Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kusuma kemudian melanjutkan ceritanya, "Saat Megan melihat orang tuanya meninggal dengan sangat tragis, dia baru berusia dua belas tahun. Kengerian yang telah dilihatnya, bahkan terlalu berat untuk ditanggung oleh Waluya dan diriku, apalagi oleh seorang gadis sekecil itu. Karena kejadian yang dilihatnya, asma yang dideritanya pun kambuh. Dia segera kami bawa ke rumah sakit demi dapat menyelamatkan nyawanya. Hari itu merupakan hari yang sangat berat bagi semua orang. Dia bisa saja mati di hari itu..."
Membayangkan kejadian mengerikan yang sulit digambarkan bahkan oleh pria setangguh Kusuma, rasa simpati terhadap Megan tumbuh di hati Dewi.
Kini, ia bahkan berpikir bahwa Kusuma telah melakukan hal yang tepat kali ini, dengan menyelamatkan Megan, meskipun hal itu telah membuatnya terluka parah.
Dewi kemudian mengabaikan semua praduga yang ada di hatinya dan berkata, "Aku akan segera memeriksa, apakah dokter sudah datang." Ia kemudian berbalik dan berjalan menuju pintu kamar.
Kusuma tidak berusaha menghentikannya kali ini. Ia perlahan jatuh pingsan, tak lama setelah Dewi meninggalkannya.
Beberapa menit kemudian, Dewi kembali ke kamar dengan diikuti oleh dokter di belakangnya. Saat ia melihat Kusuma berbaring diam di atas ranjang dengan mata terpejam, tubuh Dewi menjadi tegang karena diserang rasa takut yang begitu besar. Ia pun segera berlari menghampiri Kusuma untuk memeriksanya, dan melihat tempat tidur itu basah tergenang oleh darah yang keluar dari luka-luka Kusuma. "Kus... Kusuma," panggil Dewi dengan panik. Air mata menggenang di pelupuk matanya, ketika nama Kusuma meluncur dari bibirnya.
"Bangunlah! Jangan menakutiku dengan cara seperti ini, kumohon."