icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 7
Memberimu Pelajaran
Jumlah Kata:838    |    Dirilis Pada: 18/11/2021

Keesokan harinya, Edi memilah beberapa dokumen dan membawanya ke kantor Kusuma.

Saat Kusuma melihat-lihat informasi yang diberikan oleh Edi, secara bertahap keningnya berkerut.

Dia hanya menerima dua halaman. Halaman pertama adalah formulir pendaftaran Dewi ke sekolah, dan yang lembaran lainnya berisi profilnya. Ada juga beberapa foto di sana.

Perkenalan yang tertera di sana sangat singkat dan sederhana. Itu hanya menyebutkan usia, sekolah tempat di mana dia belajar, dan hobinya.

Dalam foto-foto itu, Dewi tampak seperti mahasiswi biasa. Tapi meskipun dia mengenakan kemeja dan celana sederhana, sosoknya masih terlihat sangat menarik. Beberapa foto diambil saat dia sedang bepergian bersama dengan teman-temannya, namun dia selalu memasang ekspresi malas dan cuek. Di beberapa foto, ada di mana Dewi menampakkan senyuman puas, terlihat sedikit nakal.

Ketika dia tersenyum, matanya yang besar bersinar sangat terang seolah-olah banyak bintang berkumpul di sana. Dia tampak dipenuhi dengan kebahagiaan.

Menatap foto-foto tersebut membuat jantung Kusuma berdetak kencang.

Ketika Edi memerhatikan bahwa Kusuma sedang melihat salah satu foto, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memuji, "Nona Nayaka benar-benar cantik. Foto ini diunggah di Internet dan menjadi viral di luar negeri. Banyak pencari bakat mencarinya, tapi dia menolak semuanya. Dia bahkan menolak tawaran seorang sutradara yang ingin memberinya peran utama dalam sebuah film."

Kusuma meliriknya dengan dingin dan melemparkan dokumen itu ke udara. "Edi, apa aku sudah bersikap terlalu baik padamu akhir-akhir ini?"

Suara Kusuma terdengar begitu dingin sehingga Edi mulai merasakan jantungnya hampir berhenti. Tapi dia berusaha keras untuk tetap tenang. Dia memanfaatkan waktu dengan baik ketika dia harus membungkuk untuk mengambil dokumen yang mendarat di lantai untuk menyembunyikan rasa bersalah di matanya. Kemudian dia berkata, "Tuan Hadi, latar belakang Nona Nayaka sebenarnya sangat misterius. Tidak ada begitu banyak informasi yang bisa saya temukan tentang dia. Hanya itu saja yang bisa saya temukan untuk saat ini."

"Dia adalah orang yang misterius? Tapi kemarin, aku melihat dia menarikmu ke samping dan berbicara denganmu untuk waktu yang lama. Aku belum berurusan denganmu tentang hal itu. Apakah kamu yakin kalian tidak mengenal satu sama lain dengan akrab?"

Tertangkap bahwa dia sedang berbohong, Edi merasa dirinya sangat tidak berdaya sehingga dia ingin menangis di tempat. "Kami hanya sempat bertemu sekali... saya tidak terlalu akrab..."

"Keluar!" sela Kusuma.

"Baik, Tuan Hadi," jawab Edi dengan suara gemetar. Dia kemudian berbalik dan buru-buru berjalan keluar dari kantor Kusuma.

Begitu pintu tertutup, mata Kusuma tertuju pada foto-foto yang berceceran di lantai. Dia harus mengakui bahwa Dewi memang terlihat memesona di foto-foto itu.

Jemarinya menggosok kepalanya yang sakit, mengambil sebuah dokumen, dan meletakkannya di foto-foto itu untuk menutupi wajahnya.

Itu adalah cara Kusuma untuk melampiaskan amarahnya. Kemudian dia merasa dirinya dalam suasana hati yang lebih baik.

Namun, hanya beberapa orang di Kota Yoya yang memiliki nama keluarga Nayaka. Apa hubungan yang dimiliki oleh wanita itu dengan keluarga Nayaka?

Sekarang sudah mulai musim gugur. Jadi di kampus, daun maple yang ada di pepohonan di kedua sisi Jalan Maple berangsur-angsur berubah warna dari hijau menjadi merah.

Kirani menarik Dewi dan berlari menuju fakultas mereka berada. Dia berteriak, "Kabar buruk!"

Dewi berpikir ada sesuatu yang mengkhawatirkan terjadi, jadi dia juga berlari sambil terengah-engah kehabisan napas.

Ketika mereka tiba di gerbang, mereka melihat ada sekelompok orang berkerumun di sekitar papan pengumuman. Keduanya berhasil mendesakkan diri untuk sampai ke depan kerumunan.

"Dewi... Lihat! Tuan Hadi telah menyumbangkan seratus miliar rupiah untuk fakultas kita. Itu rencananya akan digunakan untuk membangun gedung sekolah baru untuk kita," teriak Kirani dengan girang.

Seratus miliar rupiah?

Melihat kata-kata yang tercetak besar di papan pemberitahuan, Dewi mau tidak mau mendecakkan bibirnya.

"Wah! Aku tidak menyangka bahwa primadona kampus yang suka menyendiri juga bisa tergila-gila dengan seorang pria."

Dewi dapat dengan jelas mendengar suara itu, dan dia tahu siapa pemilik suara tersebut. Tapi dia bahkan tidak mau repot-repot untuk menanggapi, apalagi berbalik untuk melihat sumber suara itu.

Melihat sikapnya yang cuek, Galila Mustika mendengus dingin dan berkata, "Kamu sama sekali tidak pantas untuk bersanding dengan Tuan Hadi. Jangan berpikir bahwa kamu bisa merayunya hanya karena wajahmu yang cantik itu."

Dewi memasukkan satu tangan ke sakunya, menarik Kirani dengan tangan lainnya, dan berjalan pergi dari sana.

"Hei, Dewi! Aku sedang berbicara denganmu!" Galila bergegas berjalan ke depan Dewi dan mengangkat tangannya, ingin menampar wajah Dewi.

Namun, Dewi meraih pergelangan tangannya dengan mudah begitu dia mengangkat tangannya.

Galila sangat marah sehingga dia bertingkah tanpa pikir panjang. "Dewi, jika kamu tidak melepaskanku, aku akan memberimu pelajaran!"

"Hanya kamu saja? Aku sangat takut mendengarnya!" Dewi mengejek dan melepaskan tangan Galila.

Tubuh Galila terhuyung dan hampir terjatuh ke tanah. Dia berusaha mencoba yang terbaik untuk menjaga keseimbangannya. Kemudian dia menggosok pergelangan tangannya yang terasa sakit dan berteriak, "Tampar aku jika kamu berani! Aku tidak akan pernah..."

Segera setelah dia mengucapkan itu, ada suara tamparan yang terdengar.

Sebelum Galila bisa menyelesaikan kata-katanya, telapak tangan Dewi sudah mendarat di wajahnya, meninggalkan bekas merah di atas kulit wajah Galila.

Tamparan itu begitu kuat sehingga Galila merasa kepalanya berdengung. Sejenak dia tertegun. "Beraninya kamu... menamparku!"

Dewi hanya menanggapi dengan cuek, "Bukannya kamu yang memintanya? Sejujurnya sepanjang hidupku, aku belum pernah mendengar sebuah permintaan konyol seperti itu."

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Perjanjian Perceraian2 Bab 2 Tangkap Wanita Itu3 Bab 3 Memamerkan Cinta Mereka4 Bab 4 Kamu Tidak Mampu untuk Membelinya5 Bab 5 Tidak Pantas Untuk Memasuki Mal Ini6 Bab 6 Berikan Aku Informasi Tentang Wanita Itu7 Bab 7 Memberimu Pelajaran8 Bab 8 Aku Tidak Ingin Menjadi Kotor9 Bab 9 Menabrak Kusuma10 Bab 10 Keributan11 Bab 11 Permintaan Maaf12 Bab 12 Bicarakan Ini Secara Langsung13 Bab 13 Merasa Ragu Untuk Bercerai14 Bab 14 Peluncuran Produk15 Bab 15 Merayu Pria Kaya16 Bab 16 Terjatuh Bersama17 Bab 17 Satu Triliun Rupiah18 Bab 18 Video19 Bab 19 Ke New York20 Bab 20 Apakah Dia Bertemu Lawan Sepadan21 Bab 21 Kusuma Menggoda Dewi22 Bab 22 Kusuma Tahu Kebenarannya23 Bab 23 Pindah Rumah24 Bab 24 Diantar Ke Universitas25 Bab 25 Bukan Seorang Pria26 Bab 26 Kakak27 Bab 27 Markas Besar Grup Hadi28 Bab 28 Saya Ingin Anda Mencicipinya29 Bab 29 Hangus30 Bab 30 Kado untuk Kusuma31 Bab 31 Siapa yang Menindas Pacarku32 Bab 32 Tomboi Apa-apaan Ini 33 Bab 33 Aku Ingin Meminta Maaf Kepadamu34 Bab 34 Sebuah Pertarungan35 Bab 35 Dia Layak Mendapatkannya36 Bab 36 Jiwa Pemberontak37 Bab 37 Menjauh Dari Kusuma, Sang Dosen38 Bab 38 Sayangku39 Bab 39 Hukuman40 Bab 40 Di Kuburan41 Bab 41 Aku Pria yang Sudah Menikah42 Bab 42 Dia Sangat Tampan43 Bab 43 Aku adalah Suamimu44 Bab 44 Kelas Menari45 Bab 45 Kelas Bahasa Inggris46 Bab 46 Pelajaran Bahasa Inggris47 Bab 47 Kamu Menang48 Bab 48 Kembali Dari Singapura49 Bab 49 Sakit Kepala50 Bab 50 Kebenaran Telah Terungkap51 Bab 51 Tidak Tahu Malu52 Bab 52 Pencium yang Baik53 Bab 53 Mereka Bersama-sama Menipuku54 Bab 54 Sebuah Konfik55 Bab 55 Tidak Ada yang Boleh Keluar56 Bab 56 Berlutut Dan Minta Maaf57 Bab 57 Kamu Tidak Perlu Melakukan Apapun Selain Menghitung Uang58 Bab 58 Seorang Pria Yang Picik59 Bab 59 Apa Kamu Tinggal Dengan Seorang Pria 60 Bab 60 Sungguh Kejutan yang Hebat!61 Bab 61 Pengertian dan Kartu VIP62 Bab 62 Kamu Bernilai Sepuluh Triliun63 Bab 63 Lepaskan Sepatumu64 Bab 64 Aku Sudah Menikah65 Bab 65 Tertangkap Basah66 Bab 66 Tenangkan Suamimu67 Bab 67 Di Bioskop68 Bab 68 Hati yang Patah69 Bab 69 Datang Untuknya70 Bab 70 Hancurkan Toko Sialan Ini71 Bab 71 Pria yang Tidak Fleksibel72 Bab 72 Kamu Berani Menyebut Kusuma Hadi 73 Bab 73 Menikahi Galila74 Bab 74 Lebih Sering Mengenakan Gaun75 Bab 75 Ini Istriku76 Bab 76 Berhati-hatilah Dengan Megan77 Bab 77 Pertengkaran78 Bab 78 Hadiah79 Bab 79 Lakukan Apa Pun Untuk Kalian80 Bab 80 Tiga Syarat81 Bab 81 Berjalan Di Atas Landak Tanpa Alas Kaki82 Bab 82 Memberi Tamparan Di Wajahnya83 Bab 83 Tamparan84 Bab 84 Maafkan Aku85 Bab 85 Seorang Pria yang Tidak Bersalah86 Bab 86 Bersikap Baiklah Pada Dirimu Sendiri87 Bab 87 Terluka88 Bab 88 Jatuh Cinta89 Bab 89 Rayuan90 Bab 90 Di Rumah Sakit91 Bab 91 Hati-hati92 Bab 92 Kusuma, Aku Menyukaimu93 Bab 93 Aku Sudah Mendengar Apa yang Kamu Katakan94 Bab 94 Ayo Pulang95 Bab 95 Apa yang Hendak Kamu Beli96 Bab 96 Beraninya Kamu97 Bab 97 Kamu Tidak Membutuhkan Seorang Istri98 Bab 98 Apakah Kamu Sedang Mencoba untuk Meminta Maaf 99 Bab 99 Biarkan Aku Menghangatkanmu100 Bab 100 Istriku yang Keras Kepala