Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
"Tolong, tolong jangan lakukan ini padaku tuan, aku .... aku
mohon ... hiks hiks hiks." Gadis berjilbab hijau toska itu memohon kepada
Rajendra dengan wajah yang sudah memerah.
"Kau, kau menikmatinya bukan? Kenapa kau harus jual mahal hemmz...," Ucap Rajendra menyeringai. Tangan
besarnya meremas daging sekal pada dada gadis itu, yang seketika desahan terdengar sangat menggiurkan pada gendang telinga Rajendra.
"Akh .... ja .... ngan .... ja .... Ngan ... Sst," berusahamempertahankan kesadarannya gadis itu tetap melakukan penolakan. Rajendra yang mendengar penolakan gadis itu merasa terhina, harga dirinya merasa terlukai, seketika tangan besarnya mencengkram rahang gadis tersebut dengan sorat tajamnya, mata hitam itu menyalakan kemarahan yang berkobar.
"Berani sekali kau menolakku. Siapa kau, hingga berani beraninya menolak seorang Rajendra Antariksa." Kemarahan Rajendra terdengar menggema dalam ruangan VIP yang ia sewa dan kemudian di akhiri dengan
membanting tubuh gadis ramping itu keatas kasur.
"Kita akan melakukan malam panjang di sini pelacur, jadi lakukan tugasmu dengan baik." Rajendra dengan nada dinginnya.
"Tidaaak, tidaaakkk, jangan jangan lakukan ini padaku, aku
bukan pelacur, aku bukan pelacur, tidaaakkk." Teriaknya histeris kemudian gadis itu menangis dengan pilu.
"Hah, Haah, Haah...," Rajendara terbangun dari tidurnya, tarikan nafasnya memburu seperti habis berlari puluhan kilo meter. Sudah sembilan tahun ini mimpi buruk itu selalu menghantui. Teriakan histeris ,
desahan yang menggairahkan, tangisan pilu silih berganti setiap malamnya, tak ada lagi kenikmatan kasur empuk berukuran king size mewah yang Rajendra rasakan dalam waktu sembilan tahun ini.
"Amara, maafkan aku. Munculah ... Amara, aku akan menyerahkan hidupku kepadamu." Rajendra mendesah lirih, ia melirik jam yang berada di atas nakas, masih jam 2.30 pagi berarti ia hanya terlelap 2.30
menit saja. Dan setelahnya ia tidak akan bisa tidur nyenyak seperti biasa.
****
Pagi ini Rajendra kembali menghubungi Maxim sahabatnya saat di Dubai, mereka berdua bersahabat saat sama-sama sekolah di sana, Maxim adalah laki laki berkebangsaan Belanda yang menetap di Inggris.
"Morning Max, any news abouth my girl Max?" Tanya Rajendra. Ini adalah tahun kesembilan ia mencari jejak Amara. Ia bahkan sudah menguntit semua keluarga Amara selama bertahun tahun, namun hasilnya nihil. Empat tahun yang lalu Maxim sempat mendapatkan jejak Amara, sanyangnya ia dan Maxim
terlambat. Amara sudah menyadari kedatangannya terlebih dahulu hingga ia kembali kehilangan jejaknya.
"I'm Sorry, Rajendra." Ucapan itu sudah empat tahun ini ia dengar dari Maxim. Tak pernah berubah seperti kaset rusak yang di putar berulang-ulang.
"Oke, i have to work even harder, maybe." Ucap Rajendra
kemudian menutup telfonnya. Rajendara mengusap wajahnya dengan kasar.
"Amara dimana kamu sayang, Ampuni aku."
*****
"Ka, kita buat kerjasama lagi dengan Biyandra Hadyan Ibrahim, usahakan proyek kita dia yang mendapatkan tendernya.” Ucap Rajendra kepada Nayaka adik sepupunya.