icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 6
Berikan Aku Informasi Tentang Wanita Itu
Jumlah Kata:1161    |    Dirilis Pada: 18/11/2021

Sepertinya Dewi tahu apa yang akan Edi katakan selanjutnya, jadi dia mengedipkan mata pada pria itu untuk mengisyaratkan padanya agar tidak mengatakannya.

Apa yang dia tidak sadari adalah bahwa ketika Kusuma melihat apa yang dia lakukan, pria itu berpikir bahwa dia sedang mencoba untuk merayu Edi.

'Ternyata dia memiliki hubungan dengan Edi,' pikir Kusuma yang kemudian mencibir, "Edi, kamu tidak bisa menilai seseorang dari penampilan luarnya. Beberapa orang berpenampilan lugu dan polos di luar, tetapi mereka sebenarnya kotor di dalam."

Edi tercengang setelah mendengar ini.

Dia tidak mengerti mengapa Kusuma memulai keributan dengan seorang gadis di depan umum. Sejauh yang dia bisa ingat, hal yang paling dibenci oleh Kusuma adalah berurusan dengan wanita.

Di sisi lain, Dewi berpikir dalam hati dengan gigi terkatup erat, 'Apakah dia sedang mencoba mempermalukanku di depan umum?'

Dia pernah mengalami penindasan sebelumnya, tapi dia tidak pernah merasakan dirinya dirugikan seperti ini. Kehilangan kesabaran, dia membentak, "Kusuma, bukankah yang sebelumnya terjadi itu hanya sebuah ciuman yang tidak disengaja? Kenapa kamu bersikap begitu jahat padaku?"

Bukankah sudah jelas bahwa dialah yang dirugikan dalam semua ini? Bagaimanapun, dia telah memberikan ciuman pertamanya.

Kali ini, Kirani dan Jaya menarik lengan baju Dewi. "Dewi, berhentilah sekarang," Jaya mengingatkannya dengan suara rendah. "Ingat bahwa dia adalah Tuan Hadi. Kita tidak bisa menyinggung perasaannya."

Dewi mau tak mau mengangkat alisnya. Jadi, jika mereka memang tidak mampu menyinggung orang seperti Kusuma, apakah itu memberikan pria ini semua hak untuk mempermalukannya sesuka hati?

"Apakah kamu merasa jijik bahwa ada seorang wanita kotor telah menciummu? Kamu pasti merasa aku telah mengotorimu!"

Begitu Dewi mengatakan ini, semua orang yang ada di lantai lima terdiam.

Beberapa orang bertanya-tanya apakah Dewi telah kehilangan akal sehatnya. Beraninya dia mengatakan bahwa dia sudah mencium Kusuma!

Ketika Olga mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Dewi, dia menggertakkan giginya dan memelototi Dewi.

Sebenarnya, hari ini dia hanya mendapat kesempatan untuk bersama Kusuma karena kakeknya. Tapi butuh banyak keberanian baginya untuk bisa memeluk lengan Kusuma, apalagi menciumnya.

Tapi Dewi tidak berniat untuk berhenti. Dia melanjutkan lagi, "Apa? Apa kamu merasa bersalah sekarang? Tidak masalah bagiku kalau kamu sudah mengusirku sekali. Tapi sekarang, kamu ingin mengusirku keluar lagi? Betapa sombongnya dirimu itu! Apakah menurutmu seluruh Plaza Cahaya Internasional ini adalah milikmu?"

Pada saat ini, Edi tidak bisa menghentikan dirinya untuk menutupi wajahnya dengan tangannya. Mungkin tidak ada seorang pun di dunia ini yang lebih bodoh daripada Dewi. Tentu saja, Plaza Cahaya Internasional adalah milik Kusuma. Dan karena Dewi dan Kusuma masih belum bercerai, mal itu juga miliknya.

Kristina yang sejak awal tergila-gila dengan Kusuma merinding mendengar ucapan Dewi. Dia tidak bisa menahan diri untuk mengatakan dengan suaranya yang terdengar bergetar, "Yah... Dewi, Plaza Cahaya Internasional memang milik Tuan Hadi."

Dewi tercengang. Dia terdiam beberapa saat sebelum akhirnya bertanya untuk memastikan apa yang barusan dia dengar, "Apa... Apa yang baru saja kamu katakan padaku?"

Olga, yang berdiri di sebelah Kusuma, mencibir dan berkata dengan sinis, "Aku benar-benar malu menyaksikan kebodohanmu. Seluruh Plaza Cahaya Internasional adalah milik Kusuma, mengerti?"

Kirani tanpa daya menutup matanya dan mengangguk.

Dewi melihat ke sekeliling lantai lima yang mewah dan nampak berkelas tinggi dengan seringai di wajahnya.

Jika Plaza Cahaya Internasional milik Kusuma, maka itu juga miliknya.

Semua orang menatapnya sekarang. Dan melihat Dewi yang sedang cekikikan, mereka menyimpulkan bahwa gadis ini pasti gila.

Tapi tentu saja ini tidak berlaku pada Edi.

Dia bisa mengerti reaksi yang ditunjukkan Dewi ketika dia mengetahui bahwa dia juga merupakan pemilik Plaza Cahaya Internasional.

Berpikir bahwa Dewi pasti sakit jiwa hari ini, Jaya tidak ingin dia menyebabkan lebih banyak masalah, jadi dia dengan tiba-tiba membungkuk dan kemudian langsung menggendong temannya itu di bahunya.

Rasa pusing yang tiba-tiba dirasakan membuat Dewi tersadar. "Jaya, apa yang sedang kamu lakukan? Turunkan aku! Sial! Beraninya dia mengatakan kata-kata itu kepadaku!"

Kirani menoleh kepada Kusuma dan tersenyum penuh dengan rasa bersalah. "Tuan Hadi, saya sungguh meminta maaf. Hari ini sepertinya teman saya benar-benar kehilangan akal sehatnya. Saya meminta maaf. Kami akan pergi sekarang."

Kristina dan Dimas juga meminta maaf kepada Kusuma. "Tuan, Hadi, kami meminta maaf atas apa yang telah terjadi. Kami akan pergi sekarang. Kami benar-benar meminta maaf!"

Ketika Dewi dan teman-temannya pergi dari sana, Edi menoleh ke Kusuma. Melihat wajah dingin Kusuma, dia berkata dengan ragu, "Tuan Hadi, ruangan pribadi ada di sana..."

"Berikan aku informasi tentang wanita itu," sela Kusuma.

Kemudian dia berbalik dan pergi dengan cuek.

Olga mengentakkan kakinya dengan marah dan buru-buru menyusul Kusuma.

Ketika Edi mendengar bahwa Kusuma memerintahnya untuk mencari tahu informasi tentang Dewi, dia merasa kakinya lemas. Jika dia memberi Kusuma semua informasi tentang Dewi, maka Kusuma pasti akan tahu bahwa Dewi adalah istrinya. Apakah dia akan kehilangan pekerjaannya pada saat itu?

Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa cemas. Tapi tunggu sebentar! Apakah Kusuma tadi benar-benar memintanya untuk menyelidiki Dewi? Kusuma yang dia kenal sama sekali tidak pernah tertarik pada wanita.

Apakah ini pesona Dewi? Apakah dia secara kebetulan berhasil merebut hati Kusuma?

Edi segera mengirimi Dewi sebuah pesan, meminta bantuan.

"Ah! Nyonya Hadi, ada berita buruk. Tuan Hadi meminta saya untuk menyelidiki Anda. Apa yang harus saya lakukan? Nyonya Hadi, saya baru saja mengajukan pinjaman untuk membeli rumah. Saya tidak bisa kehilangan pekerjaan."

Dewi tidak bisa menahan tawa ketika dia membaca pesan yang dikirimkan oleh Edi. Dia langsung menelepon pria itu, dan Edi langsung mengangkat panggilan darinya.

"Nyonya Hadi..." Melihat Dewi meneleponnya, Edi merasa sangat senang.

Untuk pertama kalinya, dia merasa pekerjaannya ini begitu sulit. Dia merasa bahwa menyerahkan informasi Dewi kepada Kusuma berarti dia harus pensiun lebih dini.

Dewi tahu bahwa Edi merasa cemas, jadi dia berusaha untuk menenangkannya, "Yah, itu bukan suatu masalah yang sulit. Itu sesuatu yang bisa diselesaikan. Hapus saja semua informasi tentang hubunganku dengan keluarga Hadi, dan semuanya akan baik-baik saja. Lagi pula, sebelum kemarin, dia belum pernah bertemu denganku. Dan aku juga akan segera menceraikannya."

"Bagaimana saya bisa melakukannya?"

Edi tidak bisa menahan dirinya yang mulai gemetar ketakutan ketika dia menyadari bahwa Dewi ingin dia berbohong kepada Kusuma.

Dewi mengangkat alisnya dan perlahan mulai mencuci otak Edi. "Kenapa tidak? Pikirkan baik-baik tentang itu. Aku akan segera menceraikannya, dan aku tidak akan menghubunginya lagi. Dia adalah orang yang sibuk, dan dia selalu pergi ke luar negeri untuk melakukan perjalanan bisnis. Apa menurutmu dengan seluruh kesibukannya itu dia masih bisa mengingat keberadaanku? Dia bahkan tidak akan mau membuang waktu untuk memikirkanku, kan?"

"Tapi..." Edi masih ragu-ragu.

Memang, selama tiga tahun terakhir ini Kusuma tidak pernah menanyakan Dewi. Seolah-olah dia telah melupakan semua tentang kehadiran istrinya ini.

Mendengar Edi masih ragu-ragu, Dewi berkata dengan lembut, "Jika kamu tidak melakukan apa yang aku katakan, maka aku tidak akan menceraikannya. Sebaliknya, setiap malam aku akan memberitahunya bahwa sebagai asistennya, kamu tidak melakukan pekerjaanmu dengan baik. Maka kamu akan segera kehilangan pekerjaanmu itu. Kamu harus tahu bahwa siapa pun yang dipecat oleh Grup Hadi akan mengalami kesulitan di masa depan."

Setelah mengatakan ini, Dewi menghela napas.

Edi hampir ketakutan setengah mati ketika mendengar ini. Dia tahu betul apa yang sedang terjadi, jadi dia menjawab, "Ya, Nyonya Hadi. Saya akan segera melakukannya."

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Perjanjian Perceraian2 Bab 2 Tangkap Wanita Itu3 Bab 3 Memamerkan Cinta Mereka4 Bab 4 Kamu Tidak Mampu untuk Membelinya5 Bab 5 Tidak Pantas Untuk Memasuki Mal Ini6 Bab 6 Berikan Aku Informasi Tentang Wanita Itu7 Bab 7 Memberimu Pelajaran8 Bab 8 Aku Tidak Ingin Menjadi Kotor9 Bab 9 Menabrak Kusuma10 Bab 10 Keributan11 Bab 11 Permintaan Maaf12 Bab 12 Bicarakan Ini Secara Langsung13 Bab 13 Merasa Ragu Untuk Bercerai14 Bab 14 Peluncuran Produk15 Bab 15 Merayu Pria Kaya16 Bab 16 Terjatuh Bersama17 Bab 17 Satu Triliun Rupiah18 Bab 18 Video19 Bab 19 Ke New York20 Bab 20 Apakah Dia Bertemu Lawan Sepadan21 Bab 21 Kusuma Menggoda Dewi22 Bab 22 Kusuma Tahu Kebenarannya23 Bab 23 Pindah Rumah24 Bab 24 Diantar Ke Universitas25 Bab 25 Bukan Seorang Pria26 Bab 26 Kakak27 Bab 27 Markas Besar Grup Hadi28 Bab 28 Saya Ingin Anda Mencicipinya29 Bab 29 Hangus30 Bab 30 Kado untuk Kusuma31 Bab 31 Siapa yang Menindas Pacarku32 Bab 32 Tomboi Apa-apaan Ini 33 Bab 33 Aku Ingin Meminta Maaf Kepadamu34 Bab 34 Sebuah Pertarungan35 Bab 35 Dia Layak Mendapatkannya36 Bab 36 Jiwa Pemberontak37 Bab 37 Menjauh Dari Kusuma, Sang Dosen38 Bab 38 Sayangku39 Bab 39 Hukuman40 Bab 40 Di Kuburan41 Bab 41 Aku Pria yang Sudah Menikah42 Bab 42 Dia Sangat Tampan43 Bab 43 Aku adalah Suamimu44 Bab 44 Kelas Menari45 Bab 45 Kelas Bahasa Inggris46 Bab 46 Pelajaran Bahasa Inggris47 Bab 47 Kamu Menang48 Bab 48 Kembali Dari Singapura49 Bab 49 Sakit Kepala50 Bab 50 Kebenaran Telah Terungkap51 Bab 51 Tidak Tahu Malu52 Bab 52 Pencium yang Baik53 Bab 53 Mereka Bersama-sama Menipuku54 Bab 54 Sebuah Konfik55 Bab 55 Tidak Ada yang Boleh Keluar56 Bab 56 Berlutut Dan Minta Maaf57 Bab 57 Kamu Tidak Perlu Melakukan Apapun Selain Menghitung Uang58 Bab 58 Seorang Pria Yang Picik59 Bab 59 Apa Kamu Tinggal Dengan Seorang Pria 60 Bab 60 Sungguh Kejutan yang Hebat!61 Bab 61 Pengertian dan Kartu VIP62 Bab 62 Kamu Bernilai Sepuluh Triliun63 Bab 63 Lepaskan Sepatumu64 Bab 64 Aku Sudah Menikah65 Bab 65 Tertangkap Basah66 Bab 66 Tenangkan Suamimu67 Bab 67 Di Bioskop68 Bab 68 Hati yang Patah69 Bab 69 Datang Untuknya70 Bab 70 Hancurkan Toko Sialan Ini71 Bab 71 Pria yang Tidak Fleksibel72 Bab 72 Kamu Berani Menyebut Kusuma Hadi 73 Bab 73 Menikahi Galila74 Bab 74 Lebih Sering Mengenakan Gaun75 Bab 75 Ini Istriku76 Bab 76 Berhati-hatilah Dengan Megan77 Bab 77 Pertengkaran78 Bab 78 Hadiah79 Bab 79 Lakukan Apa Pun Untuk Kalian80 Bab 80 Tiga Syarat81 Bab 81 Berjalan Di Atas Landak Tanpa Alas Kaki82 Bab 82 Memberi Tamparan Di Wajahnya83 Bab 83 Tamparan84 Bab 84 Maafkan Aku85 Bab 85 Seorang Pria yang Tidak Bersalah86 Bab 86 Bersikap Baiklah Pada Dirimu Sendiri87 Bab 87 Terluka88 Bab 88 Jatuh Cinta89 Bab 89 Rayuan90 Bab 90 Di Rumah Sakit91 Bab 91 Hati-hati92 Bab 92 Kusuma, Aku Menyukaimu93 Bab 93 Aku Sudah Mendengar Apa yang Kamu Katakan94 Bab 94 Ayo Pulang95 Bab 95 Apa yang Hendak Kamu Beli96 Bab 96 Beraninya Kamu97 Bab 97 Kamu Tidak Membutuhkan Seorang Istri98 Bab 98 Apakah Kamu Sedang Mencoba untuk Meminta Maaf 99 Bab 99 Biarkan Aku Menghangatkanmu100 Bab 100 Istriku yang Keras Kepala