Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Penulis:Heir
GenreRomantis
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
"Omong kosong apa yang sedang kamu bicarakan?! Aku tidak—" bentak Burhan dengan nada marah.
"Saya benar-benar tidak berbohong! Jika Anda memang tidak percaya, tanyakan saja pada Tengku. Dia benar-benar menelepon saya," Paulus menyela ucapannya dan menjelaskan dengan tergesa-gesa.
Sepertinya Paulus memang tidak berbohong. Melihat ini, Burhan tidak bisa menahan perasaan bingung yang melandanya.
Apakah putranya benar-benar sudah melakukan hal seperti itu?
"Ya, Tuhan! Jadi ternyata sebagai anak dekan, dia bisa saja memberikan penalti sesuka hatinya!" Kirani mengerutkan hidungnya dengan perasaan jijik.
Para mahasiswi yang ada di dekatnya telah mendengar percakapan yang terjadi di antara Paulus dan Burhan dan mulai mengejek.
Beberapa dari mereka bahkan mengeluarkan ponsel untuk memposting tentang hal itu di forum kampus mereka.
Kusuma yang sekarang berdiri di samping, menyaksikan peristiwa yang terjadi ini dengan ekspresi tidak senang.
Burhan melihat-lihat ke arah kerumunan dan menjadi pucat pasi, seluruh tubuhnya gemetar.
'Masalah tentang Dewi ini bukanlah suatu masalah besar, tapi bagaimanapun juga ini tetap sebuah skandal. Sekarang Kusuma telah mengetahuinya. Jika aku tidak bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik, dia mungkin akan menarik investasinya!'
Memikirkan hal ini, Burhan menoleh ke arah Paulus dengan tegas. "Bawa Tengku ke sini sekarang juga!" teriaknya.
"Siap, Pak!" Paulus dengan kikuk terburu-buru mengeluarkan ponselnya dan menelepon Tengku untuk datang ke sana.
Ketika dia menerima telepon dari Paulus, Tengku sedang sibuk bersama dengan Galila. Saat dia mengetahui bahwa ayahnya sedang mencarinya, tidak terlintas dalam benaknya bahwa ada suatu masalah. Yang terpikirkan olehnya adalah uang sakunya sudah habis, dia bersama dengan Galila segera pergi menemui ayahnya.
Namun, dia tentu saja akan mendapat kejutan. Tak lama setelah mereka tiba, Burhan menarik telinganya dan memarahi, "Dasar bocah nakal! Apa yang sudah kamu lakukan?"
"Aduh! Ayah, apa maksudmu?" Tengku berteriak kesakitan saat telinganya dijewer. Sebelum dia bisa memahami apa yang sedang terjadi, Burhan sudah menyeretnya untuk berhadapan dengan Dewi.
"Minta maaf kepadanya sekarang juga!"
Ketika Tengku melihat Dewi, akhirnya dia mengerti apa yang sedang terjadi. Sambil mengerutkan kening dengan jijik, dia menghardik, "Apakah kamu sudah mengadukanku ke ayahku? Dasar wanita jalang! Aku akan menghabisimu!"
Benar-benar tidak tampak terganggu, Dewi hanya mencibir dengan cuek.
"Ya, Tuhan!"
Burhan sangat marah melihat tingkah putranya sehingga dia menampar wajah Tengku. Betapa tak tahu malunya putranya ini? Beraninya dia memaki Dewi di depan semua orang!
"Ayah, apa—? Kenapa Ayah memukulku?! Wanita ini yang menggodaku! Dasar wanita jalang tak tahu malu! Dia bahkan sudah membuat masalah di bar. Seorang wanita seperti dia pantas mendapatkan penalti!" Tanpa ragu-ragu Tengku membuat serangan balasan yang tidak berdasar, menyilangkan tangan di depan dada.
Lubang hidung Kirani berkobar penuh dengan amarah. Dia mengarahkan jari ke arahnya dan berkata, "Dewi adalah gadis muda yang luar biasa. Apa yang membuatmu berpikir dia akan menyukai orang sepertimu? Kamu sudah susah payah mengejar Dewi selama lebih dari setengah tahun, tetapi pada akhirnya, dia tetap menolakmu. Seisi kampus tahu tentang itu. Beraninya kamu membual begitu saja? Kamu pasti benar-benar sudah gila! Sudah jelas kamu memiliki dendam pribadi padanya karena kamu sudah gagal memenangkan hatinya!"
"Kenapa, kamu—!" Kata-kata yang diucapkan Kirani tadi sepertinya tepat mengenai topik sensitif baginya. Tengku sangat marah sehingga wajahnya kini berubah menjadi ungu.
Galila, yang sedang berdiri di sampingnya, segera membelanya. Dia memasang tampang polos dan bibirnya cemberut. "Bagaimana kamu bisa mengatakan hal seperti itu padanya? Ya, dia dulu memang menyukai Dewi. Tapi itu semua hanya masa lalu. Dia sekarang mencintaiku. Selain itu, memang benar Dewi sudah membuat masalah di bar. Jika dia tidak dihukum, bukankah itu nanti akan memberi contoh buruk kepada mahasiswa lain?"
Saat Galila berbicara, dia mengeluarkan satu atau dua tetes air mata, tampak seperti anak kucing yang terluka.
Meskipun dia tidak secantik Dewi, dia tetap salah satu gadis tercantik yang ada di sekolah. Melihat betapa menyedihkannya dia, beberapa siswa di sekitarnya melembutkan hati mereka dan memberikan dukungan kepada ucapannya barusan.
"Ya! Dewi memang sering terlibat banyak perkelahian. Apa kamu lupa apa yang sudah terjadi pada Hartono?"
"Apa yang dikatakan Galila benar. Bagaimana jika ada mahasiswa lain yang mengikuti jejak Dewi? Reputasi kampus kita akan rusak!"
Tengku, yang sempat panik beberapa detik sebelumnya, menjadi arogan lagi. "Lihat? Dewi layak mendapatkan penalti itu. Dan aku berkata jujur bahwa dia sudah merayuku."
Melihat betapa beraninya Tengku, Dewi memutar matanya ke atas. Mengambil ponsel miliknya dari sakunya, dia membuka kunci layar dan menekan sebuah tombol.
Suara arogan dan vulgar bisa terdengar dari speaker teleponnya.
"Dewi, bagaimana rasanya mendapatkan penalti? Apakah kamu merasa kesal?"
Secara bersamaan helaan napas terdengar di mana-mana.
Ini adalah suara Tengku!
Semua orang terdiam mendengarkan.
Dewi membiarkan rekaman itu diputar.
"Tapi kamu tidak bisa menyalahkanku. Kamu sudah menindas pacarku, kan? Tapi aku punya tawaran bagus untukmu. Jika kamu bersedia untuk tidur denganku, aku bisa memberikan bantuan padamu untuk menangani masalah ini."
Ketika para mahasiswa mendengar kata-kata "tidur denganku", mereka semua menoleh ke Tengku dengan penuh amarah.
"Apa-apaan itu? Beraninya dia mengatakan hal seperti itu pada Dewi! Sungguh memalukan!"
"Benar-benar menjijikkan! Apakah dia pikir dia bisa memaksa primadona kampus untuk tidur dengannya hanya karena ayahnya itu adalah dekan sekolah?!"
"Hei, dia tadi juga menyebutkan bahwa dia melakukannya untuk Galila! Mungkin Galila adalah dalang dari semua ini!"
Semua orang memihak Dewi sekarang.
Tidak pernah terpikir oleh Tengku bahwa Dewi mungkin merekam percakapan mereka sebelumnya. Sebelum rekaman selesai diputar, dia bergegas untuk mengambil ponsel milik Dewi. "Dewi, kamu benar-benar jalang sialan!"
"Bangsat!"
Burhan sangat marah dipermalukan seperti ini sehingga tangannya gemetar. Dia mendatangi Tengku dan menendangnya tepat di tulang kering. Tengku segera menjerit kesakitan dan tubuhnya jatuh ambruk ke tanah, memohon belas kasihan.
"Ayah—itu bohong. Rekaman itu palsu. Aku-lah yang sedang difitnah di sini. Galila bisa memberikan kesaksian untukku. Dewi benar-benar mencoba merayuku!"
Jelas bahwa dia berusaha penuh dengan rasa putus asa menyelamatkan muka.
Selama dia tidak mengakui bahwa dia salah, dengan bantuan ayahnya, dia bisa membuat kesalahannya ini menjadi suatu masalah yang tidak terlalu serius. Mungkin dia bahkan bisa membuat seolah-olah itu tidak pernah terjadi.
Galila kesal ketika dia mendengar bahwa Tengku telah berselingkuh dan mencoba untuk tidur bersama dengan Dewi, tetapi karena dia adalah orang yang telah membantunya, dia tidak punya pilihan selain membela pacarnya yang memalukan ini.
"Pak Prayitno, saya berani bersumpah bahwa Tengku tidak bersalah!" Dengan terburu-buru Galila berkata sambil menggenggam tangannya sendiri di depan dadanya.
Dewi dengan dingin menyaksikan mereka yang dengan mati-matian berusaha menyelamatkan harga diri.
Dia membuka mulutnya dan hendak mengatakan sesuatu ketika Kusuma, yang selama ini diam dan menonton, tiba-tiba berbicara.
"Lalu mengapa kita tidak memeriksa rekamannya saja?"