Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Hasrat Liar Sang PILOT

Hasrat Liar Sang PILOT

WAZA PENA

4.0
Komentar
37.6K
Penayangan
51
Bab

BERISI ADEGAN HOT ++ Capten Adrian, lelaki berwajah tampan dengan usia 35 tahun dan sudah mempunyai 1 anak. Kesibukannya di dunia penerbangan yang selalu bergaul dengan pramugari yang cantik-cantik, tentunya Capten Adrian merasa senang. Dengan didorong hawa nafsu Capten Adrian berambisi untuk menyalurkan hasratnya ke setiap rekan kerjanya. Lantas bagaimana dengan rumah tangganya? Apakah Dewi yang menjadi istrinya akan diam saja? *Ikutin ceritanya sampai selesai!!

Bab 1 1) Pesona Pramugari baru

Adrian adalah seorang pria berusia 35 tahun, seorang kapten pilot yang terkenal dengan ketampanannya dan tubuh besarnya yang atletis. Pekerjaannya sebagai pilot membuatnya sering berada jauh dari rumah dan istrinya, Dewi. Dewi adalah wanita yang cantik dan setia, tetapi jarak yang membentang antara mereka mulai menciptakan celah dalam hubungan mereka.

Suatu hari, ketika Adrian sedang bertugas dalam penerbangan jarak jauh, ia bertemu dengan seorang pramugari junior bernama Via. Via baru saja memulai kariernya sebagai pramugari dan masih minim pengalaman. Dengan rambut panjang berkilau dan senyum yang manis, Via segera menarik perhatian Adrian. Selama penerbangan itu, Adrian tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Via.

"Via," kata Adrian dengan suara lembut.

"Aku bisa melihat bahwa kamu memiliki potensi besar. Jika kamu mau, aku bisa membantumu mendapatkan lebih banyak jam terbang dan pengalaman," tambahnya.

Via merasa terkejut dan senang mendengar tawaran itu. "Benarkah, Kapten? Aku akan sangat berterima kasih jika Anda bisa membantu."

Adrian tersenyum dan menatap Via dengan tatapan yang dalam.

"Tentu saja, Via. Namun, ada satu syarat yang harus kamu penuhi," jawab Adrian.

Via merasa jantungnya berdebar-debar, "Syarat apa itu, Kapten?"

Adrian mendekatkan wajahnya ke arah Via dan berbisik, "Aku ingin kamu menjadi simpananku."

Via terkejut dan tidak tahu harus berkata apa. Bagaimana mungkin seorang pria yang tampan dan sukses seperti Adrian bisa meminta hal seperti itu? Namun, di dalam hatinya, Via merasa ada sesuatu yang menarik dari tawaran itu.

Via mulai merenungkan tawaran Adrian. Di satu sisi, ia ingin sekali mendapatkan pengalaman dan berkembang dalam kariernya. Di sisi lain, ia merasa tawaran Adrian adalah sesuatu yang salah dan tidak bermoral. Namun, pesona Adrian yang kuat membuatnya terus memikirkan kemungkinan tersebut.

Pada akhirnya, Via memutuskan untuk bertemu dengan Adrian lagi untuk membahas tawarannya lebih lanjut. Mereka bertemu di sebuah kafe yang tenang di dekat bandara, tempat mereka bisa berbicara tanpa gangguan.

"Kapten Adrian," kata Via dengan suara pelan.

"Aku telah memikirkan tawaranmu. Aku ingin tahu lebih lanjut tentang apa yang anda maksud," imbuhnya.

Adrian tersenyum dan menatap Via dengan penuh keyakinan.

"Via, aku tahu ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk diputuskan. Tapi aku yakin, kita bisa menemukan cara untuk membuat ini bekerja. Aku bisa memberikanmu segala yang kamu butuhkan untuk sukses dalam kariermu, dan kamu hanya perlu menjadi milikku," ujar Adrian.

Via merasa hatinya berdebar-debar. "Tapi, Kapten, bagaimana dengan istrimu?"

Adrian menghela napas sebelum akhirnya menjawab,"Hubunganku dengan Dewi sudah tidak seperti dulu lagi. Kami sering berjauhan, dan aku merasa kesepian. Aku hanya ingin menemukan kebahagiaan dan seseorang yang bisa membuatku merasa hidup kembali."

Via terdiam, memikirkan kata-kata Adrian. Ada bagian dari dirinya yang merasa bersalah, tetapi ada juga bagian yang merasa tergoda oleh tawaran Adrian. Akhirnya, ia memutuskan untuk memberikan jawaban.

"Kapten Adrian," kata Via dengan suara tegas.

"Aku akan menerima tawaranmu. Tapi aku berharap kamu akan menepati janjimu untuk membantuku dalam karierku," tambahnya dengan mantap.

Adrian tersenyum lebar dan meraih tangan Via.

"Tentu saja, Via. Aku akan memastikan kamu mendapatkan semua yang kamu butuhkan," balas Adrian tersenyum senang.

Dari hari itu, hubungan mereka mulai berkembang. Mereka sering bertemu di tempat-tempat tersembunyi, jauh dari pandangan mata orang lain. Adrian benar-benar menepati janjinya. Ia membantu Via mendapatkan lebih banyak jam terbang dan kesempatan untuk berkembang dalam kariernya. Via merasa dirinya semakin dekat dengan impiannya, tetapi ia juga semakin terjebak dalam hubungan terlarang dengan Adrian.

Namun, seiring berjalannya waktu, Via mulai merasakan beban emosional dari hubungan mereka. Ia merasa bersalah terhadap Dewi dan mulai mempertanyakan apakah keputusan yang diambilnya benar. Di sisi lain, Adrian semakin terlibat dalam perasaannya terhadap Via, dan ia mulai mengabaikan keluarganya lebih sering.

Suatu malam, ketika mereka berdua sedang berada di sebuah hotel, Via tidak bisa menahan diri lagi. "Kapten Adrian, aku merasa kita tidak bisa terus seperti ini. Aku merasa bersalah terhadap istrimu dan keluargamu."

Adrian menghela napas dan menatap Via dengan mata yang penuh kesedihan. "Via, aku juga merasa bersalah. Tapi aku tidak bisa mengabaikan perasaanku terhadapmu. Kamu membuatku merasa hidup kembali."

Via merasa bingung dan terluka. Ia tahu bahwa mereka tidak bisa terus seperti ini, tetapi ia juga tidak bisa mengabaikan perasaannya terhadap Adrian.

"Mungkin kita harus berpisah," kata Via dengan suara pelan.

Adrian terdiam sejenak, lalu menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa kehilanganmu, Via. Kamu berarti segalanya bagiku."

Via menatap mata Adrian, merasakan campuran antara cinta dan kebingungan. Ia tahu bahwa mereka berada di persimpangan jalan, dan keputusan yang diambilnya akan menentukan masa depan mereka berdua.

Meskipun rasa bersalah masih menghantui Via, ia tetap memutuskan untuk bersama Kapten Adrian. Hubungan mereka semakin dalam, dan Via mulai merasakan perasaan yang lebih kuat terhadap Adrian. Setiap pertemuan di hotel atau tempat-tempat rahasia lainnya hanya memperkuat ikatan mereka.

Via tidak bisa menolak pesona Adrian. Setiap kali mereka bersama, Adrian selalu memperlakukannya dengan sangat baik, memberikan perhatian yang tidak pernah ia dapatkan dari orang lain. Di saat yang sama, Adrian semakin tenggelam dalam perasaannya terhadap Via, merasa bahwa ia telah menemukan seseorang yang bisa mengisi kekosongan dalam hidupnya.

Namun, hubungan mereka tidak selalu berjalan mulus. Ada saat-saat ketika rasa cemburu dan ketidakpastian menghampiri Via. Ia tahu bahwa Adrian masih memiliki istri dan kehidupan yang harus dijalani di luar hubungan mereka. Di sisi lain, Adrian juga merasa semakin terbebani oleh rahasia yang harus disimpan dari Dewi.

Suatu hari, ketika mereka sedang berlibur bersama di sebuah vila terpencil, Via memutuskan untuk berbicara serius dengan Adrian.

"Kapten Adrian," kata Via sambil menatap mata Adrian.

"Aku tahu kita sudah sejauh ini, tapi aku tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang. Aku butuh kepastian tentang masa depan kita," tambahnya.

Adrian menghela napas panjang, lalu meraih tangan Via. "Via, aku juga merasakan hal yang sama. Aku tahu kita tidak bisa terus seperti ini selamanya. Tapi aku juga tidak bisa begitu saja meninggalkan Dewi dan keluargaku."

Via merasa air matanya mulai mengalir. "Aku mengerti, tapi aku tidak bisa terus hidup dalam ketidakpastian ini. Aku butuh tahu apakah kita memiliki masa depan bersama atau tidak."

Adrian menatap Via dengan penuh kesedihan. "Via, aku sangat mencintaimu. Kamu membuatku merasa hidup kembali, tapi aku tidak bisa memberikanmu kepastian saat ini. Aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya."

Via merasa hatinya hancur. Ia tahu bahwa mereka berada dalam situasi yang sulit, tetapi ia tidak bisa terus hidup dalam ketidakpastian. Meski begitu, ia tidak bisa meninggalkan Adrian. Cinta yang mereka rasakan terlalu kuat untuk diabaikan begitu saja.

Malam itu, mereka berdua terdiam dalam pelukan masing-masing, merasakan beban emosional yang semakin berat. Meski cinta mereka begitu kuat, ada bayang-bayang masa depan yang penuh ketidakpastian.

*****

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh WAZA PENA

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku