Brian berdiri di depan jendela, menghadap ke taman yang terletak di bawah. Dia sedang mengalami pergulatan batin. Ruangan itu gelap dan satu-satunya cahaya datang dari rokok menyala yang ada di antara jari-jarinya.

Rahang pria itu terkatup rapat sehingga membuat auranya terlihat lebih mendominasi.

Pikirannya melayang ke wanita yang telah dia pilih untuk menjadi istrinya. Dia tidak bisa mengerti bagaimana wanita itu memiliki pengaruh yang besar di hatinya.

Ketika Brian melihat Arlini di kedai kopi, sedang berbicara dengan pria tak dikenal, sesuatu yang tidak biasa muncul dari dalam dirinya. Yang lebih membuat Brian terkejut adalah ketika Arlini membiarkan pria itu memegang tangannya dan menyentuh rambutnya. Cara wanita itu tersenyum pada pria tak dikenal itu, membuat Brian panas.

Ponsel Brian tiba-tiba berdering. Dia melirik layar sebelum menjawab panggilan itu. "James, bagaimana perkembangannya? Apa kamu sudah mendapatkan informasi yang aku minta?"