icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 5
Berjanji Padanya
Jumlah Kata:1306    |    Dirilis Pada: 17/12/2021

Brian menyipitkan kedua matanya dan berjalan ke arah Ayla. "Sejauh yang kudengar, mereka menyebutmu sebagai seseorang yang bernyali besar dan pemberani. Lalu, kenapa sekarang kamu malah ketakutan?"

"Aku... Aku hanya ingin bersekolah," Ayla tergagap, sembari tetap menundukkan kepalanya.

"Jika kamu datang ke sini hanya untuk berbicara tentang sekolah, kamu tidak perlu melakukannya. Karena hal itu tidak akan pernah terjadi." Brian tidak pernah menyangka bahwa Arlini akan meminta izin padanya untuk pergi bersekolah. Dia percaya kalau wanita ini sedang mencoba membodohinya dengan alasan bersekolah, agar dia bisa keluar dan bertemu dengan teman-temannya di luar dan berhura-hura melakukan hal apapun yang dia inginkan.

Ayla kecewa mendengar Brian menolak permintaannya itu. Tidak bisakah dia pergi bersekolah lagi? Dia akan lulus dalam waktu dua tahun. Jika Brian menolak permintaannya sekarang, impiannya tidak akan pernah tercapai. Apakah dia harus menyerah sekarang?

Melihat Ayla berdiri sembari terperangah, Brian mengabaikannya dan berjalan ke kamar mandi, berharap Ayla akan pergi begitu saja. Tapi ketika dia keluar dari kamar mandi, Ayla masih berdiri di depan pintu. Dia memang seorang wanita yang keras kepala.

Ketika menyadari bahwa Brian tidak mengacuhkannya, kepala Ayla kembali tertunduk lesu. Dengan hati yang hancur, Ayla berbalik hendak meninggalkan tempat itu.

"Tunggu!" Brian menghentikan langkahnya.

Ayla segera berbalik dan menatap Brian dengan penuh berharap. Brian terlihat sedang duduk di sofa sambil merokok, hal ini membuat Ayla merasa dirinya yang salah persepsi, seolah-olah tadi Brian sama sekali belum buka mulut dan belum mengatakan apa apa, melainkan dirinya sendirilah yang telah salah mendengar.

Mata mereka saling bertemu saat Ayla menunggu Brian mengatakan sesuatu. Namun, Brian tidak berbicara sepatah kata pun sampai rokoknya habis. Tatapannya terasa mengintimidasi hingga membuat Ayla langsung merasa ketakutan. Dia mengingatkan dirinya pada kejadian semalam. Rasanya seperti mengingat kembali sebuah mimpi buruk yang sangat sangat buruk dan dia tidak ingin hal semacam itu terulang lagi. Dia hanya ingin berlari dan bersembunyi dari Brian.

Ketika Ayla menyadari bahwa Brian tidak bermaksud mengatakan apa-apa, dia sudah berbalik untuk pergi.

"Apakah kesabaranmu hanya sampai di situ?" Brian perlahan berkata, mengejeknya. Suara Brian membuat langkah Ayla kembali terhenti.

Kali ini, Ayla tidak hanya berdiri di depan pintu. Dia berjalan ke arah Brian dan bertanya, "Jadi, apa kamu setuju?"

Brian bangkit dari duduknya dan berdiri dekat sekali dengan Ayla. Dia meraih dagu Ayla dengan ujung jarinya dan membuat Ayla menatap matanya.

"Berapa banyak pria yang sedang menunggumu di luar sana? Mengapa kamu begitu bersemangat untuk pergi keluar? Hmm?" dia bertanya pada Ayla dengan nada kasar.

"Tidak! Aku tidak tahu apa yang sedang kamu bicarakan, aku hanya ingin pergi bersekolah!" tidak peduli seberapa lemah penjelasan Ayla itu akan didengar oleh Brian, tapi Ayla tetap akan berusaha, dia tidak akan menyerah.

Ayla tahu dengan jelas orang seperti apa Arlini itu, alasan mengapa dia harus mengantikan Arlini, dan menikah dengan pria yang ada di hadapannya ini sebenarnya adalah agar dia dapat melindungi keluarga Ginanjar dan juga ayah angkatnya, Anton.

Semua yang dia lakukan sampai sekarang hanyalah untuk membalas jasa kebaikan sang ayah yang telah membesarkannya itu, tetapi dia juga tidak ingin kehilangan impiannya lagi.

"Kamu tahu, kan? Aku paling benci ditipu." kata Brian dengan nada kasar.

Ayla mengangguk kaku. Dia belum pernah berbohong pada Brian, kecuali saat dia menyembunyikan identitasnya.

"Jika aku mendapati kamu berbohong padaku, kamu bahkan tidak akan dapat membayangkan harga yang harus kamu bayar!" Brian ingin melihat seberapa jauh Arlini berani melangkah dan melakukan sesuatu dibelakangnya. Dia ingin menangkap basah Arlini dengan tangannya sendiri.

"Baiklah, aku mengerti. aku hanya akan pergi ke sekolah, kemudian pulang ke rumah ini. Aku tidak akan pergi ke tempat lain." Ayla berjanji pada Brian. Brian telah memberinya izin untuk pergi ke sekolah, tapi dia tidak bisa melanjutkan pekerjaannya. Karena sudah jelas, Brian tidak akan membolehkannya bekerja.

Brian kemudian memerintahnya, "Pergilah ke bawah sekarang!"

Dia tidak suka wanita sekotor Ayla muncul di lantai duanya, terutama di dalam kamarnya.

Ayla mengangguk kepalanya, "Terima kasih, Tuan Lesmana."

Ayla tidak berani mendekati iblis itu dan setelah itu dia pun langsung pergi tanpa bersuara.

Tidak ada perbedaan sama sekali antara tinggal di rumah keluarga Ginanjar dan tinggal dengan keluarga Lesmana. Orang tua kandungnya telah meninggalkannya sejak dia lahir. Jadi, Ayla memiliki keyakinan yang kuat bahwa dia memang ditakdirkan untuk hidup kesepian sepanjang hidupnya. Itulah mengapa dia selalu fokus untuk menggapai cita-citanya dan berusaha untuk mandiri, tanpa mengharapkan orang lain.

Brian tidak mengatakan apa-apa lagi, dia memandang Ayla yang menghilang sembari menggeretakkan giginya.

Ayla diberikan sebuah kamar kecil di lantai satu. Di dalamnya ada sebuah tempat tidur kecil dan sebuah meja, juga ada sebuah jendela yang cukup besar sehingga cahaya matahari bisa masuk dan menerangi seisi ruangan itu. Sebenarnya, kamar itu sudah lebih baik dibanding kamar yang dia tempati di rumah keluarga Ginanjar. Satu-satunya kekurangannya yang ada di rumah ini adalah dia telah kehilangan kebebasannya.

"Tuan Lesmana meminta saya untuk memberi tahu Anda, tanpa perintah darinya, Anda tidak boleh meninggalkan rumah ini. Jika Anda membutuhkan sesuatu, Anda bisa bertanya pada saya." ucap Maria dengan sopan.

"Terima kasih, Maria. Aku akan mengingatnya." Berdiri di tengah kamar, Ayla memandang sekeliling ruangan itu. Semua barang di sini bukanlah miliknya, dia tidak memiliki apapun. Sebagian besar barang-barangnya masih tertinggal di rumah tempat tinggalnya yang terdahulu, dan beberapa lainnya ada di sekolah. Dia perlu membeli beberapa barang yang akan dia perlukan, seperti pakaian misalnya.

Tapi dia tidak bisa keluar dari sini sesukanya.

Setelah beberapa saat kemudian, Maria datang kembali. Dia membawakan beberapa barang kebutuhan sehari-hari bersama dengan beberapa set pakaian baru. Ayla sama sekali tidak menyangka itu. Dia sangat lega karenanya. Dia berharap, semoga tinggal di sini tidak akan seburuk yang dia pikirkan.

Karena tidak ada yang bisa dia lakukan di kamarnya, Ayla pun pergi ke dapur untuk membantu memasak.

Maria agak terkejut melihat Ayla muncul di dapur. Dia telah mengetahui bahwa majikannya, Tuan Lesmana telah menikahi seorang wanita dari kalangan berada yang manja dan juga sombong. Tapi Nyonya Lesmana yang berdiri di hadapannya ini selain terlihat anggun, dia sama sekali tidak bertingkah seperti yang dideskripsikan itu.

Dia bahkan menyadari bahwa Ayla cukup gesit dan trampil dalam mencuci piring dan memotong sayuran, Maria bertanya, "Nyonya Lesmana, apakah Anda bisa memasak?"

Ayla menjawab sambil tersenyum, "Tidak banyak, tapi aku bisa memasak beberapa hidangan yang sederhana."

Ayla pernah belajar memasak dari para pelayan di keluarga Ginanjar.

"Apakah Anda ingin menyiapkan makan siang untuk Tuan Lesmana?" tiba-tiba Maria bertanya. Walaupun pada awalnya, dia salah persepsi mengira Nyonya Lesmana hanyalah seorang wanita kaya yang manja, mudah marah, dan tidak bisa mengerjakan apa-apa. Namun Maria sekarang dapat melihat, bahwa wanita ini sangat berbeda dengan apa yang dia pikirkan itu.

Ayla berhenti mencuci sayuran dan berbalik, memandang Maria. "Bukankah itu akan membuat Tuan Lesmana marah?"

Memang benar bahwa dia sangat takut pada Brian. Selain itu, dia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk bersekolah hanya karena dia memasak untuk Brian.

"Tidak, dia tidak akan marah. Tuan Lesmana tidak terlalu banyak berbicara dan mungkin dia terlihat agak mengintimidasi, tetapi pada kenyataannya, dia sangat mudah bergaul. Selain itu, dia tidak terlalu pilih-pilih soal makanan. Dia bahkan tidak akan menyadari perbedaannya." Maria telah bekerja di vila ini selama bertahun-tahun. Dia sangat memahami sifat dan kebiasaan majikannya, dia bahkan bisa menebak reaksi Tuan Lesmana nantinya.

Ayla mencerna dan mempertimbangkan kata-kata Maria dengan hati-hati, terutama saat dia mengatakan Brian mudah bergaul. Tampaknya hal itu sama sekali tidak berlaku bagi Ayla, hanya dengan menatap Brian saja bisa membuat sekujur tubuhnya gemetaran. Lagi pula Ayla sama sekali tidak merasa Brian pria yang mudah bergaul. Dia hanya tahu, mereka berdua tidak akan pernah akur.

Tatapannya yang dingin itu selalu membuat Ayla merasa seperti berada di dunia yang dipenuhi dengan es dan kegelapan.

Namun, selama dia tidak dengan sengaja menimbulkan kesulitan bagi dirinya sendiri, dia akan tetap mengerjakan tugasnya dengan patuh dan tidak ikut campur dalam hal yang bukan urusannya. Untuk menghindari konflik dan kemarahan Brian, dia akan mendengarkan segala perintahnya, tidak peduli apapun yang Brian ingin dia lakukan. Karena bagaimanapun, dia adalah istrinya yang telah dibeli dengan uang.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Dia Hanya Seorang Wanita Pengganti2 Bab 2 Dia Benci Melihat Kemunafikannya.3 Bab 3 Dia Tidak Berhak Memilih4 Bab 4 Dia Berkompromi Untuk Bertahan Hidup5 Bab 5 Berjanji Padanya6 Bab 6 Memberinya Kesempatan7 Bab 7 Mengganggunya Secara Tidak Sengaja8 Bab 8 Wajahmu yang Cantik adalah Asetmu9 Bab 9 Hanya Dia yang Berhak Marah10 Bab 10 Dia Memiliki Wanita Lain11 Bab 11 Sengaja Mencari Masalah.12 Bab 12 Dia Masih Toby yang Dulu13 Bab 13 Harga Dirinya14 Bab 14 Pelecehan15 Bab 15 Dia Memiliki Tunangan16 Bab 16 Kebebasannya17 Bab 17 Dia Menyerah Lagi18 Bab 18 Dia Ingin Mengenalnya19 Bab 19 Mencoba Yang Terbaik Untuk Melihatnya20 Bab 20 Berpura-pura Tidak Ada yang Terjadi21 Bab 21 Harga yang Harus Dibayar22 Bab 22 Mereka Adalah Orang Yang Berbeda23 Bab 23 Dia Adalah Istriku24 Bab 24 Dia adalah Penguasa25 Bab 25 Jangan Menangis Lagi26 Bab 26 Pria Itu Adalah Mimpi Buruknya27 Bab 27 Apa Lagi yang Bisa Dia Harapkan28 Bab 28 Dia Tidak Punya Tempat Untuk Pergi29 Bab 29 Aku Mohon, Tolong Bantu Aku30 Bab 30 Dia Bersedia Melakukannya31 Bab 31 Mereka Semua Adalah Orang-Orang yang Tidak Bermoral32 Bab 32 Tugas dan Kewajiban Seorang Istri33 Bab 33 Tidak Ada Hal Lain, Selain Penghinaan34 Bab 34 Aku Tidak Bisa Mengatakan Tidak35 Bab 35 Dia Telah Kehilangan Hak untuk Mencintai Pria itu.36 Bab 36 Membuat Keputusan Demi Lala37 Bab 37 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Kendalinya38 Bab 38 Dia Tidak Menginginkan Seorang Bayi39 Bab 39 Dia Sengaja Mempersulit Ayla40 Bab 40 Kamu Adalah Istri Sahnya41 Bab 41 Dia Merasa Kasihan Kepada Ayla42 Bab 42 Dia Melakukan Semua Hal Sesuka Hatinya.43 Bab 43 Jika Ayla Bahagia, Dia Juga Akan Bahagia44 Bab 44 Jatuh Cinta Padaku Adalah Kehancuran45 Bab 45 Biarkan Dia Menyaksikan Itu Semua46 Bab 46 Menghadiri Acara Pernikahan Toby47 Bab 47 Ayla Tidak Punya Pilihan Selain Menghindar48 Bab 48 Perkataan Brian Menyentuh Hati Ayla49 Bab 49 Tidak Bisa Membayar Hutangnya50 Bab 50 Brian Tidak Demam51 Bab 51 Brian Tidak Akan Membuat Pengecualian52 Bab 52 Ayla Tidak Begitu Membenci Brian53 Bab 53 Menjadi Istrinya Yang Asli54 Bab 54 Tidak Akan Membiarkan Keinginan Mereka Tercapai55 Bab 55 Lupakan Dia56 Bab 56 Bayi Dalam Kandungannya57 Bab 57 Dia Mengira Ayla Berbohong Padanya58 Bab 58 Jangan Bilang Kalau Kamu Sudah Hamil59 Bab 59 Memaksa Ayla Mengugurkannya60 Bab 60 Upaya Terakhirnya61 Bab 61 Bersedia Kembali Padanya62 Bab 62 Aborsi63 Bab 63 Dia Berharap Mati64 Bab 64 Apa Aku Masih Hidup65 Bab 65 Hidupnya Seharusnya Sudah Berakhir66 Bab 66 Dia Tidak Pantas Untuk Menjadi Seorang Ibu67 Bab 67 Dia Sudah Putus Asa68 Bab 68 Dia Tidak Ingin Pergi Dari Sana69 Bab 69 Mencoba Untuk Melupakannya70 Bab 70 Dia Selalu Dipaksa Di Dalam Situasi Seperti Ini71 Bab 71 Ayla Mengabaikan Brian72 Bab 72 Rasa Sakit Membuatnya Mati Rasa Dan Kedinginan73 Bab 73 Dia Mabuk Tapi Tidak Membuat Adegan74 Bab 74 Apakah Anna Sedang Mencoba Untuk Pamer75 Bab 75 Dia Sedang Merencanakan Sesuatu76 Bab 76 Segelas Susu Dengan Obat Tidur77 Bab 77 Bertemu Dengan Lukas Lagi Secara Kebetulan78 Bab 78 Dia Lupa Dengan Janjinya Kepadanya79 Bab 79 Menantang Prinsipnya Sedikit Demi Sedikit80 Bab 80 Kebetulan Atau Memang Sengaja Diatur 81 Bab 81 Lukas Menyatakan Perasaannya Pada Ayla82 Bab 82 Jelmaan Iblis83 Bab 83 Lucas Terluka Karena Ayla84 Bab 84 Tidak Akan Semudah Untuk Bisa Mati85 Bab 85 Lala Hilang86 Bab 86 Babak 86 Ayla Sang Pion87 Bab 87 Kesulitan Lain88 Bab 88 Membuatnya Sulit Bertahan89 Bab 89 Ayla Tidak Ingin Menjadi Kelemahannya90 Bab 90 Apakah Tuhan sedang bermain-main dengannya 91 Bab 91 Dia Membayarnya Kembali Dengan Hidupnya92 Bab 92 Janji Mereka yang Telah Dilanggar93 Bab 93 Dia Memberikan Cintanya Pada Lala94 Bab 94 Ini Merupakan Perpisahan yang Panjang95 Bab 95 Lelaki Yang Tak Terlupakan Olehnya96 Bab 96 Cinta Tanpa Syarat97 Bab 97 Dia Tidak Ingin Bertemu Dengannya Sekarang98 Bab 98 Menanti Cintamu99 Bab 99 Itu Adalah Dia100 Bab 100 Pertemuan yang Tak Terduga