Matahari sudah lama terbenam, dan Ayla masih setia menunggu Toby di kafe. Tapi pria itu belum datang juga.

Apakah mereka akan bertemu hari ini? Ayla sangat yakin bahwa Toby-nya akan datang. Tapi ketika Toby tidak muncul dan malam telah tiba, dia memutuskan untuk pulang. Jika Ayla tidak pergi sekarang, dia akan ketinggalan bus terakhir.

Ketika sedang bersiap-siap untuk pergi, sosok yang sangat dikenalnya masuk ke kafe, "Maafkan aku, Lala. Aku datang terlambat."

Wajah Ayla berseri-seri melihat Toby yang sedang berdiri di depannya. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Toby-nya datang. Namun senyum gadis itu hanya bertahan sebentar.

Bagaimana dia harus menjelaskan situasi yang ada pada pria itu? Ayla bahkan tidak tahu bagaimana memulai percakapan. Sebelumnya, dia telah mempersiapkan diri untuk pertemuan ini dan telah memikirkan berbagai cara untuk menjelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Tapi setelah bertemu langsung dengan Toby, dia tidak sanggup untuk memulai pembicaraan.

"Lala, kamu kenapa? Kamu terlihat tidak bahagia. Ada apa? Apa kamu sedih karena aku datang terlambat?" Toby mengulurkan tangan lalu memegang tangan Lala. Matanya dipenuhi oleh rasa khawatir, "Aku benar-benar minta maaf, Lala. Hari ini aku agak sibuk mengerjakan beberapa pekerjaan penting."

Ayla menggelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa. Aku tidak marah karena itu."