icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Sang Pengantin Pengganti: Membuat Kenangan Tentang Kita

Bab 7 Mengganggunya Secara Tidak Sengaja

Jumlah Kata:1116    |    Dirilis Pada: 17/12/2021

Ayla tidak menjawab pertanyaan teman-temannya. Karena dia tahu mereka tidak akan memahami situasi yang sedang dia hadapi, tidak peduli walau bagaimana pun dia menjelaskannya.

Kebetulan mata kuliahnya tidak terlalu padat, setelah berbincang-bincang dengan temannya, Ayla pun menghabiskan waktunya cukup lama di perpustakaan, hingga hari mulai gelap, matanya sudah mulai terasa letih. Sembari menggosok matanya, Ayla mengangkat kepalanya dan memandang sekeliling tempat itu. Hanya ada beberapa orang saja di perpustakaan sekarang. Ayla menghela napas saat dia menggeser buku-buku di hadapannya ke samping dan memijat pundaknya yang terasa pegal. Matanya melayang ke arah jam dinding, seketika membuat dia tersadar. Dia sudah terlambat pulang ke vila.

Ayla mengerutkan keningnya, 'Gawat! Hal seperti ini tidak seharusnya terjadi.'

Ayla cepat berdiri dan bergegas keluar dari sekolah dan melihat mobil yang sudah tidak asing lagi baginya, mobil itu tampak sedang menunggunya. "Pak Lukman, aku benar-benar minta maaf! Aku tidak menyadari bahwa hari sudah sesore ini."

Lukman memandangnya dengan acuh tak acuh dan berkata, "Nyonya Lesmana, silakan masuk ke dalam mobil. Tuan Lesmana sudah lama menunggu Anda di vila."

Sepanjang perjalanan, Ayla sangat gelisah. Bagaimana mungkin dia bisa sampai lupa waktu? Brian telah memintanya untuk kembali ke vila pada pukul setengah enam sore setiap hari. Tetapi pada hari pertama, dia sudah melanggar aturan itu.

Ruang tamu vila itu terlihat terang-benderang. Lampu kristal yang diimpor dari Italia tampak bersinar terang di atas kepalanya. Tapi atmosfer di dalam ruangan itu terasa sangat dingin.

Begitu Ayla melangkah memasuki ruang tamu, matanya langsung tertuju pada Brian, yang sedang duduk di sofa dan sedang merokok. Bau rokok yang kuat membuat Ayla merasa mual. Dia beberapa kali terbatuk-batuk saat bau asap rokok menusuk hidungnya. Matanya jatuh ke asbak yang sudah penuh dengan puntung rokok bekas, Ayla menggigit bibirnya. Dia memang sial hari ini. Ayla berdeham ketika dia mulai berbicara pada Brian, "Tuan Lesmana, a-aku minta maaf. Aku lupa waktu."

Brian langsung membentaknya, "Beraninya kamu mengabaikan kata-kataku?"

Brian sudah berkata dengan sangat jelas pagi ini bahwa dia harus pulang kembali tepat waktu. Tapi Ayla malah terlambat pulang sampai dua jam. Bagaimana dia bisa begitu ceroboh dan berpikir Brian akan memaafkannya hanya dengan sebuah permintaan maaf?

"Tidak. Aku jujur padamu. Aku benar-benar lupa waktu." tapi, penjelasan yang diberikan Ayla tidak terlalu berarti dan tidak akan mengubah keadaan, karena Brian sama sekali tidak memercayai perkataan Ayla.

Brian curiga bahwa Ayla dengan sengaja pulang terlambat dan sekarang dia sedang berbohong, mencari alasan untuk menghindari kemarahannya.

Meskipun Ayla baru tinggal bersama Brian selama dua hari, tapi dia sudah tahu bagaimana jalan pikiran laki-laki itu. Tapi dia tetap harus menghadapi pria yang dingin dan kejam ini terus-menerus, setiap hari, untuk sepanjang sisa hidupnya.

Brian membuang puntung rokoknya ke asbak, lalu berdiri, dan berjalan ke arah Ayla. "Siapa yang tadi kamu temui? Beritahu aku!"

Mata mereka bertemu, sementara kedua alis Ayla bertaut dengan bingung. Brian meragukannya.

"Kamu tidak perlu tahu siapa yang tadi kutemui. Kamu juga tidak akan percaya padaku walaupun aku telah berkata jujur padamu." Ayla adalah seorang wanita yang lemah, tetapi dia memiliki harga diri yang tinggi, dan dia sangat keras kepala.

"Ayo naik ke lantai atas denganku," perintah Brian dingin, lalu dia berbalik dan menaiki tangga ke lantai atas.

Ayla melirik mata Maria yang memandangnya dengan simpati. Entah kenapa, hal itu malah membuatnya merasa gugup. Dia menggigit bibirnya, lalu mengikuti Brian ke lantai atas.

Setelah Ayla tiba di kamar tidur, Brian yang sedang duduk di sofa memandangnya dan berkata, "Kamu tangguh dan juga keras kepala, Arlini. Tetapi kamu harus tahu bahwa jika kamu tidak menghormatiku, aku bisa membuat seluruh keluarga Ginanjar lenyap dari muka bumi ini."

"Aku tahu. Aku selalu tahu itu." Ayla tahu betapa berkuasanya Brian. Kalau bukan karena kekuasaannya itu, Anton tidak akan menukarnya dengan keselamatan keluarga Ginanjar.

"Kamu tahu itu? Tapi tindakan yang sudah kamu lakukan tidak mencerminkan pengetahuanmu." Brian selalu curiga kalau Ayla ingin keluar rumah karena ada pria di luar sana yang ingin ditemuinya. Keterlambatannya hari ini justru makin menguatkan keyakinan itu.

Tatapan dingin Brian membuat Ayla tanpa sadar melangkah mundur.

"Apa besok kamu masih mau pergi ke sekolah?" Brian ingin Ayla menjawab secara negatif, tetapi di sini pun, wanita itu tidak bisa memuaskannya.

"Ya, aku akan pergi." Ayla takut pada Brian dan tidak ingin Brian pergi ke sekolah untuk menyelidikinya.

Meskipun Anton telah menukar file informasi dirinya dengan Arlini, bisa saja ada satu hal yang terlewatkan. Bagaimana jika dokumen-dokumen itu membeberkan identitas aslinya?

Brian tiba-tiba mengulurkan tangan dan merobek pakaiannya, membuat Ayla tersentak kaget. Matanya yang dingin tampak memandang keindahan kulit Ayla yang putih bersih dan lembut. Kemudian dia memerintah dengan perlahan, "Pergi!, bersihkan dirimu! Jangan keluar sampai aku menyuruhmu."

Ayla menurut dengan diam dan segera pergi ke kamar mandi. Dia berdiri di tengah sebuah kamar mandi besar dan mengamati dekorasi mewah yang terpajang di kamar mandi itu. Kemudian dia menanggalkan seluruh pakaiannya dan mulai menggosok kulitnya dengan sabun. Ayla merasa bagaimanapun dia menggosok dan membersihkan tubuhnya, tubuhnya tetap terasa kotor, dia sudah tidak bisa dibersihkan lagi, dia sudah ternoda.

Dia telah mengerahkan kekuataan saat menggosok kulitnya sehingga sekarang warna kulitnya berubah menjadi kemerahan. Pembuluh darahnya bahkan bisa terlihat melalui kulitnya yang sekarang transparan.

Dia merasa sangat lelah sehingga dia seperti berbisik, "Toby, kenapa kamu belum kembali juga? Aku sudah lama menunggumu. Kamu bilang, kamu akan kembali dan membawaku pergi bersamamu, tapi kamu tidak pernah melakukannya!"

Sekarang dia malah takut, saat Toby kembali nanti, dia sudah tidak memenuhi syarat untuk bersamanya dan bersanding di sisinya. Bahkan kalaupun dia menanti kedatangan Toby, dia sudah tahu bahwa dia tidak lagi bebas karena pernikahan yang terpaksa ini.

Ketika Brian mendorong pintu kamar mandi hingga terbuka, dia mendapati Ayla yang meringkuk seperti bola dan menangis tersedu-sedu. Seluruh tubuh Ayla tampak aneh, berwarna kemerah-merahan. Brian melangkah masuk dan memeriksa Ayla dengan meletakkan tangan di bahunya. Dia menyadari bahwa Ayla mengalami demam tinggi.

Brian kembali menaruh curiga pada wanita ini, mungkin dia dengan sengaja mandi air dingin agar terkena demam tinggi. Wanita ini selalu memainkan berbagai macam trik dengannya.

"Maria!" Brian berteriak dengan keras.

Ketika Maria datang sambil berlari-lari kecil, Brian memintanya untuk membawa Ayla ke kamar tamu lain.

"Tuan, Nyonya Lesmana sedang demam tinggi. Apakah Anda ingin saya memanggil dokter?" Maria merasa sedikit khawatir.

Brian berdiri di sampingnya tanpa mengatakan apa-apa. Dia terlihat ragu-ragu selama beberapa saat.

"Toby, Toby..." Ayla terus mengigau nama itu. Dalam keadaan tidak sadar itu, dia melihat Toby. Dia melihat Toby yang datang untuk membawanya pergi bersama. Dia telah berjanji akan membawanya pergi ke tempat di mana hanya akan ada mereka berdua saja. Di sana, mereka akan hidup bersama selama-lamanya.

'Apakah wanita itu sedang memanggil-manggil nama pria lain? Siapa laki-laki itu?' Brian mengerutkan alisnya. Sambil melambaikan tangan pada Maria, Brian meninggalkan ruangan itu tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, mobilnya sudah meninggalkan vila.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Dia Hanya Seorang Wanita Pengganti2 Bab 2 Dia Benci Melihat Kemunafikannya.3 Bab 3 Dia Tidak Berhak Memilih4 Bab 4 Dia Berkompromi Untuk Bertahan Hidup5 Bab 5 Berjanji Padanya6 Bab 6 Memberinya Kesempatan7 Bab 7 Mengganggunya Secara Tidak Sengaja8 Bab 8 Wajahmu yang Cantik adalah Asetmu9 Bab 9 Hanya Dia yang Berhak Marah10 Bab 10 Dia Memiliki Wanita Lain11 Bab 11 Sengaja Mencari Masalah.12 Bab 12 Dia Masih Toby yang Dulu13 Bab 13 Harga Dirinya14 Bab 14 Pelecehan15 Bab 15 Dia Memiliki Tunangan16 Bab 16 Kebebasannya17 Bab 17 Dia Menyerah Lagi18 Bab 18 Dia Ingin Mengenalnya19 Bab 19 Mencoba Yang Terbaik Untuk Melihatnya20 Bab 20 Berpura-pura Tidak Ada yang Terjadi21 Bab 21 Harga yang Harus Dibayar22 Bab 22 Mereka Adalah Orang Yang Berbeda23 Bab 23 Dia Adalah Istriku24 Bab 24 Dia adalah Penguasa25 Bab 25 Jangan Menangis Lagi26 Bab 26 Pria Itu Adalah Mimpi Buruknya27 Bab 27 Apa Lagi yang Bisa Dia Harapkan28 Bab 28 Dia Tidak Punya Tempat Untuk Pergi29 Bab 29 Aku Mohon, Tolong Bantu Aku30 Bab 30 Dia Bersedia Melakukannya31 Bab 31 Mereka Semua Adalah Orang-Orang yang Tidak Bermoral32 Bab 32 Tugas dan Kewajiban Seorang Istri33 Bab 33 Tidak Ada Hal Lain, Selain Penghinaan34 Bab 34 Aku Tidak Bisa Mengatakan Tidak35 Bab 35 Dia Telah Kehilangan Hak untuk Mencintai Pria itu.36 Bab 36 Membuat Keputusan Demi Lala37 Bab 37 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Kendalinya38 Bab 38 Dia Tidak Menginginkan Seorang Bayi39 Bab 39 Dia Sengaja Mempersulit Ayla40 Bab 40 Kamu Adalah Istri Sahnya41 Bab 41 Dia Merasa Kasihan Kepada Ayla42 Bab 42 Dia Melakukan Semua Hal Sesuka Hatinya.43 Bab 43 Jika Ayla Bahagia, Dia Juga Akan Bahagia44 Bab 44 Jatuh Cinta Padaku Adalah Kehancuran45 Bab 45 Biarkan Dia Menyaksikan Itu Semua46 Bab 46 Menghadiri Acara Pernikahan Toby47 Bab 47 Ayla Tidak Punya Pilihan Selain Menghindar48 Bab 48 Perkataan Brian Menyentuh Hati Ayla49 Bab 49 Tidak Bisa Membayar Hutangnya50 Bab 50 Brian Tidak Demam51 Bab 51 Brian Tidak Akan Membuat Pengecualian52 Bab 52 Ayla Tidak Begitu Membenci Brian53 Bab 53 Menjadi Istrinya Yang Asli54 Bab 54 Tidak Akan Membiarkan Keinginan Mereka Tercapai55 Bab 55 Lupakan Dia56 Bab 56 Bayi Dalam Kandungannya57 Bab 57 Dia Mengira Ayla Berbohong Padanya58 Bab 58 Jangan Bilang Kalau Kamu Sudah Hamil59 Bab 59 Memaksa Ayla Mengugurkannya60 Bab 60 Upaya Terakhirnya61 Bab 61 Bersedia Kembali Padanya62 Bab 62 Aborsi63 Bab 63 Dia Berharap Mati64 Bab 64 Apa Aku Masih Hidup65 Bab 65 Hidupnya Seharusnya Sudah Berakhir66 Bab 66 Dia Tidak Pantas Untuk Menjadi Seorang Ibu67 Bab 67 Dia Sudah Putus Asa68 Bab 68 Dia Tidak Ingin Pergi Dari Sana69 Bab 69 Mencoba Untuk Melupakannya70 Bab 70 Dia Selalu Dipaksa Di Dalam Situasi Seperti Ini71 Bab 71 Ayla Mengabaikan Brian72 Bab 72 Rasa Sakit Membuatnya Mati Rasa Dan Kedinginan73 Bab 73 Dia Mabuk Tapi Tidak Membuat Adegan74 Bab 74 Apakah Anna Sedang Mencoba Untuk Pamer75 Bab 75 Dia Sedang Merencanakan Sesuatu76 Bab 76 Segelas Susu Dengan Obat Tidur77 Bab 77 Bertemu Dengan Lukas Lagi Secara Kebetulan78 Bab 78 Dia Lupa Dengan Janjinya Kepadanya79 Bab 79 Menantang Prinsipnya Sedikit Demi Sedikit80 Bab 80 Kebetulan Atau Memang Sengaja Diatur 81 Bab 81 Lukas Menyatakan Perasaannya Pada Ayla82 Bab 82 Jelmaan Iblis83 Bab 83 Lucas Terluka Karena Ayla84 Bab 84 Tidak Akan Semudah Untuk Bisa Mati85 Bab 85 Lala Hilang86 Bab 86 Babak 86 Ayla Sang Pion87 Bab 87 Kesulitan Lain88 Bab 88 Membuatnya Sulit Bertahan89 Bab 89 Ayla Tidak Ingin Menjadi Kelemahannya90 Bab 90 Apakah Tuhan sedang bermain-main dengannya 91 Bab 91 Dia Membayarnya Kembali Dengan Hidupnya92 Bab 92 Janji Mereka yang Telah Dilanggar93 Bab 93 Dia Memberikan Cintanya Pada Lala94 Bab 94 Ini Merupakan Perpisahan yang Panjang95 Bab 95 Lelaki Yang Tak Terlupakan Olehnya96 Bab 96 Cinta Tanpa Syarat97 Bab 97 Dia Tidak Ingin Bertemu Dengannya Sekarang98 Bab 98 Menanti Cintamu99 Bab 99 Itu Adalah Dia100 Bab 100 Pertemuan yang Tak Terduga