Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Penulis:Heir
GenreRomantis
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Keesokan harinya, Dewi mengenakan gaun malam yang disiapkan Kirani untuknya. Itu adalah gaun berwarna merah anggur dengan gaya off-shoulder yang memperlihatkan bahunya. Menatap dirinya di cermin, Dewi berpikir dia tampak seksi namun tetap tampil elegan dan sedikit dingin. Gaun itu menonjolkan figur tubuhnya dengan sempurna.
Saat Dewi berjalan keluar dari kamar pas, rahang Kirani ternganga lebar.
Setiap gerakan yang dilakukan oleh Dewi terlihat sangat mencolok karena lekukan dari gaun itu. Rambut Dewi sekarang digulung menjadi sanggul, dengan dua sulur rambut yang membingkai wajahnya, membuatnya terlihat agak santai. Temannya tampak sangat menawan sehingga Kirani tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.
Selain itu, Dewi dilahirkan dengan temperamen yang dingin, yang membuat orang merasa bahwa dia tidak bisa didekati.
"Astaga... Dewi, kamu sungguh terlihat cantik mengenakan gaun ini!" Kirani tercengang dan hampir tidak bisa berkata-kata.
Jika Dewi mengenakan gaun ini ke pesta, semua pria pasti akan terpesona padanya dan semua wanita akan merasa cemburu!
Peluncuran produk yang dilakukan oleh Grup Hadi digelar di atas kapal pesiar bernama Sang Samudra. Kapal pesiar raksasa yang bisa mengangkut ribuan orang itu berlabuh di tepi pantai di sebelah timur Kota Yoya.
Kapal pesiar mewah bernilai triliunan rupiah ini menjadi pilihan pertama untuk tempat berbagai pesta perusahaan besar.
Begitu Dewi menginjakkan kaki di kapal itu, para playboy tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.
Tapi dia bersikap tidak peduli terhadap tatapan yang diberikan oleh mereka. Gaun berwarna merah anggur membuatnya tampak dingin, mulia, dan terutama memberikan kesan tidak dapat untuk didekati.
Di sisi lain, Kirani sangat ingin berbicara dengan para lelaki lajang di sana. Dia segera meninggalkan Dewi sendirian ketika mereka sudah naik ke atas kapal.
Merasa begitu bosan, Dewi mencari area pojok untuk beristirahat di sana.
Namun, tepat ketika dia berpikir dia bisa mengambil napas, ada orang asing yang datang menyerahkan segelas anggur padanya. "Mau minum bersama denganku, Nona?"
Seorang pria yang mengenakan setelan biru tua berdiri di hadapan Dewi, menilai penampilan Dewi dengan matanya.
Pria ini tampak seperti orang kaya. Semua yang dia kenakan adalah barang-barang dari desainer kondang. Tetapi matanya, memperlihatkan semacam kesombongan yang datang bersama dengan uang yang dia miliki itu.