Bantu Aku30 Bab 30 Dia Bersedia Melakukannya31 Bab 31 Mereka Semua Adalah Orang-Orang yang Tidak Bermoral32 Bab 32 Tugas dan Kewajiban Seorang Istri33 Bab 33 Tidak Ada Hal Lain, Selain Penghinaan34 Bab 34 Aku Tidak Bisa Mengatakan Tidak35 Bab 35 Dia Telah Kehilangan Hak untuk Mencintai Pria itu.36 Bab 36 Membuat Keputusan Demi Lala37 Bab 37 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Kendalinya38 Bab 38 Dia Tidak Menginginkan Seorang Bayi39 Bab 39 Dia Sengaja Mempersulit Ayla40 Bab 40 Kamu Adalah Istri Sahnya41 Bab 41 Dia Merasa Kasihan Kepada Ayla42 Bab 42 Dia Melakukan Semua Hal Sesuka Hatinya.43 Bab 43 Jika Ayla Bahagia, Dia Juga Akan Bahagia44 Bab 44 Jatuh Cinta Padaku Adalah Kehancuran45 Bab 45 Biarkan Dia Menyaksikan Itu Semua46 Bab 46 Menghadiri Acara Pernikahan Toby47 Bab 47 Ayla Tidak Punya Pilihan Selain Menghindar48 Bab 48 Perkataan Brian Menyentuh Hati Ayla49 Bab 49 Tidak Bisa Membayar Hutangnya50 Bab 50 Brian Tidak Demam51 Bab 51 Brian Tidak Akan Membuat Pengecualian52 Bab 52 Ayla Tidak Begitu Membenci Brian53 Bab 53 Menjadi Istrinya Yang Asli54 Bab 54 Tidak Akan Membiarkan Keinginan Mereka Tercapai55 Bab 55 Lupakan Dia56 Bab 56 Bayi Dalam Kandungannya57 Bab 57 Dia Mengira Ayla Berbohong Padanya58 Bab 58 Jangan Bilang Kalau Kamu Sudah Hamil59 Bab 59 Memaksa Ayla Mengugurkannya60 Bab 60 Upaya Terakhirnya61 Bab 61 Bersedia Kembali Padanya62 Bab 62 Aborsi63 Bab 63 Dia Berharap Mati64 Bab 64 Apa Aku Masih Hidup65 Bab 65 Hidupnya Seharusnya Sudah Berakhir66 Bab 66 Dia Tidak Pantas Untuk Menjadi Seorang Ibu67 Bab 67 Dia Sudah Putus Asa68 Bab 68 Dia Tidak Ingin Pergi Dari Sana69 Bab 69 Mencoba Untuk Melupakannya70 Bab 70 Dia Selalu Dipaksa Di Dalam Situasi Seperti Ini71 Bab 71 Ayla Mengabaikan Brian72 Bab 72 Rasa Sakit Membuatnya Mati Rasa Dan Kedinginan73 Bab 73 Dia Mabuk Tapi Tidak Membuat Adegan74 Bab 74 Apakah Anna Sedang Mencoba Untuk Pamer75 Bab 75 Dia Sedang Merencanakan Sesuatu76 Bab 76 Segelas Susu Dengan Obat Tidur77 Bab 77 Bertemu Dengan Lukas Lagi Secara Kebetulan78 Bab 78 Dia Lupa Dengan Janjinya Kepadanya79 Bab 79 Menantang Prinsipnya Sedikit Demi Sedikit80 Bab 80 Kebetulan Atau Memang Sengaja Diatur 81 Bab 81 Lukas Menyatakan Perasaannya Pada Ayla82 Bab 82 Jelmaan Iblis83 Bab 83 Lucas Terluka Karena Ayla84 Bab 84 Tidak Akan Semudah Untuk Bisa Mati85 Bab 85 Lala Hilang86 Bab 86 Babak 86 Ayla Sang Pion87 Bab 87 Kesulitan Lain88 Bab 88 Membuatnya Sulit Bertahan89 Bab 89 Ayla Tidak Ingin Menjadi Kelemahannya90 Bab 90 Apakah Tuhan sedang bermain-main dengannya 91 Bab 91 Dia Membayarnya Kembali Dengan Hidupnya92 Bab 92 Janji Mereka yang Telah Dilanggar93 Bab 93 Dia Memberikan Cintanya Pada Lala94 Bab 94 Ini Merupakan Perpisahan yang Panjang95 Bab 95 Lelaki Yang Tak Terlupakan Olehnya96 Bab 96 Cinta Tanpa Syarat97 Bab 97 Dia Tidak Ingin Bertemu Dengannya Sekarang98 Bab 98 Menanti Cintamu99 Bab 99 Itu Adalah Dia100 Bab 100 Pertemuan yang Tak Terduga