Sang Pengantin Pengganti: Membuat Kenangan Tentang Kita
Setelah minum segelas air, menghilangkan dahaganya. Ayla lalu berjalan kembali ke kamarnya Dia kemudian mengganti pakaiannya lalu berbaring di atas tempat tidurnya. Lampu di dalam kamarnya mati, jadi dia bisa melihat malam yang gelap dengan hujan yang turun cukup lebat di luar jendela dengan jelas. Bibirnya sedikit melengkung dan dia lalu memasang senyuman pahit sambil mengeluarkan sebilah pisau silet berwarna perak. Pisau silet itu berkilauan di dalam kegelapan. Tanpa keraguan sedikitpun, Ayla menekan pisau silet yang tajam itu dengan berat ke pergelangan tangannya, membuat darahnya menyembur keluar dan mengalir dalam sekejap.
Apakah luka itu membuat ayla merasa kesakitan? Dia sama sekali tidak merasakannya, bahkan sedikit rasa perih pun tidak terasa. Karena dia sudah mengalami begitu banyak penderitaan, apa yang dia lalui selama ini lebih menyakitkan daripada luka ini. Tubuhnya sudah mati rasa, dia tidak merasakan sakit sedikit pun. Saat kelopak matanya semakin berat dan mulai tertutup perlahan, dia bergumam pada dirinya sendiri, "Anakku sayang, Ibu akan segera datang melihatmu. Kita akan segera bersama lagi selamanya. Tunggu ibu di sana, ya?"
Setelah kehilangan bayinya, Ayla sudah tidak memiliki alasan untuk tetap melanjutkan kehidupannya. Dia selalu berpikir kalau anaknya berada di alam lain sendirian, pasti akan merasa kesepian. Dia harus pergi menemani anaknya yang malang itu. Terutama di saat seperti ini, malam yang gelap dengan hujan yang disertai badai dan suara gemuruh yang menggelegar. Ayla harus tetap bersama anaknya. Dia pasti akan merasa ketakutan sendirian di alam sana.
Ayla sama sekali tidak peduli tentang hal lain lagi karena dia sudah bertekad untuk mengakhiri hidupnya.