Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
"Ini semua tidak seperti yang kau pikirkan. Antara Edi dan aku tak ada hubungan spesial apa pun. Pada hari kita bertemu di Plaza Cahaya Internasional, aku telah memintanya untuk merahasiakan siapa sebenarnya diriku dari dirimu. Sangat tidak adil jika dia harus menjalani hukuman atas permintaanku. Maukah kamu memaafkannya, dan membiarkannya kembali bekerja di kantor? Kalau kamu tak juga memaafkannya, ini semua akan sangat membebaniku, aku bahkan mungkin tak akan mampu mengangkat sendok di meja makan."
Dewi mengatakannya dengan cara yang sangat santai dan terkesan main-main, sepertinya ia lupa, betapa penting hal ini bagi Edi, sehingga menjadikannya sebagai bahan candaan. Kusuma melepaskan pegangan Dewi dari tangannya—
dan kemudian meninggalkannya, dengan sebuah pesan singkat sebelum ia berangkat bekerja— "Perhatikan dengan baik pelajaranmu."
Dewi merasa frustrasi dengan tanggapan Kusuma atas permintaannya. 'Aku telah memohon dengan begitu keras, namun ia meninggalkan aku begitu saja tanpa sebuah jawaban? Ia bahkan tak mengatakan, apakah ia sudah memaafkan Edi atau belum.
Setelah menyelesaikan pelajaran yoga yang harus diikutinya, Dewi berangkat ke universitas dengan membawa kotak lipstik bersamanya. Sikap yang telah ditunjukkan Kusuma pagi ini terus saja mengganggunya.
Sesampainya di asrama, Dewi membagikan lipstik yang ia bawa kepada kedua sahabatnya, Kirani dan Kristina.
Menerima lipstik edisi terbatas dari Dewi, Kirani merasa sangat senang hingga ia memeluknya erat-erat dan memberi kecupan di pipi Dewi. "Kamu bagaikan seorang dewi, Tomboi."