Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Suamiku Nakal dan Liar

Suamiku Nakal dan Liar

Juliana

5.0
Komentar
190.2K
Penayangan
274
Bab

Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.

Bab 1 Part 1

Siapa yang tahu isi hati seorang.

Pepatah mengatakan dalam laut dapat ditebak dalam hati siapa yang tahu.

Begitulah kisah ini bermula siapa sangka suamiku yang begitu setia punya hasrat kepada wanita lain.

Apa salahku? Tidak. Aku sudah cukup sempurna.

Lalu apa?

Ah...ku pikir memang laki-laki semua sama.

Tapi suamiku tetaplah yang terbaik walau sudah berapa wanita yang dia tiduri aku tak peduli karena aku sadar aku tak benar-benar sanggup melayaninya sendiri atau memang suamiku yang terlalu perkasa.Yang pasti aku mencintainya.

Alkisah, pagi yang cerah di salah satu sudut Kota Jakarta.

“Selamat pagi, mama.”sapa suamiku

“Pagi Pah!”Jawabku.

“Gimana Mah udah siap?”tanya suamiku.

“Sebenarnya Mamah ragu Pah, tapi mau bagaimana lagi, Papah harus tugas ke sana ya Mama ikut aja.”jawabku sekenanya.

“Tiga hari lagi Papa pulang kok Ma.”balas Suamiku.

Tak beberapa lama taksi yang dipesan suamiku datang.

“Yaudah hati-hati yah Pa!”sambil ku lambaikan tanganku.

Ku lihat suamiku masuk ke dalam taksi dan segera berlalu dari hadapanku.

Hari ini memang adalah hari dimana suamiku harus pergi dinas ke luar pulau. Maklumlah sebagai salah satu Pejabat di kementrian sosial mengharuskan suamiku harus sering pergi ke daerah-daerah tertinggal.

Eit..sebelum lanjut lebih dalam, perkenalkan namaku Revita Sari Puspitasari, seorang istri dari seorang suami bernama Wijaya Saputra. Saat ini aku berumur 24 tahun masih mudakan? Selisih usia dengan suamiku terpaut tahun. Aku jelas masih sangat cantik dan tentu saja dengan PD aku bisa mengatakan bahwa aku dianugerahi tubuh dan wajah yang nyaris sempurna. Meski terlahir dari keluarga Jawa, aku memiliki kulit kuning langsat dan mulus serta onderdil yang bisa dibilang wow. Bokong seksi membulat dan payudara ukuran 36D dengan tinggi badan 172 cm,, berat badan idealah.

Suamiku sendiri bisa dibilang seorang lelaki yang tampan. Badannya kekar berotot. Tinggi badan 175 cm. Sebenarnya lebih cocok jadi model menurutku. Ssatu hal yang jelas aku selalu kangen dengan suamiku ini bukan hanya karena kehangatannya tapi karena layanan di ranjang benar-benar hebat ditambah dengan penis suamiku yang terbilang besar dan panjang menurutku. Pernah iseng selepas kami bercinta ku ukur penisnya panjangnya hampir 19 cm dan diameter 5 cm. Hmmm...benar-benar besar menurutku dibandingkan dengan beberapa penis yang pernah aku lihat di film-film porno.

“Yah harus sendirian lagi nih. Mana Bi Imah sedang pulang kampung.”gerutuku.

Mengenai kehidupan kami, kami merupakan orang yang cukup berpenghasilan. Namun, suamiku sendiri lebih suka hidup sederhana. Meskipun, dia bekerja sebagai pegawai di pemerintahan sebenarnya warisan keluarga suamiku sangat banyak ditambah aku sendiri sebenarnya juga mempunyai usaha butik di beberapa mall di Jakarta ini. Kami sendiri tinggal di sebuah perumahan di pinggiran Jakarta, tidak besar memang rumah berukuran 120 m persegi berlantai 2. 3 kamar dibawah 2 kamar seingkali tak terpakai 1 kamar merupakan kamar pembantu, kamar Bi Imah Sedangkan lantai atas terdapat 2 kamar serta balkon yang cukup lapang. Maklumlah kami berkeinginan punya banyak anak. Namun, menginjak usia kedua pernikahan, kami masih belum diberi momongan.

Tiga hari kemudian.

“Mama, Papa pulang!”suamiku berteriak dari luar rumah.

Memang suamiku punya kebiasaan seperti itu, sehingga seringkali aku malu dengan tetangga.

“Muach...”suamiku menciumku.

“Ih nakal deh.”sambil ku cubit perutnya.

“Aduduh...”jerit suamiku kesakitan.

“Sini Pah duduk dulu. Mama bikinin minum yah Pa.”kemudian aku segera ke dapur dan membuat minuman untuk suamiku.

Ku lihat suamiku kecapekan, dia duduk sambil merebahkan badannya di kursi sambil memegang remote mencari saluran TV yang cocok.

“Nih Pa.”Sambil ku uluran segelas es jeruk untuk suamiku.

Tanpa menunggu lama langsung diseruput bergitu saja.

“Ah...segar!”suamiku nampak puas.

“Mah, papa mau cerita deh.”ujar suamiku serius.

“Apaan sih Pa kayaknya serius banget?”tanyaku.

“Kemarinkan Papa tugas ke Lampung eh disana Papa ketemu Pak Dhe Jarwo, kakaknya Bapak.”cerita suamiku.

“Terus terus?”aku semakin kepo.

“Nah, diakan punya anak perempuan semata wayang baru lulus SMA rencananya mau kuliah di Jakarta. Aku minta aja dia tinggal disini daripada haris nge kos

atau kontrak lagian kita juga punya kamar kosongkan di bawah.”ujar suamiku.

“Mama sih gak masalah Pa, lagian Mama jadi ada temennya kalo Papa pergi dinas.”jawabku.

“Yaudah Papa sekarang mandi dulu udah sore nih, dan mmmm.....”sengaja aku berlama-lama.”

“Mmmmm....apa sih Ma?”tanya suamiku.

“Ada deh...”sambil mengerling nakal.

Suamiku sendiri sendiri paham maksudku tapi pura-pura tetep biasa saja.

“Iya entarlah lihat aja.”jawabnya.

Menjelang malam. Aku dan suamiku bersiap makan malam. Terdengar ada suara bel berbunyi.

“Ting tong ting tong.”

“Siapa yah Pa?”tanyaku.

“Bentar papa cek dulu deh Ma”jawab suamiku sambil segera menuju ke ruang depan.

Aku segera menyusul suamiku ke depan rupanya Bi Imah pulang.

“Eh rupanya Bi Imah, kirain tamu darimana. Ayo masuk sini saya bantu bawa barangnya. Papa ini gimana sih kok malah bengong?”

“Eh iya Mah sini papa bantu.”sambil meraih bawaan dari tanganku.

“Ndoro, saya mohon maaf, saya bawa cucu saya ke sini.”ujar Mbok Imah.

“Lho gapapa Mbok, mbokkan sudah seperti keluarga kami sendiri. Jadi, cucu Mbok ya keluarga kami juga.”jawabku.

Aku sendiri baru sadar rupanya di belakang Mbok imah berdiri sosok gadis remaja masih ABG. Terlihat sangat polos dimataku. Tanpa dandanan apapun, hanya memakai kaos oblong berlapis jaket sederhana dan rok sepanjang lutut.

“Sini Mar!”suruh Mbok Imah.

“Iya Mbok.”

“Ndoro ini cucu saya Marni. Terpaksa saya ajak kesini karena Bapak dan Ibunya meninggal 3 hari yang lalu kecelakaan.”cerita Mbok Imah.

“Kami turut berduka Mbok.”ujar suamiku.

“Marni, kenalkan saya Wijaya, ini istri saya Revita,”kata suamiku sambil mengenalkan aku kepadanya.

“Kamu gak usah sungkan anggap aja rumah sendiri.”imbuh suamiku.

“Ya sudah ayo masuk semuanya.”ajakku.

Malam itu, rumah kami jadi ramai sekali dengan datangnya satu lagi penghuni rumah ini. Aku sih tidak mempermasalahkan jika harus menampung 1 atau 2 orang

lagi karena memang kami serba berkecukupan. Kami berkumpul dan bercerita di ruang makan. Maklum kami tidak pernah membedakan pembantu dengan status kami.

“Marni, nanti kamu tidur di kamar yang itu yah.”sambil ku tunjuk sebuah pintu kamar di sebelah kanan.

“Iya Ndoro”jawab Marni.

“Duh Marni, jangan panggil Ndoro, mbak, tante atau gimana deh asal jangan Ndoro.”jawabku

“Iya Mbak.”jawab Marni kikuk.

Seusai makan malam. Kami beranjak ke tempat kami masing-masing. Aku dan suamiku segera beranjak ke kamar kami di lantai atas.

----

“Ssssshhhh....enak sekali Pa....”erang Revi Istriku.

Dengan gerakan semakin cepat jari-jariku semakin genjar ku kocok dalam vaginanya. Ku ciumi wajahnya dan tanganku satunya meremas-remas payudaranya

bergantian. Tidak berapa lama Istriku mengejang.

“Pa pa pa papa mamah sampai....”erangnya.

Tubuh istriku kaku mengejang kemudian melemah.

“Enakkan Ma?”tanyaku

“Pah enak banget...”jawabnya tersengal-sengal.

“Sini Pah, gantian.”

Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya.

“Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah...”. desahku menikmati blowjob istriku.

Melihat istriku semakin bernafsu menggumuli penisku aku tidak mau kalah ku tarik pinggang istriku hingga akhirnya kepalaku berada tepat di depan gua basahnya. Tanpa menunggu lama. Ku lijati bibir bawah istriku sambil sesekali ku sedot-sedot dan ku masukkan lidahku ke dalam vagina istriku. Istriku pun mendesah menggeliat-geliat meski mulutnya tersumpal penis besarku.

15 menit lebih ku rasa dalam posisi ini, terlihat istriku sudah mulai kelelahan.

“Ah ah sh shshs s...Pa... ca....pek nih penis.... Pa pa em...ang perkasa ah..... Mamah gak sanggup kalo harus gini terus.” Kata istriku sambil menoleh padaku yang masih asyik menjilati vaginanya sembil meremas bokong seksinya.

“Pa...pa...masu...kin.....aja...ah.....”tiba-tiba tubuh istriku mengejang lagi untuk kedua kalinya dan mukaku disemprot cairan kewanitaannya.

“Ah........”desah istriku puas. Pahanya mengapit kepalaku sehingga aku agak kesulitan bernafas.

Setelah jepitannya meregang segera ku balikkan badannya. Tanpa menunggu lama ku tempatkan kepala penisku tepat di bibir vagina istriku yang nampak sangat

kepayahan setelah mendapat dua kali orgasme. Pelan-pelan ku gosok kepala penisku ke bibir vagina istriku.

“Sh...ss.s.s.s.s.s.....”desahan demi desahan istriku.

Ku gosok lagi sesekali ku tekan dan ku tarik lagi bergitu berulang kali.

Desahan istriku semakin hebat.

“Ss...s....s...ss ah ah pa pa...ss ayo dima...suk...kan.....ah..”desah istriku.

Tangannya memegang pantatku seolah tidak ingin aku melepas penisku dari vaginanya dan sekali sentak amblas seluruh penisku ke dalam kemaluan istriku

disertai jeritan kecil istriku.

“Ah....”penisku tertancap sempurna.

Pelan-pelan dengan ritme pasti ku maju mundurkan penisku dalam kemaluan istriku. Sesekali ku tarik penisku hingga tinggal ujungnya saja tetap berada di

dalam vagina istriku. Kemudian ku sentak lagi hingga amblas. Hingga mentok ke dalam lebih dalam. Vagina istriku memang sempit sekali walau sudah berulang kali ku nikmati dan ke genjoti setiap saat. Namun, rasanya tetap masih sama seperti waktu pertama kali.

30 Menit dengan posisi misionary membuatku bosan, ku miringkan badan istriku, kemudian ku genjot lagi vaginanya dari samping sambil ku angkat sebelah kakinya. Ku genjot dengan frekuensi yang cepat.

“Ah....ah....ah.....”istriku mendesah.

“Ku ciumi lehernya dari samping dengan tetap menjaga frekuensi genjotanku sepuluh menit kemuadian ku rasakan ada yang mendesak keluar. Sepertinya aku sudah tidak tahan lagi. Tak beberapa lama ku semprotkan maniku ke dalam vagina istriku berbarengan dengan kejangnya istriku. Malam ini aku cukup puas. Ku peluk istriku dari belakang kemudian kami berciuman cukup lama dan akhirnya istriku tertidur.

Sementara aku sendiri seperti masih belum puas. Namun, ku lihat istriku sudah terlelap. Tidak mungkin aku tega melanjutkan lagi dengan istriku meski penisku masih ingin. Untuk menghilangkan keinginanku aku pun ke luar kamar ke lantai 1 bermaksud melihat tayangan TV di ruang tengah dengan hanya bercelana kolor tanpa CD. Aku tak mau mengganggu istriku yang terlelap jadi ku putuskan ke bawah meski pun kamar kami sendiri memiliki TV.

Ku pencat-pencet tombol remote namun tidak ada acara yang dapat menghiburku. Ku lihat jam di dinding rupanya sudah jam 01.17 pantas saja sudah sepi bergini. Pikiranku menerawang akhirnya timbul niat isengku.

“Bukankah disini ada gadis remaja cucu mbok Imah bukankah dia cukup cantik dan montok untuk ukuran anak desa seperti dia”.pikirku.

Ku matikan TV kemudian setengah berjingkat ku hampiri kamar Marni. Ku putar gagang pintu itu pelan tanpa menimbulkan suara. Aku hampir berteriak saat ku lihat Marni tidur tak berselimut dan hanya mengenakan BH dan Celana Dalam saja. Pantas saja mungkin dia gerah kepanasan karena ku lihat AC di dalam kamar tidak dinyalakan. Mungkin Marni tidak tahu cara menyalakan AC pikirku.

Ku perhatikan gadis itu dengan seksama, sempurna. Untung saja lampu tidur masih nyala sehingga dengan jelas dapat ku perhatikan lekuk-lekuk tubuh remaja ini. Dapat ku lihat dada Marni naik turun seiring dengan dia bernafas. Penisku pun mengeras lagi mengacung-ngacung ke atas hingga ke luar dari celana yang ku pakai.

Aku tak mau terburu-buru. Bisa konyol jadinya kalau samapi dia terbangun. Pelan pelan ku goyangkan badan Marni mencoba membangunkannya. Namun rupanya Marni tidak bergeming.

“Kesempatan nih.”pikirku.

Meskipun bisa dikatakan aku memiliki istri yang sempurna namun bagaimana pun aku laku-laki. Pelan-pelan ku pentangkan kaki Marni. Dalam posisi telentang tentu saja sangat mudah melakukannya. Aku segera melepas celana kolorku. Penisku seperti sudah ingin masuk ke dalam sarangnya. Namun, aku berusaha bersabar meski nafsu sudah diubun-ubun. Pelan dan pasti ku remas pelan payudara Marni yang sedang tumbuh berkembang itu. Ku naikkan BH nya tanpa melepaskannya hingga dapat ku lihat dengan jelas payudara membulat indah dengan puting susu mungil menghiasinya. Ku sedot pelan payudara Marni.

“Ah....Ss...”desah Marni

Aku sempat kaget ku pikir dia akan terbangun. Namun dugaanku salah. Marni hanya mendesah saja sesekali menggeliat. Pasti dia merasakan nikmat.

Bosan dengan payudara Marni ku geser CD marni ke samping dan hanya dapat ku lihat celah lembab dihiasi bulu halus yang sangat jarang.

“Masih perawan rupanya dia.”batinku.

Segera ku tempatkan kepala penisku di bibir kemaluan Marni. Pelan-pelan ku gosok-gosokkan kepala kemaluanku di bibir vagina Marni. Hasilnya Marni merintih dan mendesah tertahan. Untung saja Marni masih tertidur kalau tidak apa jadinya.

Ku dorong masuk ke dalam pelan. Ku lihat Marni meringis seperti kesakitan, ku dorong lagi sedikit demi sedikit akhirnya kepala penisku sudah tertanam dalam vagina Marni. Ku rasakan kepala penisku seperti di selimuti cairan. Terangsang juga dia pikirku. Akal sehatku masih menguasaiku. Sehingga aku tak melanjutkan aksiku lebih jauh.

Dengan kepala penis yang sudah dimakan vagina Marni segera ku maju mundurkan penisku hanya sampai kepalanya saja. Rasanya ternyata enak juga. Sang pemilik vagina pun ku rasa merasakan hal yang sama dengan yang ku rasa. 15 Menit aku merasa ada yang mau keluar. Baru kali ini ku rsakan sensasi seperti ini. Serasa memperkosa seorang gadis. Semakin ku percepat sodokanku dan tepat sebelum spermaku menyembur ku tarik penisku dari dalam vagina Marni dan spermaku menyemprot tepat ke perut Marni. Nasib masih dipihakku Marni masih terlelap mungkin karena masih capek jadi dia tetap terlelap. Segera ku bersihkan spermaku di atas perut Marni tapi dengan apa.

“Aha...ku ambil kolorku dan segera ku lap spermaku. Ku rapikan kembali BH dan CD Marni kemudian aku keluar dari kamar Marni tanpa memakai celana lagi dengan penuh kepuasan.

Aku berharap malam-malam berikutnya dapat ku rasakan lagi hal seperti ini. Aku segera masuk ke dalam kamar dan kemudian tertidur memeluk istriku.

Bersambung.......

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Juliana

Selebihnya

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku