Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Sambaran kilat tiba-tiba menerangi kamar yang gelap itu untuk sesaat, dan Dewi bisa melihat sosok pria yang sedang tertidur di ranjang.
Dengan hati-hati, kakinya berjingkat di atas karpet yang tebal, dan ia berjalan tanpa suara mendekati tempat tidur.
3... 2... 1... Akhirnya ia sampai juga! "Ahhh!" Sebelum sempat merayakan keberhasilannya, ia didorong hingga wajahnya menelungkup di atas tempat tidur, tak bisa bergerak.
Dengan tangan terkunci di belakang punggungnya, ia berusaha memutar kepalanya agar bisa berbicara. Akhirnya, ia berhasil mengucapkan beberapa kata dengan gigi yang terkatup. "Ini aku, Dewi. Lepaskan aku, Kusuma."
Kusuma menggeleng-gelengkan kepala agar tersadar sepenuhnya dari sisa kantuknya, lalu melepaskan tangannya. "Ini sudah larut malam. Apa yang kamu lakukan di kamarku?"
Seandainya ia punya pistol, ia pasti sudah mengarahkannya ke kepala Dewi.
Dewi menghela napas lega setelah dilepaskan. 'Ya, Tuhan! Apakah ia selalu segelisah itu, bahkan ketika sedang tidur?' "Aku... Aku hanya ingin melihat apakah kamu sudah tidur,"
Ia mengarang-ngarang alasan, lalu ia berbalik untuk berbaring dan menatap sang pria yang sekarang sudah duduk di tempat tidur.
"Tadi aku sudah tidur," sahutnya tidak sabar.
"Eh... Kalau begitu, tidurlah lagi." Setelah mengatakan itu, Dewi memejamkan matanya dan berbaring diam.