Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Guru tari berjalan ke arah Dewi dengan elegan, lalu tersenyum ramah dan berkata, "Selamat pagi. Kamu pasti Dewi."
Dewi membalas senyumnya dan mengangguk. "Selamat pagi."
Mereka berjabat tangan dan memiliki kesan pertama yang baik satu sama lain. Kemudian guru tari itu memperkenalkan dirinya, "Namaku Teresa Sinta, dan kamu bisa memanggilku Teresa. Meskipun aku baru saja lulus dari universitas, aku telah belajar menari selama hampir dua puluh tahun dan mengajar siswa selama hampir empat tahun."
"Wah! Teresa! Nama yang sangat bagus! Orang tuamu pasti sangat terpelajar!" Dewi merasa penasaran.
Senyum kecil muncul di bibir Teresa dan ia menjawab, "Ya, benar sekali. Ibuku adalah seorang guru Bahasa Mandarin dan ayahku adalah seorang profesor sastra Mandarin." Menyebut orang tuanya, mata Teresa dipenuhi rasa bangga.
Setelah berbasa-basi sejenak, mereka segera memulai kelas. Teresa memang gadis yang lembut. Bahkan Dewi yang selalu tomboi menjadi lebih feminin saat mereka sedang bersama.
Karena Dewi telah berlatih seni bela diri selama lebih dari sepuluh tahun, ia hanya memerlukan waktu singkat untuk menguasai keterampilan dasar menari.
Kelas berlangsung selama hampir satu setengah jam, tetapi Dewi sama sekali tidak merasa lelah.
Ketika kelas berakhir, Teresa mengganti pakaiannya. Setelah itu ia berjalan menuju gerbang vila, diikuti oleh Dewi. "Aku sangat menikmati kelas tari hari ini, Teresa," kata Dewi.