Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Jatah Malam Untuk Mertua

Jatah Malam Untuk Mertua

WAZA PENA

5.0
Komentar
72.9K
Penayangan
56
Bab

BERISI ADEGAN HOT++ Leo pria tampan dihadapan dengan situasi sulit, calon mertuanya yang merupakan janda meminta syarat agar Leo memberikan kenikmatan untuknya. Begitu juga dengan Dinda, tanpa sepengetahuan Leo, ternyata ayahnya memberikan persyaratan yang membuat Dinda kaget. Pak Bram yang juga seorang duda merasa tergoda dengan Dinda calon menantunya. Lantas, bagaimana dengan mereka berdua? Apakah mereka akan menerima semua itu, hidup saling mengkhianati di belakang? Atau bagaimana? CERITA INI SERU BANGET... WAJIB KAMU KOLEKSI DAN MEMBACANYA SAMPAI SELESAI !!

Bab 1 Syarat Nikah Yang Sulit

Pagi itu, suasana di rumah Dinda terasa tenang. Burung-burung berkicau riang di halaman, dan matahari mengintip malu-malu dari balik awan tipis. Leo berdiri di depan pintu rumah calon istrinya, merasa sedikit gugup. Hari itu adalah kesempatan terakhirnya untuk bertemu dengan keluarga Dinda sebelum pernikahan mereka yang tinggal menghitung hari.

Setelah beberapa saat, pintu terbuka, dan Bu Mela menyambutnya dengan senyuman hangat.

"Oh, Leo. Silakan masuk. Dinda masih di kamar mandi, tapi sebentar lagi selesai," ujar Bu Mela sambil mempersilakan Leo duduk di ruang tamu.

Leo merasa sedikit canggung, tapi dia berusaha menjaga sikapnya. Setelah beberapa menit, mereka mulai berbicara ringan, membahas persiapan pernikahan yang semakin dekat. Leo merasa lega karena semuanya tampak berjalan lancar.

Namun, suasana berubah saat Bu Mela tiba-tiba berhenti berbicara dan menatap Leo dengan sorot mata yang tajam.

"Leo," ucap bu Mela dengan suara yang lebih serius.

"Ada satu hal yang ingin Ibu bicarakan denganmu sebelum kalian menikah," tambahnya.

Leo merasa ada sesuatu yang ganjil, tapi dia mengangguk, menunggu Bu Mela melanjutkan.

"Sebenarnya, Ibu ingin meminta sesuatu darimu," ujar Bu Mela, suaranya sedikit bergetar, namun tetap tegas.

"Ibu tahu ini mungkin akan mengejutkanmu, tapi Ibu butuh kasih sayang, Leo. Ibu ini kan seorang janda, dan setelah ibu bercerai, Ibu merasa sangat kesepian," imbuhnya, sorot matanya penuh harap.

Leo menelan ludah, tidak yakin dengan arah pembicaraan ini.

Bu Mela melanjutkan,"Ibu ingin kamu berbagi jatah malam nanti setelah pernikahan kalian. Ibu butuh kepuasan yang hanya bisa diberikan oleh seorang lelaki. Kalau kamu menolak, Ibu tidak akan merestui pernikahanmu dengan Dinda sampai kapanpun!"

Kalimat itu menghantam Leo seperti petir di siang bolong. Dia terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Jantungnya berdegup kencang, dan pikirannya berputar-putar mencari cara untuk mengatasi situasi ini. Bagaimana mungkin Bu Mela, ibu dari calon istrinya, bisa meminta hal seperti itu?

Leo memandang Bu Mela, mencoba membaca ekspresi wajahnya. Tapi yang dia lihat hanyalah keseriusan yang tidak bisa dia abaikan. Dia tahu bahwa menolak berarti membahayakan pernikahannya dengan Dinda, tetapi menyetujui permintaan itu terasa seperti sebuah pengkhianatan besar.

Setelah beberapa saat, Leo akhirnya mengangguk perlahan, meskipun hatinya dipenuhi keraguan.

"Tapi, Bu. Bagaimana mungkin aku harus melakukan itu?" Leo menatap dengan raut wajah kebingungan.

"Iya itu syarat jika kamu benar-benar ingin menikah dengan Dinda. Jika tidak, maka jangan harap kamu bisa menikahinya!" Bu Mela sedikit tegas.

Leo terdiam sejenak memikirkan.

"Baik lah, Bu," ucap Leo pelan dengan suara yang bergetar.

"Aku akan menyetujui itu," imbuhnya, meski hatinya berkata lain.

Bu Mela tersenyum, tampak puas dengan jawaban Leo.

"Bagus, Leo. Ibu tahu ini tidak mudah, tapi Ibu percaya kamu adalah lelaki yang bertanggung jawab," ujar Bu Mela, sorot matanya berbinar-binar.

Leo hanya bisa tersenyum kaku, hatinya berteriak menentang keputusannya sendiri. Tapi dia tahu, demi Dinda, dia harus menjalani apa yang telah dia setujui, meskipun dengan hati yang penuh kebingungan dan ketidakpastian.

Leo duduk dengan perasaan campur aduk setelah percakapan yang baru saja terjadi. Dia merasa berat dengan apa yang baru saja disepakatinya, namun di sisi lain, bayangan tentang Bu Mela, yang meski usianya sudah mencapai 40 tahunan, masih terlihat cantik dan memiliki tubuh yang montok, terus menghantui pikirannya. Bu Mela memang merawat dirinya dengan baik, dan Leo tidak bisa menyangkal bahwa ada daya tarik fisik yang kuat pada wanita itu. Namun, meskipun begitu, gagasan untuk melakukan hal seperti itu dengan ibu dari calon istrinya terasa sangat salah.

Pikirannya terus berkecamuk, mencoba mencari cara untuk keluar dari situasi ini tanpa merusak rencana pernikahannya dengan Dinda. Namun, sebelum dia sempat berpikir lebih jauh, langkah kaki terdengar dari arah tangga. Dinda turun dengan senyum manis di wajahnya, mengenakan pakaian sederhana yang membuatnya tampak semakin cantik di mata Leo.

"Dinda, sayang, kamu sudah selesai?" Bu Mela menyapa putrinya dengan senyuman yang tampak sama sekali tidak mencerminkan percakapan mereka sebelumnya.

"Iya, Mah" jawab Dinda sambil melirik Leo.

"Sayang, sudah lama nunggu, ya?" Dinda kemudian berjalan mendekat dan duduk di samping Leo.

Leo segera menanggapi dengan senyum yang dipaksakan agar tampak senatural mungkin.

"Nggak, kok. Baru aja kok, sayang," jawab Leo dengan nada ceria yang berusaha menutupi kegelisahannya. Dia mencoba menghindari tatapan Bu Mela yang seakan-akan masih bisa merasuki pikirannya.

Leo tahu dia harus segera keluar dari situasi ini sebelum pikirannya terjerat lebih jauh dalam kekacauan yang baru saja terjadi.

"Sayang, gimana kalau kita jalan-jalan sekarang? Ada tempat yang pengen aku tunjukin ke kamu," ucap Leo berharap bisa mengalihkan perhatian Dinda dari rumah dan dari ibunya.

Dinda terlihat sedikit terkejut tapi senang,"Boleh. Kemana kita?"

"Aku akan bawa kamu ke tempat yang spesial, tapi biar jadi kejutan aja ya," jawab Leo sambil bangkit berdiri, menggandeng tangan Dinda dengan lembut.

"Kami keluar dulu yah, Bu," pamit Leo dengan senyum penuh arti yang dia tujukan pada Bu Mela, berharap ini akan cukup untuk menenangkan pikiran Bu Mela, setidaknya untuk sementara.

"Selamat jalan-jalan, kalian berdua," balas Bu Mela dengan senyum yang terlihat ramah, tetapi tatapan matanya membuat Leo merasa semakin tertekan. Dia tahu bahwa ini baru awal dari masalah yang harus dihadapinya.

Mereka berdua keluar dari rumah, dan Leo mencoba menghirup udara segar untuk menenangkan hatinya. Di sampingnya, Dinda berjalan dengan gembira, tidak menyadari pergolakan batin yang sedang dialami oleh calon suaminya. Leo menggenggam tangan Dinda lebih erat, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini adalah jalan yang harus dia lalui, demi cinta mereka.

Di dalam hati, Leo tahu dia harus menemukan cara untuk keluar dari situasi ini tanpa merusak hubungan dengan Dinda, tetapi untuk saat ini, dia hanya bisa fokus pada momen bersama Dinda, berusaha untuk melupakan sejenak bayangan mengerikan tentang apa yang harus dia lakukan setelah mereka menikah.

Di dalam mobil yang melaju pelan melewati jalanan yang rindang, Leo dan Dinda menikmati waktu bersama. Udara pagi yang sejuk dan sinar matahari yang hangat menambah suasana romantis di antara mereka. Leo mencoba fokus pada saat ini, berusaha melupakan percakapan yang mengganggunya sebelumnya.

"Sayang, nanti setelah kita menikah, kamu pengen tinggal di mana?" Dinda membuka pembicaraan, memecah keheningan yang nyaman di antara mereka.

Leo melirik Dinda dengan senyum,"Aku pikir kita bisa tinggal di rumah yang sudah kita rencanakan, yang di dekat taman itu. Aku suka tempatnya, dekat dengan pusat kota tapi tetap tenang"

Dinda mengangguk setuju.

"Iya, aku juga suka. Tempatnya nyaman dan nggak terlalu jauh dari tempat kerja kita. Dan kalau nanti kita punya anak-anak, mereka bisa main di taman itu," balas Dinda dengan mata berbinar-binar.

Leo tertawa kecil mendengar perkataan Dinda.

"Kamu ngomongnya kayak kita bakal punya banyak anak aja, Sayang," ledek Leo sambil menggelengkan kepala, meski dalam hati dia merasa hangat membayangkan masa depan yang Dinda sebutkan.

"Memang, aku pengen punya banyak anak!" ucap Dinda dengan nada serius yang bercampur canda.

"Mungkin lima atau enam? Aku suka anak-anak, apalagi kalau mereka kayak kamu, Sayang," imbuhnya diakhiri senyuman genit.

Leo tertawa lebih keras kali ini, senyumnya lebar, tetapi ada sedikit rasa takut yang menyelinap di hatinya.

"Lima atau enam? Wah, kita bakal sibuk terus tuh." Leo meledek kembali sambil mencubit pelan pipi Dinda.

"Tapi iya sih, aku juga pengen punya anak banyak. Aku pengen rumah kita rame sama tawa dan canda anak-anak kita," imbuhnya.

Dinda tersenyum mendengar jawaban Leo.

"Aku seneng denger itu, Mas. Berarti kita satu visi. Nanti kamu harus bantu aku ya, jagain anak-anak kita kalau aku lagi sibuk. Jangan cuma kerja aja," ujar Dinda sambil menyandarkan kepalanya di bahu Leo.

"Tentu, sayang," jawab Leo sambil menggenggam tangan Dinda yang terletak di pangkuannya.

"Aku bakal jadi suami yang baik dan ayah yang bertanggung jawab. Aku janji." Leo menambahkan.

Mereka terdiam sejenak, menikmati momen kebersamaan itu. Leo merasa ada perasaan damai yang melingkupi hatinya saat bersama Dinda. Semua ketakutan dan kegelisahan yang dia rasakan tadi pagi perlahan memudar ketika dia memikirkan masa depan yang akan dia bangun bersama wanita yang dia cintai ini.

Leo mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia akan menemukan jalan keluar dari situasi rumit yang melibatkan Bu Mela. Untuk saat ini, dia ingin fokus pada kebahagiaan mereka berdua dan rencana indah yang telah mereka buat. Dia tahu bahwa jika mereka kuat dan saling mendukung, tidak ada rintangan yang terlalu besar untuk dihadapi bersama.

"Sayang," panggil Leo dengan suara lembut.

"Aku seneng banget bisa jalani ini semua sama kamu. Kamu adalah alasan kenapa aku selalu bersemangat setiap hari," imbuhnya tersenyum.

Dinda menatap Leo dengan tatapan penuh cinta,"Aku juga, Mas. Aku bersyukur punya kamu dalam hidupku. Aku nggak sabar buat menjalani semua ini bersamamu"

Leo menatap Dinda dengan penuh kasih, lalu tanpa ragu dia mengecup kening Dinda dengan lembut,"Aku sangat mencintaimu, Sayangku"

Dinda tersenyum, merasa begitu dicintai,"Aku juga begitu, Mas"

Leo tersenyum bahagia, meski dalam hatinya masih teringat dengan kesepakatannya bersama Bu Mela yang meminta jatah kenikmatan.

"Kamu kenapa, Mas?" tanya Dinda mengernyitkan keningnya melihat ekspresi Leo yang kebingungan.

Seketika Leo kaget.

*****

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh WAZA PENA

Selebihnya

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Jatah Malam Untuk Mertua
1

Bab 1 Syarat Nikah Yang Sulit

30/08/2024

2

Bab 2 Kemesraan di Mobil

30/08/2024

3

Bab 3 Godaan calon mertua

30/08/2024

4

Bab 4 Mengintip

31/08/2024

5

Bab 5 Merayu Calon Menantu

31/08/2024

6

Bab 6 Gejolak Birahi

31/08/2024

7

Bab 7 Calon Mertua Sangean

01/09/2024

8

Bab 8 Disuruh Menginap Lagi

01/09/2024

9

Bab 9 Melawan Godaan Nafsu

01/09/2024

10

Bab 10 Sentuhan Lembut Dinda

02/09/2024

11

Bab 11 Rayuan Pak Bram

02/09/2024

12

Bab 12 Syarat Yang Berat

02/09/2024

13

Bab 13 Mengajak Ke Hotel

03/09/2024

14

Bab 14 Kehangatan Di Ranjang

03/09/2024

15

Bab 15 Hasrat Membara

03/09/2024

16

Bab 16 Gesekan Kenikmatan

04/09/2024

17

Bab 17 Interogasi Bu Mela

04/09/2024

18

Bab 18 Calon Mertua ngajak VCS

04/09/2024

19

Bab 19 VCS Sampai Croot

05/09/2024

20

Bab 20 Dingin Membutuhkan Kehangatan

05/09/2024

21

Bab 21 Main Jarak Jauh

07/09/2024

22

Bab 22 Kesempatan Pagi hari

24/09/2024

23

Bab 23 Dituntaskan Dengan Tangan

24/09/2024

24

Bab 24 Tekanan Dari Pak Bram

25/09/2024

25

Bab 25 Hampir Ketahuan Selingkuh

25/09/2024

26

Bab 26 Jujur Atau Tidak

26/09/2024

27

Bab 27 Ngajak Tidur Bareng

27/09/2024

28

Bab 28 Nafsu Dalam Pelukan

27/09/2024

29

Bab 29 Bu Mela Butuh Kehangatan

28/09/2024

30

Bab 30 Saling Menikmati

28/09/2024

31

Bab 31 Saling Menuntaskan Hasrat

29/09/2024

32

Bab 32 Malam Yang Penuh Nafsu

29/09/2024

33

Bab 33 Pelukan Membawa Birahi

30/09/2024

34

Bab 34 Jilmek Enak

01/10/2024

35

Bab 35 Croot Nikmat Bersama

01/10/2024

36

Bab 36 Rayuan Panas Bu Mela

02/10/2024

37

Bab 37 Pernikahan Digelar

02/10/2024

38

Bab 38 Malam Pertama

04/10/2024

39

Bab 39 Desahan Pengantin Baru

04/10/2024

40

Bab 40 Hardcore

05/10/2024