/0/30508/coverbig.jpg?v=2c20d10388ca4581c1eace5f1e6ce93f&imageMogr2/format/webp)
Selama tiga tahun, Cathryn dan suaminya, Liam, hidup dalam pernikahan tanpa hubungan intim. Cathryn percaya bahwa Liam sibuk dalam pekerjaannya demi masa depan mereka. Namun, pada hari ibunya meninggal, Cathryn mengetahui kebenarannya. Liam berselingkuh dengan adik tirinya sejak malam pernikahan mereka. Cathryn kehilangan semua harapan dan mengajukan gugatan cerai. Orang-orang mencemooh, mengatakan dia akan kembali sambil memohon dan merangkak. Namun, yang terjadi adalah mereka melihat Liam berlutut di tengah hujan. Ketika seorang wartawan bertanya tentang kemungkinan rujuk, Cathryn hanya mengangkat bahu. "Dia tidak punya harga diri, hanya menempel pada orang yang tidak mencintainya." Seorang taipan berkuasa merangkul Cathryn dengan protektif. "Siapa pun yang menginginkan istriku harus berhadapan denganku."
"Aku sudah menikah."
Dalam kegelapan, Cathryn Moore merasakan punggungnya terbanting ke pintu, napasnya tersengal-sengal saat seorang pria jangkung menjulang di atasnya. Panas terpancar tubuh pria itu, napasnya menerpa lehernya hingga dirinya menggigil tak terkendali.
Jemari pria itu menjepit erat pinggangnya, menahannya di tempat. Dia tertawa dengan suara rendah dan mengejek. "Menikah tapi masih berkeliaran di hotel sendirian di tengah malam? Apa suamimu tahu apa yang sebenarnya kamu lakukan?"
Rasa sakit menusuk dada Cathryn. Sekitar satu jam yang lalu, sebuah video dikirim ke ponselnya-suaminya, Liam Watson, berbaring di atas tempat tidur bersama Jordyn Moore, adik tirinya sendiri, keduanya saling menjerat, tanpa sedikit pun rasa bersalah di antara mereka.
Didorong oleh keputusasaan, Cathryn menyerbu ke hotel untuk menangkap basah keduanya. Namun, sebelum dia menemukan ruangan yang tepat, pria yang tidak dikenalnya ini sudah menyeretnya ke ruangan ini.
"Karena kamu sudah datang ke sini, jangan berpura-pura sok suci," gumam pria itu sambil menggendongnya dengan kasar di bahunya dan melemparkannya ke atas ranjang. Dia melepaskan dasinya dengan satu gerakan cepat, kemudian menjepit pergelangan tangan Cathryn tinggi-tinggi di atas kepalanya. Bibirnya melumat bibir Cathryn dengan keras dan tak henti-hentinya.
"Karena kamu mengaku sudah menikah, kamu pasti sudah berpengalaman, kan?" ejeknya sambil merobek pakaiannya sepotong demi sepotong.
Cathryn berusaha melawan tapi sia-sia. "Aku belum ...." Bibirnya terbuka, tapi kata-kata itu tertelan kembali bahkan sebelum lolos dari mulutnya. Tiga tahun menikah, dia masih perawan. Siapa yang akan percaya itu?
Video Liam dan Jordyn terputar kembali di kepalanya. Panas membanjiri dadanya-amarah yang membara. Perjuangannya untuk melawan terhenti.
Lalu, pria itu menyetubuhinya dengan kejam. Rasa sakit mencabik tubuhnya, tajam dan tanpa ampun, seolah-olah tulangnya akan patah. Dia menggigit bibirnya cukup keras hingga merasakan darah, rasa amis seketika membanjiri mulutnya.
Keperawanannya direnggut darinya dengan brutal-oleh seorang pria yang wajahnya bahkan tidak dia lihat dalam kegelapan.
....
Cahaya pagi merayap melintasi ruangan, dering ponsel membangunkan Cathryn dari tidurnya. Dia meraba-raba untuk mencarinya, lalu menjawab dengan lesu.
"Nona Cathryn, ini dari Rumah Sakit Olekgan. Ini mendesak, tolong segera datang ke sini. Ini menyangkut ibumu."
Dari tempat tidur di belakangnya terdengar suara berat dan mengejek. "Apa suamimu yang menelepon untuk menanyakan keberadaanmu?"
Cathryn bergegas mengumpulkan pakaiannya yang berserakan, lalu memakainya dengan panik. Wajahnya tetap suram sambil bergumam lirih, "Kita anggap saja kejadian tadi malam tidak pernah terjadi."
Baginya, hal ini tidak lebih dari sekadar balas dendam atas pengkhianatan Liam.
Pria itu duduk setengah telanjang di tepi tempat tidur, bibirnya menyeringai. "Kamu bahkan lebih murahan dari yang aku kira."
Ketidaksukaan pria itu terhadapnya tidak dapat dipungkiri. Sudah menikah, tapi masih saja bercinta seperti pelacur, dan sekarang wanita ini ingin bersikap seolah-olah pertemuan mereka tidak pernah terjadi?
Cathryn menolak memberinya jawaban yang memuaskan. Setiap pikirannya dipenuhi oleh ibunya. Tanpa meliriknya sedikit pun, dia bergegas keluar dari ruangan.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara ketukan yang ragu-ragu. "Pak Andrew," panggil seseorang dengan lembut saat melangkah masuk.
Andrew Brooks menekan jari-jarinya ke pelipisnya yang berdenyut, efek alkohol tadi malam masih membuat kepalanya pusing. "Apa ini perbuatan nenekku?"
Karl Bennett, asistennya, mengangguk cepat, tampak ketakutan di bawah tatapan tajam Andrew.
Andrew mengerutkan alisnya. Jadi neneknya, Amanda, yang telah mengirim wanita itu ke atas ranjangnya. Gelombang frustrasi menerpanya. Dia adalah pemimpin bisnis kerajaan keuangan paling tangguh di Kota Olekgan. Dan dia mengendalikan Antaford, perusahaan publik terbesar di negara ini. Namun, dia baru saja kehilangan keperjakaannya pada seorang wanita yang sudah menikah.
Saat dia merenungkan kembali kejadian tadi malam, kekesalannya memuncak. Sepanjang malam, tidak peduli seberapa kasar dirinya, wanita itu tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Dia berasumsi itu berarti wanita itu pengalaman-sangat berpengalaman. Sikapnya tadi yang tenang dan acuh tak acuh, telah menegaskan penilaiannya-wanita itu adalah tipe yang memanfaatkan pria dan langsung pergi tanpa berpikir dua kali.
Andrew tidak dapat memahami di mana neneknya menemukan wanita seperti itu untuknya, atau mengapa neneknya memilih untuk mendorong wanita itu ke atas ranjangnya. Kalau bukan karena pengaruh alkohol, dia tidak akan pernah menyentuhnya.
Kemudian, pandangannya tertuju pada seprai kusut itu, di mana noda merah mencolok tampak jelas di sana. Bukankah wanita itu sudah menikah? Mungkinkah dia ....
Samar-samar, dia ingat ada bercak darah samar di sudut bibir wanita itu sebelum dia pergi. Kalau wanita itu masih perawan-dirinya benar-benar terlalu kasar padanya, bahkan mengambil keperawanan itu darinya ....
....
Cathryn memanggil taksi dan melaju menuju Rumah Sakit Olekgan.
Saat Cathryn melangkah masuk, Jordyn muncul, bergandengan tangan dengan Liam, berjalan menyusuri koridor seolah-olah dialah pemiliknya.
Mata Cathryn terasa perih. "Sejak kapan kalian bersama?"
Jordyn bersandar di bahu Liam, senyumnya nakal dan mengejek. "Sejak malam kamu menikahinya," ucapnya, suaranya dipenuhi rasa puas. "Saat itu, suamimu pertama kali datang ke tempat tidurku. Tiga tahun menikah, dan kamu masih perawan, bukan? Itu benar-benar menyedihkan."
Tawanya bergema di lorong, tajam dan kejam.
Fakta itu menghancurkan Cathryn, seolah ada seseorang yang menyiramkan seember air dingin langsung ke wajahnya.
Selama tiga tahun, Cathryn mengurus rumah tangga, berperan sebagai istri yang penurut, menunggu malam demi malam sampai Liam pulang-hanya untuk mengetahui bahwa Liam telah mengkhianatinya pada malam pernikahan mereka dengan Jordyn. Semua alasan yang pernah dia buat untuk pria itu-malam-malamnya yang larut, sikap dinginnya-hancur dalam sekejap. Liam tidak pernah menyentuhnya karena dia telah memiliki wanita lain, dan orang itu adalah adik tirinya sendiri!
Dada Cathryn terasa terbakar karena campuran rasa malu dan marah. Dia seharusnya menyadarinya. Jordyn selalu senang mencuri apa pun yang menjadi miliknya, entah mainan, gaun, atau-sekarang-suaminya.
Liam berkata dengan datar, tatapan matanya kosong tanpa emosi, "Cathryn, ayo kita bercerai. Kamu akan pergi tanpa membawa apa pun."
Dada Cathryn terasa sesak, seakan-akan ada sebilah pisau yang ditusukkan langsung ke dadanya. Tiga tahun kesetiaan, tiga tahun penantian-dan inilah yang pria ini berikan sebagai balasannya.
Tawa getir lolos dari bibir Cathryn. "Liam, apa kamu benar-benar berpikir aku peduli dengan uangmu?"
Cathryn bukanlah wanita materialistis, keluarga ibunya kaya, dan dia tidak pernah peduli dengan uang.
Liam mendengus mengejek. "Apa kamu masih mengira dirimu itu putri keluarga kaya? Begitu ibumu tiada, kamu bukan apa-apa-hanya wanita biasa yang akan berakhir menjadi pengemis di jalanan."
Tubuh Cathryn seketika kaku, ketidakpercayaan tampak jelas di wajahnya. "Omong kosong apa yang kamu bicarakan?"
"Cathryn," sela Jordyn, seringainya cukup tajam hingga membuat orang lain merinding. "Kalau kamu berlari sekarang, kamu mungkin bisa mengucapkan selamat tinggal pada ibumu sebelum terlambat."
Perut Cathryn mual, secara naluriah, dia berlari cepat menyusuri lorong menuju bangsal rumah sakit.
"Aku turut berduka cita, tapi Bettina Moore meninggal dunia karena luka di pergelangan tangannya yang dia buat sendiri." Dengan setiap suku kata, suara dokter itu menghantam Cathryn bagaikan pukulan brutal ke perutnya.
"Itu tidak mungkin!" Suara Cathryn bergetar saat air mata mengalir di wajahnya. "Ibuku dalam keadaan linglung selama bertahun-tahun. Dia hampir tidak bisa membedakan apa pun, tidak mungkin dia menyayat pergelangan tangannya sendiri!"
"Dia sudah sadar sepenuhnya saat dilarikan ke rumah sakit," jawab dokter itu dengan lembut.
Cathryn tidak dapat memahaminya. Ibunya telah hanyut dalam kelinglungan selama bertahun-tahun-bagaimana mungkin ibunya tiba-tiba berpikiran jernih untuk mengakhiri hidupnya sendiri?
Di ambang pintu, Jordyn bersandar santai pada kusen, sedangkan Liam berdiri di sampingnya.
Jordyn tertawa mengejek dan melemparkan selembar kertas ke kaki Cathryn. "Baca baik-baik. Itu surat terakhir ibumu. Dikatakan bahwa dia bunuh diri, dan kamu dengan sukarela melepaskan klaim apa pun atas asetnya. Ayah baru saja menelepon, kamu baru saja diusir dari Keluarga Moore. Saat ini, kamu tidak memiliki uang sepeser pun."
Bab 1 Mari Kita Bercerai
04/12/2025
Bab 2 Kestrel
04/12/2025
Bab 3 Sebuah Kesepakatan
04/12/2025
Bab 4 Siapa Nama Atasanmu
04/12/2025
Bab 5 Sugar Daddy
04/12/2025
Bab 6 Pesta Ulang Tahun
04/12/2025
Bab 7 Tertangkap Kamera
05/12/2025
Bab 8 Perselingkuhan Terungkap
05/12/2025
Bab 9 Hukuman
05/12/2025
Bab 10 Ayahnya Tidak Pernah Mencintainya
05/12/2025
Bab 11 Kamu Milikku
05/12/2025
Bab 12 Kurasa Dia Bisa Berhenti Khawatir Sekarang
05/12/2025
Bab 13 Anda Akan Membayar Untuk Ini
05/12/2025
Bab 14 Tidur Dengan Orang Asing
05/12/2025
Bab 15 Di Mana Kamu Pada Malam Ibumu Meninggal
05/12/2025
Bab 16 Buta Huruf
05/12/2025
Bab 17 Hubungan Murahan
05/12/2025
Bab 18 Aku Akhirnya Mengerti Mengapa Nenekku Memilihmu
05/12/2025
Bab 19 Apakah Andrew Saudaramu
05/12/2025
Bab 20 Istri yang Tidak Dikenali
05/12/2025
Bab 21 Bekas Lukanya Hilang
05/12/2025
Bab 22 Mungkinkah Kestrel Adalah Jordyn
05/12/2025
Bab 23 Lebih Mengenal
05/12/2025
Bab 24 Tidak Dapat Menahan Diri
05/12/2025
Bab 25 Lukisan
05/12/2025
Bab 26 Sepuluh Juta Per Malam
05/12/2025
Bab 27 Menuju Lelang
05/12/2025
Bab 28 Sepuluh Juta Untuk Lukisan Ibunya
05/12/2025
Bab 29 Perang Penawaran Kalah
05/12/2025
Bab 30 Apa yang Dia Hargai
05/12/2025
Bab 31 Uang Kotor
05/12/2025
Bab 32 Lukisan Disita
05/12/2025
Bab 33 Kamu Tidak Bisa Membandingkan Dirimu Dengan Dia
05/12/2025
Bab 34 Periode
05/12/2025
Bab 35 Sulit Memiliki Anak
05/12/2025
Bab 36 Kebaikan Dokter
05/12/2025
Bab 37 Utang Lama
05/12/2025
Bab 38 Keadilan
05/12/2025
Bab 39 Pembalasan Terukir Dalam Darah
05/12/2025
Bab 40 Kestrel di Rumahnya
05/12/2025