icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 10
Keributan
Jumlah Kata:1054    |    Dirilis Pada: 18/11/2021

"Omong kosong apa yang sedang kamu bicarakan?! Aku tidak—" bentak Burhan dengan nada marah.

"Saya benar-benar tidak berbohong! Jika Anda memang tidak percaya, tanyakan saja pada Tengku. Dia benar-benar menelepon saya," Paulus menyela ucapannya dan menjelaskan dengan tergesa-gesa.

Sepertinya Paulus memang tidak berbohong. Melihat ini, Burhan tidak bisa menahan perasaan bingung yang melandanya.

Apakah putranya benar-benar sudah melakukan hal seperti itu?

"Ya, Tuhan! Jadi ternyata sebagai anak dekan, dia bisa saja memberikan penalti sesuka hatinya!" Kirani mengerutkan hidungnya dengan perasaan jijik.

Para mahasiswi yang ada di dekatnya telah mendengar percakapan yang terjadi di antara Paulus dan Burhan dan mulai mengejek.

Beberapa dari mereka bahkan mengeluarkan ponsel untuk memposting tentang hal itu di forum kampus mereka.

Kusuma yang sekarang berdiri di samping, menyaksikan peristiwa yang terjadi ini dengan ekspresi tidak senang.

Burhan melihat-lihat ke arah kerumunan dan menjadi pucat pasi, seluruh tubuhnya gemetar.

'Masalah tentang Dewi ini bukanlah suatu masalah besar, tapi bagaimanapun juga ini tetap sebuah skandal. Sekarang Kusuma telah mengetahuinya. Jika aku tidak bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik, dia mungkin akan menarik investasinya!'

Memikirkan hal ini, Burhan menoleh ke arah Paulus dengan tegas. "Bawa Tengku ke sini sekarang juga!" teriaknya.

"Siap, Pak!" Paulus dengan kikuk terburu-buru mengeluarkan ponselnya dan menelepon Tengku untuk datang ke sana.

Ketika dia menerima telepon dari Paulus, Tengku sedang sibuk bersama dengan Galila. Saat dia mengetahui bahwa ayahnya sedang mencarinya, tidak terlintas dalam benaknya bahwa ada suatu masalah. Yang terpikirkan olehnya adalah uang sakunya sudah habis, dia bersama dengan Galila segera pergi menemui ayahnya.

Namun, dia tentu saja akan mendapat kejutan. Tak lama setelah mereka tiba, Burhan menarik telinganya dan memarahi, "Dasar bocah nakal! Apa yang sudah kamu lakukan?"

"Aduh! Ayah, apa maksudmu?" Tengku berteriak kesakitan saat telinganya dijewer. Sebelum dia bisa memahami apa yang sedang terjadi, Burhan sudah menyeretnya untuk berhadapan dengan Dewi.

"Minta maaf kepadanya sekarang juga!"

Ketika Tengku melihat Dewi, akhirnya dia mengerti apa yang sedang terjadi. Sambil mengerutkan kening dengan jijik, dia menghardik, "Apakah kamu sudah mengadukanku ke ayahku? Dasar wanita jalang! Aku akan menghabisimu!"

Benar-benar tidak tampak terganggu, Dewi hanya mencibir dengan cuek.

"Ya, Tuhan!"

Burhan sangat marah melihat tingkah putranya sehingga dia menampar wajah Tengku. Betapa tak tahu malunya putranya ini? Beraninya dia memaki Dewi di depan semua orang!

"Ayah, apa—? Kenapa Ayah memukulku?! Wanita ini yang menggodaku! Dasar wanita jalang tak tahu malu! Dia bahkan sudah membuat masalah di bar. Seorang wanita seperti dia pantas mendapatkan penalti!" Tanpa ragu-ragu Tengku membuat serangan balasan yang tidak berdasar, menyilangkan tangan di depan dada.

Lubang hidung Kirani berkobar penuh dengan amarah. Dia mengarahkan jari ke arahnya dan berkata, "Dewi adalah gadis muda yang luar biasa. Apa yang membuatmu berpikir dia akan menyukai orang sepertimu? Kamu sudah susah payah mengejar Dewi selama lebih dari setengah tahun, tetapi pada akhirnya, dia tetap menolakmu. Seisi kampus tahu tentang itu. Beraninya kamu membual begitu saja? Kamu pasti benar-benar sudah gila! Sudah jelas kamu memiliki dendam pribadi padanya karena kamu sudah gagal memenangkan hatinya!"

"Kenapa, kamu—!" Kata-kata yang diucapkan Kirani tadi sepertinya tepat mengenai topik sensitif baginya. Tengku sangat marah sehingga wajahnya kini berubah menjadi ungu.

Galila, yang sedang berdiri di sampingnya, segera membelanya. Dia memasang tampang polos dan bibirnya cemberut. "Bagaimana kamu bisa mengatakan hal seperti itu padanya? Ya, dia dulu memang menyukai Dewi. Tapi itu semua hanya masa lalu. Dia sekarang mencintaiku. Selain itu, memang benar Dewi sudah membuat masalah di bar. Jika dia tidak dihukum, bukankah itu nanti akan memberi contoh buruk kepada mahasiswa lain?"

Saat Galila berbicara, dia mengeluarkan satu atau dua tetes air mata, tampak seperti anak kucing yang terluka.

Meskipun dia tidak secantik Dewi, dia tetap salah satu gadis tercantik yang ada di sekolah. Melihat betapa menyedihkannya dia, beberapa siswa di sekitarnya melembutkan hati mereka dan memberikan dukungan kepada ucapannya barusan.

"Ya! Dewi memang sering terlibat banyak perkelahian. Apa kamu lupa apa yang sudah terjadi pada Hartono?"

"Apa yang dikatakan Galila benar. Bagaimana jika ada mahasiswa lain yang mengikuti jejak Dewi? Reputasi kampus kita akan rusak!"

Tengku, yang sempat panik beberapa detik sebelumnya, menjadi arogan lagi. "Lihat? Dewi layak mendapatkan penalti itu. Dan aku berkata jujur bahwa dia sudah merayuku."

Melihat betapa beraninya Tengku, Dewi memutar matanya ke atas. Mengambil ponsel miliknya dari sakunya, dia membuka kunci layar dan menekan sebuah tombol.

Suara arogan dan vulgar bisa terdengar dari speaker teleponnya.

"Dewi, bagaimana rasanya mendapatkan penalti? Apakah kamu merasa kesal?"

Secara bersamaan helaan napas terdengar di mana-mana.

Ini adalah suara Tengku!

Semua orang terdiam mendengarkan.

Dewi membiarkan rekaman itu diputar.

"Tapi kamu tidak bisa menyalahkanku. Kamu sudah menindas pacarku, kan? Tapi aku punya tawaran bagus untukmu. Jika kamu bersedia untuk tidur denganku, aku bisa memberikan bantuan padamu untuk menangani masalah ini."

Ketika para mahasiswa mendengar kata-kata "tidur denganku", mereka semua menoleh ke Tengku dengan penuh amarah.

"Apa-apaan itu? Beraninya dia mengatakan hal seperti itu pada Dewi! Sungguh memalukan!"

"Benar-benar menjijikkan! Apakah dia pikir dia bisa memaksa primadona kampus untuk tidur dengannya hanya karena ayahnya itu adalah dekan sekolah?!"

"Hei, dia tadi juga menyebutkan bahwa dia melakukannya untuk Galila! Mungkin Galila adalah dalang dari semua ini!"

Semua orang memihak Dewi sekarang.

Tidak pernah terpikir oleh Tengku bahwa Dewi mungkin merekam percakapan mereka sebelumnya. Sebelum rekaman selesai diputar, dia bergegas untuk mengambil ponsel milik Dewi. "Dewi, kamu benar-benar jalang sialan!"

"Bangsat!"

Burhan sangat marah dipermalukan seperti ini sehingga tangannya gemetar. Dia mendatangi Tengku dan menendangnya tepat di tulang kering. Tengku segera menjerit kesakitan dan tubuhnya jatuh ambruk ke tanah, memohon belas kasihan.

"Ayah—itu bohong. Rekaman itu palsu. Aku-lah yang sedang difitnah di sini. Galila bisa memberikan kesaksian untukku. Dewi benar-benar mencoba merayuku!"

Jelas bahwa dia berusaha penuh dengan rasa putus asa menyelamatkan muka.

Selama dia tidak mengakui bahwa dia salah, dengan bantuan ayahnya, dia bisa membuat kesalahannya ini menjadi suatu masalah yang tidak terlalu serius. Mungkin dia bahkan bisa membuat seolah-olah itu tidak pernah terjadi.

Galila kesal ketika dia mendengar bahwa Tengku telah berselingkuh dan mencoba untuk tidur bersama dengan Dewi, tetapi karena dia adalah orang yang telah membantunya, dia tidak punya pilihan selain membela pacarnya yang memalukan ini.

"Pak Prayitno, saya berani bersumpah bahwa Tengku tidak bersalah!" Dengan terburu-buru Galila berkata sambil menggenggam tangannya sendiri di depan dadanya.

Dewi dengan dingin menyaksikan mereka yang dengan mati-matian berusaha menyelamatkan harga diri.

Dia membuka mulutnya dan hendak mengatakan sesuatu ketika Kusuma, yang selama ini diam dan menonton, tiba-tiba berbicara.

"Lalu mengapa kita tidak memeriksa rekamannya saja?"

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Perjanjian Perceraian2 Bab 2 Tangkap Wanita Itu3 Bab 3 Memamerkan Cinta Mereka4 Bab 4 Kamu Tidak Mampu untuk Membelinya5 Bab 5 Tidak Pantas Untuk Memasuki Mal Ini6 Bab 6 Berikan Aku Informasi Tentang Wanita Itu7 Bab 7 Memberimu Pelajaran8 Bab 8 Aku Tidak Ingin Menjadi Kotor9 Bab 9 Menabrak Kusuma10 Bab 10 Keributan11 Bab 11 Permintaan Maaf12 Bab 12 Bicarakan Ini Secara Langsung13 Bab 13 Merasa Ragu Untuk Bercerai14 Bab 14 Peluncuran Produk15 Bab 15 Merayu Pria Kaya16 Bab 16 Terjatuh Bersama17 Bab 17 Satu Triliun Rupiah18 Bab 18 Video19 Bab 19 Ke New York20 Bab 20 Apakah Dia Bertemu Lawan Sepadan21 Bab 21 Kusuma Menggoda Dewi22 Bab 22 Kusuma Tahu Kebenarannya23 Bab 23 Pindah Rumah24 Bab 24 Diantar Ke Universitas25 Bab 25 Bukan Seorang Pria26 Bab 26 Kakak27 Bab 27 Markas Besar Grup Hadi28 Bab 28 Saya Ingin Anda Mencicipinya29 Bab 29 Hangus30 Bab 30 Kado untuk Kusuma31 Bab 31 Siapa yang Menindas Pacarku32 Bab 32 Tomboi Apa-apaan Ini 33 Bab 33 Aku Ingin Meminta Maaf Kepadamu34 Bab 34 Sebuah Pertarungan35 Bab 35 Dia Layak Mendapatkannya36 Bab 36 Jiwa Pemberontak37 Bab 37 Menjauh Dari Kusuma, Sang Dosen38 Bab 38 Sayangku39 Bab 39 Hukuman40 Bab 40 Di Kuburan41 Bab 41 Aku Pria yang Sudah Menikah42 Bab 42 Dia Sangat Tampan43 Bab 43 Aku adalah Suamimu44 Bab 44 Kelas Menari45 Bab 45 Kelas Bahasa Inggris46 Bab 46 Pelajaran Bahasa Inggris47 Bab 47 Kamu Menang48 Bab 48 Kembali Dari Singapura49 Bab 49 Sakit Kepala50 Bab 50 Kebenaran Telah Terungkap51 Bab 51 Tidak Tahu Malu52 Bab 52 Pencium yang Baik53 Bab 53 Mereka Bersama-sama Menipuku54 Bab 54 Sebuah Konfik55 Bab 55 Tidak Ada yang Boleh Keluar56 Bab 56 Berlutut Dan Minta Maaf57 Bab 57 Kamu Tidak Perlu Melakukan Apapun Selain Menghitung Uang58 Bab 58 Seorang Pria Yang Picik59 Bab 59 Apa Kamu Tinggal Dengan Seorang Pria 60 Bab 60 Sungguh Kejutan yang Hebat!61 Bab 61 Pengertian dan Kartu VIP62 Bab 62 Kamu Bernilai Sepuluh Triliun63 Bab 63 Lepaskan Sepatumu64 Bab 64 Aku Sudah Menikah65 Bab 65 Tertangkap Basah66 Bab 66 Tenangkan Suamimu67 Bab 67 Di Bioskop68 Bab 68 Hati yang Patah69 Bab 69 Datang Untuknya70 Bab 70 Hancurkan Toko Sialan Ini71 Bab 71 Pria yang Tidak Fleksibel72 Bab 72 Kamu Berani Menyebut Kusuma Hadi 73 Bab 73 Menikahi Galila74 Bab 74 Lebih Sering Mengenakan Gaun75 Bab 75 Ini Istriku76 Bab 76 Berhati-hatilah Dengan Megan77 Bab 77 Pertengkaran78 Bab 78 Hadiah79 Bab 79 Lakukan Apa Pun Untuk Kalian80 Bab 80 Tiga Syarat81 Bab 81 Berjalan Di Atas Landak Tanpa Alas Kaki82 Bab 82 Memberi Tamparan Di Wajahnya83 Bab 83 Tamparan84 Bab 84 Maafkan Aku85 Bab 85 Seorang Pria yang Tidak Bersalah86 Bab 86 Bersikap Baiklah Pada Dirimu Sendiri87 Bab 87 Terluka88 Bab 88 Jatuh Cinta89 Bab 89 Rayuan90 Bab 90 Di Rumah Sakit91 Bab 91 Hati-hati92 Bab 92 Kusuma, Aku Menyukaimu93 Bab 93 Aku Sudah Mendengar Apa yang Kamu Katakan94 Bab 94 Ayo Pulang95 Bab 95 Apa yang Hendak Kamu Beli96 Bab 96 Beraninya Kamu97 Bab 97 Kamu Tidak Membutuhkan Seorang Istri98 Bab 98 Apakah Kamu Sedang Mencoba untuk Meminta Maaf 99 Bab 99 Biarkan Aku Menghangatkanmu100 Bab 100 Istriku yang Keras Kepala