Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
Di sebuah lahan ditengah-tengah hutan Foresta Umbra Italia! Dua group mafia besar tengah bertarung habis-habisan untuk memperebutkan wilayah kekuasaan mereka. Kedua group tersebut ialah group The King dengan ketua bernama Adilson Carlos dan putra semata wayangnya yang baru saja lulus sekolah bernama Emanuel Carlos, sedangkan lawan mereka adalah group Tander X dengan ketuanya bernama Patrick Tander dan puteranya yang bernama Zayn Tander.
Zayn Tander bertarung melawan Emanuel meskipun usia Emanuel jauh lebih muda dari Zayn, akan tetapi Emanuel tidak bisa dianggap remeh! Emanuel telah dilatih sejak kecil oleh Adilson untuk menjadi penerusnya kelak, maka dari itu Emanuel bisa ikut terjun kedalam pertarungan yang mendadak ini.
Disatu sisi Zayn juga tidak bisa bertarung dengan tenang karena dia sebenarnya membawa serta isterinya yang bernama Rosaline dan puteri mereka yang berusia dua tahun. Zayn tidak menyangka markas pembuatan senjata dan narkotika milik Ayahnya itu akan diserang secara brutal oleh group The King yang merupakan musuh bebuyutan Tander X. Rosaline dan putrinya itu memang kerap kali menemani Zayn jika datang mengunjungi pabrik yang terletak didalam hutan ini, Rosaline yang sangat menyukai alam kerap kali gembira dan senang jika diajak jalan-jalan hutan disekitar pabrik tersebut.
Sayangnya hari ini semua kegembiraan itu berubah, Zayn yang sempat menyembunyikan Rosaline dan putri mereka didalam lemari besi yang terletak tidak jauh dari pertarungan yang sedang berlangsung itu, masih merasa belum tenang! Zayn sangat gelisah karena takut anak dan isterinya sampai ditemukan oleh anggota The King, karena itulah konsentrasi Zayn buyar sehingga membuat Emanuel semakin mudah mengalahkan Zayn.
Tendangan super keras dilayangkan oleh Emanuel dan mengenai bagian dada Zayn, seketika tubuh Zayn pun tersungkur ke lantai! Disaat yang sama seorang anggota Tander X mencoba menyerang Emanuel dengan pisau tajam yang mengayun hampir mengenai bagian wajahnya, dengan sigap Emanuel langsung menangkis dan mematahkan lengan anggota Tander X tersebut dan menusukkan pisau itu ke perut anggota Tander X tersebut. Zayn bangkit dan mengambil pisau yang tertancap di perut anggota Tander X tadi, lalu mulai menyerang kembali Emanuel, Emanuel pun tetap tenang dan melawan Zayn dengan tangan kosong.
"Matilah kau, hiya!" teriak Zayn.
Slazhh..
Hiya..
Emanuel terkena sabetan pisau yang dilayangkan oleh Zayn, tapi itu tidak membuat Emanuel kalah dia malah semakin bersemangat untuk melawan Zayn! Pertarungan itu semakin menjadi-jadi, bukan hanya Zayn dengan Emanuel, namun juga seluruh anggota masing-masing-masing-masing termasuk juga Adilson dan Patrick.
Namun pertarungan itu sempat melemah setelah Emanuel berhasil membuat tubuh Zayn tersungkur bersimbah darah dilantai, pisau tersebut malah berbalik bisa Emanuel kendalikan hingga membuat Zayn terluka parah, Emanuel pun kembali menekan pisau yang sudah menancap pada tubuh Zayn dengan cara menginjaknya.
"Tidak! Zayn!" teriak Rosaline yang sejak tadi bersembunyi namun masih bisa melihat semua kekacauan itu dari dalam lemari besi.
Rosaline yang melihat suaminya sudah bersimbah darah langsung keluar dari tempat persembunyiannya sambil menggendong putrinya, dia berlari keluar dari lemari besi untuk menghampiri Zayn yang sudah tidak berdaya ditangan Emanuel.
Dor...
Dor...
Sebuah tembakan melesat tepat dikepal Rosaline hingga membuat dirinya langsung terjatuh ke lantai dengan posisi masih menggendong putrinya, Emanuel yang melihat salah satu anggotanya menembak Rosaline dan hendak menembak putrinya juga yang baru berusia dua tahun itu, segera menghentikannya.
"Berhenti!" titah Emanuel.
"Aku menyerah Adilson! Cukup! Hentikan! Putraku dan menantuku sudah kau bunuh, lihat anggotaku pun sudah tidak berdaya!" kata Patrick seraya memelas.
"Itu salahmu Patrick! Kau dulu mengkhianatiku dan memutuskan membangun kerajaan bisnismu sendiri, kau pun berusaha membuat bisnisku hancur, itu adalah ganjaran yang setimpal untukmu," kata Adilson.
Adilson kemudian menodongkan pistol kearah putri dari Zayn dan Rosaline, Patrick yang tidak ingin cucunya sampai ikut mati akibat kesalahan dirinya, langsung memohon dan merangkak dibawah kaki Adilson.
"Aku mohon Adilson, berikan belas kasihmu sedikit saja untukku! Jangan bunuh cucuku dia tidak bersalah apapun padamu, bunuhlah aku,"
"Heuh, kau pikir aku akan kasihan pada penerusmu itu? Tidak Patrick, kalian semua akan mati disini tanpa tersisa satu pun!" ujar Adilson.
Adilson kembali menodongkan pistol tersebut pada anak dua tahun itu, bukannya menangis atau ketakutan anak itu malah tertawa riang dan menatap Adilson, melihat hal itu Emanuel merasa anak itu tidak perlu sampai dibunuh.
"Papa cukup!"
"Apa maksudmu?"
"Biarkan anak itu hidup," kata Emanuel.
"Tidak Nuel, tidak ada yang boleh hidup apalagi anak perempuan itu cucu dari orang brengsek ini!"
Disaat Emanuel berusaha menghentikan Adilson, Patrick segera mencari pistol karena melihat Adilson lengah tapi tidak dengan Emanuel yang selalu waspada dalam situasi apapun. Emanuel segera mengambil pistol yang tergeletak dilantai.
"Kau pantas mati Adilson!" teriak Patrick.
Pistol itu sudah mengarah pada Adilson, namun Emanuel menembak Patrick lebih dulu.
Dor..
Adilson terkejut karena dia berpikir Patrick akan berhasil menembaknya, tapi ternyata Emanuel begitu sigap dan tidak lalai sama sekali. Tubuh Patrick langsung terkapar tak bergerak di lantai, tepatnya disamping tubuh putranya yang telah tewas lebih dulu.
Hahaha..
"Kau memang putraku Nuel,"
"Aku sudah menyelamatkan nyawa Papa, sekarang aku minta bayaran," kata Emanuel.
"Astaga, kalian dengar itu? Putraku telah dewasa dan mengerti betul tentang bayaran,"
Semua anggota group The King pun turut tersenyum.
"Katakan nak, kau ingin bayaran apa? Semua uang Papa itu milikmu,"
"Aku tidak butuh uang,"
"Lalu apa yang kau mau?"
"Biarkan anak itu hidup!"
"Apa?"
Adilson menoleh pada anak perempuan itu, Adilson pun terheran-heran karena anak itu terlihat sangat ceria dan terus tertawa tanpa mengerti kejadian mengerikan ini.
"Kau lihat disekelilingmu Nuel, mereka semua tewas! Jika anak itu aku biarkan hidup, dia pun akan sendirian disini,"
"Biar itu menjadi urusanku Papa, aku hanya memerlukan izin mu untuk membiarkannya hidup,"
Untuk beberapa saat Adilson pun terdiam, dia pun berpikir memang tidak ada salahnya juga mengabulkan keinginan Emanuel toh anak itu tidak akan membahayakan juga jika dibiarkan hidup.
"Baiklah, urus dia," kata Adilson sambil menepuk pundak Emanuel.
"Terimakasih Papa,"
Digendongnya anak tersebut, dan dibawanya pulang oleh Emanuel! Tadinya Emanuel berencana untuk menyimpan anak itu di panti asuhan, sehingga Emanuel dalam perjalanan pulangnya meminta pada bodyguard didalam mobilnya untuk mencari sebuah panti asuhan.
Setelah melewati salah satu kota setelah hutan tempat awal mereka berada, terlihat sebuah panti asuhan yang dilihat dari bangunannya itu panti asuhan yang cukup besar dan terawat. Mobil pun berhenti didepan panti asuhan tersebut.
"Biar saya yang membawa anak ini masuk kedalam," ujar salah seorang bodyguard.
Namun tangan anak itu malah memegangi jas yang dikenakan oleh Emanuel, anak itu terlihat berseri-seri dan menatap Emanuel dengan sumringah. Emanuel pun langsung salah tingkah dibuatnya.
"Kenapa kau menatapku?" tanya Emanuel.
Anak berusia dua tahun itu malah kembali tertawa dengan riang, entah kenapa berat sekali hati Emanuel untuk menyerahkan anak itu ke panti asuhan ini!
"Kita turun sekarang?"
"Tidak jadi, lanjut saja pulang ke rumah,"
"Ta-tapi nanti Pak Adilson bisa marah,"
"Aku yang tangani," kata Emanuel.
Karena anak itu terus menerus memegangi jas Emanuel, akhirnya Emanuel pun yang menggendongnya ketika sampai di rumah!
"Kau berat sekali," gumam Emanuel.
Hari-hari berlalu, Emanuel pun membiarkan anak itu untuk tinggal bersamanya meskipun bukan dirinya yang mengasuh, melainkan babysitter dan bodyguard tapi tetap saja terkadang Emanuel menemuinya.
"Pak, apa tidak sebaiknya anak ini kita beri nama? Saya bingung memanggilnya apa," ujar bodyguard yang menjaganya.
"Apa harus aku beri nama untuknya?" tanya Emanuel.
"Iya tentu saja, perlahan anak ini akan tumbuh dewasa tentu saja dia sangat butuh nama,"
"Kau saja yang beri nama kalau begitu," kata Emanuel.
Menikah saja belum, Emanuel tentu saja bingung jika harus memberi nama pada seorang anak.
"Saya juga bingung,"
Mereka pun terdiam, hingga sebuah film di televisi terdengar menyebutkan sebuah nama yaitu Bianca.
"Bianca!" kata Emanuel.
"Nama yang cantik, seperti anaknya," kata bodyguard itu.
"Bianca apa?" tanya babysitternya.
"Sudahlah Bianca saja!" kata Emanuel yang tak ingin pusing.
Akhirnya anak itu pun memiliki nama, saat Emanuel sedang bersama Bianca tiba-tiba Adilson pun datang menghampiri.
"Setelah membiarkannya hidup, kemudian membawanya kedalam rumah ini dan sekarang apa ini Nuel, kau memberinya nama?"
"Sudahlah Pa, hanya nama,"
"Kau masih sangat muda Nuel, untuk apa anak ini? Perjalanan hidupmu masih panjang terlebih lagi Papa tidak nyaman melihat cucu dari musuh Papa ada didalam rumah ini,"
"Kalu begitu Nuel akan cari rumah untuk tempat tinggal anak itu,"
"Yasudahlah terserah padamu saja!"
Karena Adilson tidak memiliki keinginan sama sekali untuk Bianca ada didalam rumah itu, akhirnya Emanuel pun membeli satu unit rumah untuk ditinggali oleh Bianca dan babysitternya, ada juga beberapa bodyguard yang akan menjaganya.
Bab 1 Pertama kali bertemu
20/12/2023
Bab 2 16 tahun kemudian
20/12/2023
Bab 3 Emanuel menemui Bianca
20/12/2023
Bab 4 Digendong Papa ke kamar
20/12/2023
Bab 5 Diam-diam mengikuti Papa
20/12/2023
Bab 6 Menyesal mengabaikan telepon Bianca
20/12/2023
Bab 7 Ternyata anak angkat
20/12/2023
Bab 8 Tidak tahan dengan tubuh Emanuel
20/12/2023
Bab 9 Bianca cemburu
20/12/2023
Bab 10 Dikolam renang
20/12/2023
Bab 11 Merindukan
18/01/2024
Bab 12 Berciuman dengan Papa
18/01/2024
Bab 13 Tidak sanggup menahan lagi
19/01/2024
Bab 14 Bidadari saja kalah
19/01/2024
Bab 15 Sangat kenyal
20/01/2024
Bab 16 Handuk yang jatuh
21/01/2024
Bab 17 Meminta kepastian
22/01/2024
Bab 18 Kau akan ketagihan
23/01/2024
Bab 19 Papa menyusu
24/01/2024
Bab 20 Aku mencintaimu Papa
25/01/2024
Bab 21 Papa bersembunyi di kamarku
26/01/2024
Bab 22 Pergi berdua ke suatu tempat
28/01/2024
Bab 23 Luar biasa nikmat
29/01/2024
Bab 24 Lebih besar dari ukuran pria Eropa pada umumnya
30/01/2024
Bab 25 Kejujuran Bianca
31/01/2024
Bab 26 Kembalinya Emanuel
01/02/2024
Bab 27 Didalam kamar Emmanuel
02/02/2024
Bab 28 Menyerahkan tubuh
04/02/2024
Bab 29 Akankah Adilson menerimanya
07/02/2024
Bab 30 Akan tetap menikahi Bianca
08/02/2024
Bab 31 Dilamar
09/02/2024
Bab 32 Nikmatnya
10/02/2024
Bab 33 Bianca mengetahuinya
11/02/2024
Bab 34 Melemparkan cincin
12/02/2024
Bab 35 Bianca menghilang
14/02/2024
Bab 36 Handphone Bianca ditemukan
21/02/2024
Bab 37 Bianca membeli tespek
23/02/2024
Bab 38 Melahirkan
26/02/2024
Bab 39 Ingin mencium bibir
27/02/2024
Bab 40 Mengajak ke pulau Tavolara
28/02/2024
Buku lain oleh Siti
Selebihnya