Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Penulis:Heir
GenreRomantis
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Dewi terkejut karena dia tidak mengharapkan Kusuma untuk membantunya, tetapi ketika dia menatap pria itu, matanya bertemu dengan sepasang matanya yang dingin dan cuek.
Jantungnya merespons dengan berdetak kencang dan dengan cepat dia memalingkan wajah untuk mengalihkan pandangannya.
Namun, setelah dia memalingkan wajahnya, dia segera menyadari bahwa tidak perlu melakukan itu.
Lagi pula, dia tidak melakukan kesalahan apa pun. Kenapa dia harus merasa seolah-olah dirinya-lah yang bersalah?
Ketika Kusuma melihat reaksi malu-malu Dewi, dia mencibir dalam hatinya, 'Apakah dia merasa bersalah sekarang?'
"Edi, apa lagi yang kamu tunggu? Ambil rekaman itu dan periksalah." Kusuma melirik Edi dengan tatapan dingin, mengerutkan alisnya.
Edi yang hanya menjadi penonton pada saat itu, kembali tersadar dan berjalan mendekati Dewi. "Nona Nayaka..."
Sebelum dia bisa menyelesaikan kata-katanya, Dewi dengan santai menyerahkan ponselnya.
Saat Kusuma memerintahkan Edi untuk memeriksa rekaman itu, wajah Tengku menjadi pucat karena ketakutan. Dirinya berkeringat dingin, tetapi tidak berani mengatakan apa-apa.
Laporan dari Edi datang dalam waktu kurang dari lima menit.
"Tuan Hadi, tidak ada sesuatu yang mencurigakan dengan rekamannya. Tidak ada jejak bahwa rekaman itu sudah di manipulasi," ucap Edi dengan hormat.
Namun, yang sangat mengejutkannya, Kusuma justru memandangnya seolah-olah dia telah mengatakan sesuatu yang salah.
Edi telah bekerja untuk Kusuma selama bertahun-tahun sekarang. Bagaimana mungkin dia tidak tahu apa maksud dari ucapan bosnya? Dia menelan ludah dengan perasaan gugup dan menambahkan, "Tuan Hadi, direktur departemen teknologi sedang memeriksa rekaman itu secara langsung. Saya akan bertanya padanya..."
"Sudah cukup," sela Kusuma dengan suara blak-blakan.
Meskipun terkadang Edi bisa malas, dia tahu bahwa Edi tidak akan berani berbohong kepadanya tentang tugas yang begitu penting.
Sepintas Kusuma melirik ke arah Dewi saat dia memberi isyarat kepada Edi dengan tangannya untuk mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya.
Sementara itu, Burhan berpikir bahwa dia akan dapat membalikkan keadaan ketika dia mendengar pernyataan yang terdengar begitu sungguh-sungguh dari Tengku dan Galila tadi, tetapi dia tidak tahu bahwa keadaan akan berubah menjadi lebih buruk. Sambil menggertakkan giginya karena marah, dia menendang putranya lagi dan meminta maaf kepada Kusuma.
"Tuan Hadi, maafkan saya. Sepertinya anak saya ini sudah lupa bagaimana harus bersikap. Ini semua merupakan salah saya. Saya akan memastikan bahwa hal seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi. Saya akan meminta seseorang di kantor administrasi untuk membatalkan penalti yang diterima oleh Dewi sekarang!"
Tengku meringis kesakitan, tapi dia tidak mencoba membela diri lagi. Dia sudah sepenuhnya kehilangan harga diri dan merasa malu.