Gadis Pecinta Asap, adalah julukan untuk Zha. Gadis pembunuh bayaran yang kini sudah menjadi ketua Mafia Klan Losion Of Death. Kini ia tengah mencari Keturunan Terakhir dari Klan Jangkar Perak yang ia yakini sebagai pembunuh Ayahnya dan penyebab penderitaan Ibunya. Hanya dengan mengandalkan tanda sebuah Tato Jangkar di bagian tubuh seseorang itu. Suatu hari, sebuah peluru mengenai Zha, menyebabkan sebuah penemuan Partikel manipulasi yang diduga sengaja ditanam dalam tubuhnya Zha sejak bayi. Hal yang paling mencengangkan ketika partikel yang ditanam dalam sebuah chip kecil itu berhasil diangkat dari tubuh Zha, sebuah tato Jangkar muncul di punggung dan lengan Zha. Lalu, siapa Keturunan Terakhir yang sebenarnya? Apakah orang lain, ataukah Zha sendiri? Zha akan mengungkap teka teki rumit di balik keturunan Terakhir yang sangat mengejutkannya.
Di sebuah ruangan besar yang berdinding kaca, seorang gadis berpenampilan tomboi berdiri menatap sekeliling dengan tatapan mata yang sulit ditebak. Seorang pria tampan memasuki ruangan dan nampak menghampirinya.
"Apa ada masalah.?" tatapan tajam mematikan milik sang gadis tertuju pada pria itu.
"Nona Zha, Mr. Espargaro mempunyai masalah. Beliau ingin kau membantunya." pria itu menaruh sebuah foto dan amplop coklat di atas meja kaca yang tepat di samping sang gadis. Tangan bersarung hitam itu langsung menyambar foto dan amplop tersebut.
Senyum miring yang tak mampu diartikan oleh siapapun itu tertarik disudut bibirnya.
"Kalian tau peraturan main ku.?" meremas foto seorang warga asing yang langsung terekam di otak nya itu.
"Tentu."
"Baiklah, lulus atau tidak keinginan bos mu, uang ini tetap menjadi milikku." Gadis yang tak lain bernama Zha itu melangkahkan kakinya meninggalkan Pria tampan yang tak mampu bersuara lagi. Aura ke misteriusnya Zha dan senyum miring miliknya mampu membuat bulu kudu Pria tampan yang mempunyai nama Ed itu berdiri.
Matanya terus menatap derap langkah Gadis pecinta Asap itu sampai menghilang dibalik pintu yang juga terbuat dari kaca itu.
Sampai di luar sana, tiba tiba saja.
Sling..... Tap.!!!!
Desing peluru secepat kilat melesat namun terelakkan dengan indah oleh Zha, dengan keterampilan yang menawan tangan lembut nya begitu cepat dan tepat menangkap nya.
"Perbuatan tidak berguna!" gerutu lirihnya sambil meremas timah panas ditangannya itu membuat sang sopir menelan ludah kasar. Namun tangan gemetaran sang sopir masih mampu membukakan pintu untuk Nonanya.
Dengan duduk bersandar di jok belakang lalu muka yang di miringkan ke kiri, Zha sengaja seperti ingin mengetahui sesuatu yang mencoba bermain dengannya tadi.
"Nona Zha mencurigai sesuatu.?" tanya Elang, sang sopir setianya.
"Manusia pengecut, hanya sampah masyarakat. Apa kau takut.?"
"Yang membuat aku gemetar bukan peluru itu, tapi kelihaian Nona dalam menangani timah panas tadi. Apa Nona wanita setengah Dewi..?" Elang sempat melirik wajah Zha yang tetap saja datar tanpa ekspresi itu.
"Wanita setengah iblis...Mungkin.!"
"Hahaha... Kau benar Nona, Jika sang Dewi kau tidak mungkin terlibat dengan kami." Elang terkekeh sesaat sebelum akhirnya harus merasakan bogem mentah milik Zha yang mendarat bebas di kepalanya.
"Jalan! Kau mau mati di sini??"
Elang langsung menginjak pedal gasnya ketika melirik sang wanita iblisnya sudah menarik ketapel kematiannya.
"Belok kanan. Masuk taman di depan itu."
Elang menurut saja. " Tepi kan mobil mu dalam lima langkah ke depan."
Wuushhh...!!!! Zha melepaskan sesuatu dari ketapel miliknya ke arah salah satu kerumunan orang yang sedang bersantai di taman.
Tanpa aba aba Elang kembali menginjak pedal gasnya setelah Zha menutup kembali kaca mobil yang sempat di bukanya tadi.
"Bagaimana nasib nya.?" suara Elang memecah kesunyian.
"Kau bisa melayatnya jika kau mau..!"
"Huh, sudah ku duga sebelumnya." Elang terdengar mendengus.
Begitu hal yang sering terjadi ketika Zha melakukan pertemuan penting dengan seseorang. Entah sengaja atau tidak pasti ada saja lawan yang tak mau menampakkan wujudnya. Sekedar hanya ingin menguji kehebatannya atau sengaja ingin menghabisinya. Hanya mereka dan Tuhan lah yang tau. Padahal mereka sudah yakin jika hanya akan mengantar nyawa mereka sia sia, karena yang pastinya jarum beracun milik Zha tidak akan pernah meleset sedikit pun.
Zha nampak membuka jaket kulit berwarna hitam yang ia kenakan itu, menggantinya dengan hoody hitam miliknya. Membuat Elang sempat melirik leher mulus bagian bawah Zha dari kaca kecil di depannya.
"Jaga matamu atau aku akan mencongkel nya!" ucap Zha sesaat setelah menepuk tengkuk Elang dengan kasar.
"Maaf, aku tidak sengaja. Sungguh!" Elang segera menundukkan wajahnya.
"Turunkan aku disini, dan kau tidak perlu menjemputku." Elang langsung memahami keinginan Zha dan segera menepikan mobil nya ,kemudian kembali melaju setelah Zha turun.
Zha melangkahkan kaki nya memasuki sebuah halaman Mall, namun ia mengurungkan niatnya. Menatap lurus kearah parkiran ketika sebuah adegan yang menurut nya cukup menarik untuk di simak.
"Jika mau makan.. Bekerja..!! Bukan meminta. Kau pikir aku Ibumu. Enak saja.! Dasar pengemis.!! Pergi..!!!" bentak congkak seorang wanita kaya itu pada seorang ibu pengemis yang berusaha meminta belas kasihnya.
Zha menatap sinis seraya merogoh sakunya.
"Ahhhrg...!!!" Wanita kaya itu jatuh terjerembab ke depan sehingga barang barang mahal di tangannya berhamburan ke lantai.
"Lain kali hati hati Nyonya." Zha meraih lengan Wanita kaya itu ,membantunya berdiri dan membantu membenahi barang barang wanita itu.
"Terimakasih Nak atas bantuanmu. Kau baik sekali." ucap sang wanita itu menerima barang barangnya dari uluran tangan Zha.
"Apa ada yang sakit.?"
"Ah, tidak tidak. Mungkin sepatuku terlalu tinggi makanya aku terjatuh." jawab wanita itu.
"Baiklah, kalau begitu silahkan. Lain kali hati hati.!" Zha memberi jalan.
Wanita itu segera menghampiri mobilnya dan memasukinya.
"Dompetku..!!!" wanita itu menoleh cepat, namun gadis itu telah menghilang tanpa bekas.
"Sial..!" umpatnya menyandarkan punggungnya di jok mobilnya. Wanita itu baru menyadari jika Gadis yang menolongnya tadi adalah seorang pencopet.
Di persimpangan jalan, Zha nampak melempar sebuah dompet berwarna keemasan itu ke tong sampah setelah menguras habis isinya. Lalu melangkah menghampiri seseorang yang sengaja di ikutinya tadi. Zha menepuk ringan bahu seorang wanita pengemis itu.
"Bu." Wanita itu menoleh dengan menggenggam sebuah kertas nasi yang di pungut nya dari tong sampah.
Zha merampas kertas nasi itu dan melemparnya sembarangan.
"Belilah makanan sepuasmu, sisanya kau boleh gunakan untuk modal hidupmu. Jangan lagi mengemis. Ku rasa ini cukup." ucap Zha merogoh kantongnya , mengeluarkan lembaran merah untuk menambah lembaran lain yang ia peroleh dari dompet berwarna keemasan tadi.
Sesaat wanita itu tertegun , keringat dingin mengalir ke rahangnya yang nampak mulai keriput, tangannya pun gemetaran hebat menggenggam lembaran uang merah yang hampir tidak muat di telapak tangannya itu.
"Nak..! Apa maksud nya ini.?.. Nak...!!" wanita itu celingukan.
"Apakah dia seorang Dewi..?" wanita itu mengusap berkali kali wajahnya. Menepuk pipinya ,meyakinkan jika ia hanyalah bermimpi.
"Tidak! ini nyata!" setelah meyakinkan diri jika itu nyata, wanita itu mengedarkan pandangannya. "Tidak ada siapa siapa."
Wanita itu melangkah setelah menyimpan apa yang membuat jantung nya tak berhenti berdegup kencang itu ke dalam kantong plastik hitam yang ia rogoh dari saku baju compang camping yang melekat di badannya itu.
&&&&&&
"Bagaimana pertemuan Nona dengan Mr.Ed tadi. Apa sudah ada keputusan.?" tanya Elang sesaat setelah Zha sudah menyandarkan punggungnya di sofa dengan sebatang rokok berfilter kuning terselip di jari kirinya.
Dengan mengepulkan asap rokok dari hidung dan bibirnya , Zha melirik wajah gelap Elang.
"Aku memang seorang pembunuh, tapi setidak nya membunuh yang bukan penjahat adalah hal yang harus ku hindari."
"Apa anda perlu bantuan.?"
"Jika aku kelelahan, aku akan menghubungi mu." ucap datar Zha semakin membuat Elang kagum.
Gadis itu melangkah meninggalkan elang yang masih berdiri untuk memasuki kamar khusus untuknya.
Di dalam kamar di lantai lima yang terletak di Mansion mewah berlantai dua belas itu, Zha melepas semua yang ada di tubuhnya dan melangkah menuju kamar mandi. Setelah puas mengguyur tubuhnya , Zha lalu berganti. Meraih sesuatu dari saku Hoodynya yang tergeletak di ranjang lalu mendekati sebuah komputer di meja sana.
"Frankyn.. Kau memang pantas menerima nya." ucap Zha setelah menemukan identitas dan riwayat gelap seseorang yang akan menjadi targetnya kali ini.
Bab 1 Prolog
21/06/2022
Bab 2 Kilasan Masa Lalu
21/06/2022
Bab 3 Ingin Menjadi Seorang Detektif
21/06/2022
Bab 4 Keluarga Angkat Zha
21/06/2022
Bab 5 Hal Paling Ditakuti Zha
21/06/2022
Bab 6 Pemindahan Keluarga Zha
21/06/2022
Bab 7 Mencium Bibir Perjaka
21/06/2022
Bab 8 Bunga Mawar Beracun Dari Zha
21/06/2022
Bab 9 Poison Of Death Kembali Berulah
21/06/2022
Bab 10 Menagih Hutang
21/06/2022
Bab 11 Pertemuan Yang Membuat Gelisah
21/06/2022
Bab 12 Misi Zha
21/06/2022
Bab 13 Bolehkah Aku Mencintaimu
21/06/2022
Bab 14 Halilintar: Apa Aku Menyukainya
21/06/2022
Bab 15 Sandera Salah Sion
21/06/2022
Bab 16 Ungkapan Hati Halilintar
21/06/2022
Bab 17 Menyelamatkan Nyonya Azkayra
21/06/2022
Bab 18 Di Rumah Utama
21/06/2022
Bab 19 Sepasang Kekasih
21/06/2022
Bab 20 Kekasih Paksaan
21/06/2022
Bab 21 21. Wibawa Zha Runtuh
14/07/2022
Bab 22 Tanya Jawab
14/07/2022
Bab 23 Siapa Dia
14/07/2022
Bab 24 Fakta Tentang Sarah!
14/07/2022