Sang Pengantin Pengganti: Membuat Kenangan Tentang Kita
Penulis:Paramita Palastri
GenreRomantis
Sang Pengantin Pengganti: Membuat Kenangan Tentang Kita
Demam tinggi Ayla belum turun sedikitpun, hal ini membuat Maria semakin merasa khawatir. Meskipun majikannya, Tuan Lesmana tidak memberinya perintah apa pun, dia tidak punya pilihan lain selain memanggil seorang dokter untuk memeriksa Ayla.
"Dia harus disuntik untuk menurunkan demamnya yang tinggi. Kalau tidak, dia mungkin akan terkena pneumonia," ucap dokter sambil menyiapkan suntikan.
"Apakah demam Nyonya Lesmana sangat parah?" tanya Maria dengan cemas karena dia tahu majikannya Tuan Lesmana mudah meledak emosinya, dan itu hanyalah emosi sesaat saja. Tapi jika terjadi sesuatu pada Ayla, Maria juga tidak tahu harus berbuat apa nantinya. Bagaimanapun juga Nyonya Lesmana adalah istri majikannya, apalagi mereka baru saja menikah.
"Ya, ini memang agak serius. Tubuhnya sangat lemah sekarang, dia perlu istirahat yang banyak," ucap dokter. Sang dokter kemudian memberikan suntikan pada Ayla, lalu menuliskan resep obatnya.
Meskipun suhu tubuhnya sudah menurun setelah dia disuntik, namun Ayla masih belum menyadarkan diri.
Hari sudah menjelang subuh ketika Brian kembali. Dia berjalan memasuki aula vila, tapi tidak menemukan siapa pun di sana.
"Maria!" dia berteriak memanggil.
"Tuan, Anda sudah kembali," jawab Maria sembari menuruni tangga dan menghampiri Brian.
Brian mengomel dan naik ke lantai atas, lalu mendapati Ayla yang masih belum sadarkan diri, dia langsung memerintahkan, "Bawa dia ke bawah!"
"Lalu, bersihkan kamarku!" dia tidak suka ada orang lain yang menyentuh barang-barangnya.
Maria dibantu oleh Ruben, mereka membopong Ayla ke kamarnya di lantai satu.
Hari telah berganti, dan waktu sudah hampir siang hari, Ayla pun akhirnya tersadar. Dia menatap sekeliling ruangan yang dirasanya familier dan perlahan dia mengingat kembali apa yang telah terjadi tadi malam.
'Tapi, bagaimana aku bisa kembali ke kamarku?' batinnya, sembari memegangi kepalanya yang kini terasa sakit. Selain itu, dia juga merasa badannya sangat lemah.
Maria membuka pintu dan kemudian masuk. Dia melihat Ayla yang sudah sadarkan diri, lalu berkata, "Oh! Nyonya Lesmana, Anda sudah bangun. Kalau begitu, saya akan membuatkan Anda semangkuk bubur."
Tak lama kemudian, dia kembali seraya membawa semangkuk bubur di tangannya.
"Terima kasih banyak, Maria. Terima kasih telah menjagaku semalam," ucap Ayla, bagaimanapun juga dia lebih mementingkan sekolahnya dari pada kesehatannya sendiri. Dia tidak bisa pergi ke sekolah jika dia masih belum cukup vitalitas dan tenaga yang kuat.
"Tidak apa-apa, tapi Anda harus lebih berhati-hati kedepannya. Bagaimana Anda bisa mandi dengan air sedingin itu?" Maria merasa sangat ketakutan ketika Ayla menderita demam tinggi.
Ayla tersenyum tak berdaya pada Maria yang merasa khawatir terhadap dirinya. "Baik, aku akan lebih berhati-hati kedepannya," ucapnya.
Entah bagaimana Ayla masih bisa pergi ke sekolah, bahkan dengan kondisi tubuhnya yang masih lemah. Lukman mengantarkannya ke kampus dan menurunkannya di depan gerbang sekolah.
Dia yang biasanya lebih suka duduk di barisan depan, namun hari ini berbeda, dia memilih duduk di barisan belakang. Dia takut kalau dia batuk-batuk terus, itu akan mengganggu mahasiswa yang lain.
Meskipun demikian, dia masih bisa mendengar bisikan-bisikan gosip dari teman sekelasnya.
"Aku melihat Ayla datang dengan mobil mewah pagi ini. Aku juga mendengar kalau dia mendapatkan seorang pria tua yang kaya raya," kata salah satu teman sekelasnya.
"Benarkah? Bagaimana dia bisa begitu tidak tahu malu, tidur dengan dengan pria tua yang kaya? Wajahnya sangat cantik, tapi ternyata dia seorang perempuan yang materialistis," kata yang lainnya.
"Untuk apa menjadi cantik?" seseorang berkata dengan nada mengejek.
"Jika kamu tidak punya uang, maka wajahmu yang cantik itu adalah asetmu!" jawab seseorang lainnya.
Ayla sangat terkejut saat melihat teman sekelasnya menganggap dirinya serendah itu. Baru dua hari saja sejak dia diantar oleh mobil mewah ke sekolahnya. Tetapi sudah banyak mahasiswa yang memandangnya dengan tatapan aneh. Ini sudah jelas bahwa di masa depan, dia akan mendengar lebih banyak gosip miring mengenai dirinya.
Saat jam istirahat makan siang, Ayla merasa tidak enak badan dan dia juga kehilangan nafsu makannya. Jadi, dia memutuskan untuk kembali ke asramanya untuk beristirahat di sana.
Veronica Wongso, salah satu teman sekamarnya, melihatnya berbaring di tempat tidur dengan wajah yang pucat. dia pun bertanya dengan cemas, "Ayla, apakah kamu baik-baik saja?"
"Iya, aku baik-baik saja, Ver. Aku hanya merasa sedikit mual. Jadi aku ke sini untuk istirahat," jawab Ayla. dia tersenyum lemah pada teman sekamarnya itu.
Veronica kemudian menuangkan segelas air dan memberikannya pada Ayla, "Minumlah sedikit air."
"Terima kasih." Ayla menjawab seraya mengambil gelas dari tangan temannya. Di asrama ini hanya Veronica saja yang selalu bersikap sangat baik terhadapnya.
"Ver, kamu tidak perlu mencemaskannya, mungkin dia kelelahan setelah mengalami malam yang berat melayani prianya kemarin malam. Mungkin juga itu alasan mengapa dia merasa begitu lelah sekarang." ucap Lisa Gutama dengan jijik, dia paling tidak suka wanita seperti Ayla, yang menggunakan kecantikannya untuk memiliki sesuatu.
"Lisa, bagaimana kamu bisa berbicara seperti itu terhadap Ayla? Ayla sedang sakit, mukanya pucat pasi." Veronica melototi Lisa dan membela Ayla.
Lisa hanya terkekeh, "Tentu saja. Siapa tahu dia tertular penyakit dari pria itu. Dia terlalu tidak berhati-hati dengan kehidupan pribadinya. Lebih baik kamu menjauhi dia," ucap Lisa sembari mendengus kemudian meninggalkan asrama itu begitu saja.
Melihat wajah Ayla yang semakin pucat, Veronica kemudian menghampirinya dan menghibur Ayla dengan berkata, "Aku percaya padamu, kamu bukan orang seperti itu.".
"Terima kasih sudah memercayaiku," ucap Ayla. Ayla adalah seorang wanita yang introvert dan tidak pandai bersosialisasi. Dia tidak memiliki banyak sahabat di sekolahnya, hanya Veronica saja satu-satunya orang yang mau berbicara dengannya.
Hari sudah sore ketika Brian turun dari kamarnya di lantai dua, "Di mana dia, Maria?"
"Dia pergi ke sekolah," jawab Maria dengan jujur.
"Oh?" ucap Brian, rahangnya mengeras. Itu berarti Ayla hanya bermain-main dengannya tadi malam. 'Dia sudah cukup kuat untuk pergi ke sekolah hari ini? Apakah dia pergi untuk menemui laki-laki itu? Toby?'.
"Tuan, Nyonya Lesmana tadi pagi pergi dengan tergesa-gesa dan lupa meminum obatnya. Bolehkah aku mengirimkan obatnya padanya?" tanya Maria dengan sangat hati-hati. Dia takut jika majikannya, Tuan Lesmana akan marah. Tetapi kalau Nyonya Lesmana tidak minum obat, dia akan jatuh sakit lagi.
"Tidak perlu," ucap Brian, dengan gerakan tangan yang meremehkan. 'Dia sudah ada pria lain yang merawatnya. Tidak perlu terlalu memerhatikannya. Wanita ini sungguh berani melanggar aturan yang dia buat lagi dan lagi. Selama ini, dia sudah terlalu baik terhadapnya. Tapi sekarang, dia merasa kebaikannya itu sudah lebih dari cukup.
"Tapi, Tuan... Nyonya Lesmana..." Maria ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi dia mengurungkan niatnya ketika dia melihat Brian memelototinya.