Aku berjalan menyusuri pantai seorang diri, sangat terlihat ramai. Walaupun begitu, aku merasa kesepian, hatiku hampa jika dia tidak berada di sampingku. Aku terus berjalan, berharap bertemu dia saat ini, tapi tidak kunjung aku temukan. Ada apa sebenarnya? Kenapa dia menghilang tanpa kabar? Selalu aku salahkan semesta atas apa yang sudah terjadi. Baik hati, sederhana, pekerja keras, sifat yang aku suka dari dia. Aku menaruh hati kepadanya, akankah kita berdua akan bertemu kembali?
Semua orang memadati pengumuman yang tertempel di mading kampus. April pun ikut menyela dan mengambil jalan tengah sedikit untuk melihat pengumumuan itu.
Hebat. Ternyata April bisa menjalani KKN kedokterannya di Pulau Dewata bersama sahabat tercinta. Jalan yang ditempuh untuk mendapatkan kelompok ini tentu sangat tidak mudah. Setelah berunding cukup lama dan berdebat panjang dengan dosen pembimbing, akhirnya bisa satu kelompok bersama. Ini memang impian April, berhubung kampus mengizinkan untuk bebas memilih tempat KKN di seluruh Indonesia, Bali menjadi tujuan utama, karena tempatnya yang indah dan mampu memanjakan mata. April, Salsa, Tiara dan Dita siap untuk berpetualang dan mengabdi kepada masyarakat disana.
"Pril, semua dokumen dan berkas yang perlu dibawa udah lengkap semua kan?" tanya Tiara.
"Udah semua kok ra, tadi juga udah sempet aku nanya kalo dosennya bakalan nengok kita sewaktu-waktu," jelas April.
Salsa yang mendengar jawaban dari April, langsung memasang wajah kesal dan tidak suka kalau dosen datang mengunjungi tempat KKN mereka. "Udahlah Sa, gak usah pikirin itu, pokoknya kita harus tampil cantik untuk memikat para lelaki di luar sana biar jadi pacar kita. Pas juga kan kita berempat jomblo ha ha ha," canda Dita. Memang kebetulan, Dita merupakan orang asli Bali yang mengejar pendidikan sampai ke Jakarta, keluarganya juga ada yang tinggal disini.
Setelah semua berkas dari kampus sudah selesai, April dan 3 orang sahabatnya bergegas pergi ke tempat nonkrong biasanya yaitu di kedai kopi dekat kampus. Tiba-tiba, lelaki dengan perawakan tinggi dengan kumis tipis, memanggil April dari arah belakang.
"April, pril, tunggu dulu." April menoleh dan ternyata itu adalah Wira, teman lamanya dari fakultas ekonomi. April ditinggal berdua dengan Wira, sedangkan mereka bertiga terlebih dahulu masuk ke dalam mobil. Mereka berdua pun mengobrol cukup lama, sampai akhirnya Salsa terus memanggil April untuk segera menyudahi obrolannya dengan Wira.
"Astaga, mereka gak sabaran banget, maaf ya Ra, aku pamit duluan, makasi banyak selama ini udah selalu support aku dan kasih aku nasihat tentang dunia KKN nanti. Aku janji akan memberikan yang terbaik kepada masyarakat disana. Aku pergi dulu ya," kata April.
Belum selangkah April beranjak dari posisinya berdiri, Wira menarik tangannya sampai April langsung jatuh ke pangkuannya. Mereka berdua saling menatap tajam, jantung April berdegup kencang, dirinya tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Adegan di film romantis yang biasa dirinya tonton setiap hari, akhirnya pernah juga dirasakan sekarang. Hampir 10 menit lamanya, mereka berdua saling tatap-tatapan mata, seperti ada komunikasi yang bisa dibaca oleh hati masing-masing. Apakah ini yang dinamakan rasa cinta? Mungkin momen ini tidak akan pernah April lupakan seumur hidup.
"Eh Wira, astaga, aduh makasi ya," ucap April terbata-bata. Wira lalu meminta maaf kepada April karena telah membuatnya terjatuh. Wira sangat salah tingkah dengan wajahnya yang mendadak kemerahan seperti itu. Wira langsung melambaikan tangannya dan meninggalkan April seorang diri tanpa pamit terlebih dahulu.
Ada perasaan suka dalam diri April ketika melihat sikap malunya Wira di depannya sendiri. Konon katanya, lelaki yang malu-malu dalam mengungkapkan perasaannya atau salah tingkah di depan wanita, itu tandanya lelaki itu memiliki rasa cinta yang begitu dalam dan April merasakan itu di dalam diri Wira.
Di dalam mobil, April masih saja memikirkan kejadian tadi sambil senyum-senyum sendiri. 'Kayaknya Wira suka juga sama aku, pengen deh dari rasa sahabat jadi rasa cinta, pasti gemes banget,' batin April dalam hati.
Kopi Latte. Kedai kopi yang sering mereka kunjungi dari awal kuliah sampai sekarang, masih awet seperti dulu. Desain tembok yang berwarna coklat, berisi lukisan tangan berbentuk kopi, dihiasi meja dan kursi kecil dengan pernak-pernik yang lucu, cocok untuk menjadi tempat nongkrong kaum anak muda seperti mereka.
"Mas ganteng, pesen minuman yang biasa empat sama cake coklatnya satu ya, diantar dengan penuh ketulusan cinta yang abadi ya mas," ujar Salsa manja sambil mengedipkan satu mata kirinya.
Rio, barista berkulit hitam manis dengan rambut ikal ini memang jadi idaman Salsa sejak dulu. Dari awal kuliah sampai sekarang, masih bertahan saja rasa cintanya dengan dia, padahal Rio tidak memiliki perasaan kepada Salsa, tapi Salsa tetap saja masih mengharapkan cintanya Rio.
"Udah deh Sa. Malu-maluin aja tau! Kan udah dibilang Rio itu gak suka sama kamu, masih aja diharepin, yang ada sakit hati sendiri," ledek Dita. April dan Tiara hanya tertawa kecil saja mendengar keributan yang sudah biasa didengar ini. Tiara menatap April dengan tajam, ini membuat dirinya sedikit takut dengan tatapan sahabatnya.
"Kamu kenapa sih Ra, ngapain ngeliatin aku sampek segitunya? Iya emang aku cantik kok," canda April.
"Yang bilang kamu gak cantik siapa coba, gak ada. Aku cuma mau tanya, tadi kalian berdua ngobrolin apa sih, kita bertiga nungguin lama banget tau," ujar Tiara. April hanya menggelengkan kepalanya saja dan malah senyum-senyum tidak jelas.
Mereka bertiga pun tahu, pasti ada sesuatu yang disembunyikan oleh April dan tentunya mereka bisa menebak dengan tepat sasaran. "Udah fiks Wira suka sama kamu Pril, mending iyain aja ya nanti," kata Tiara.
Drtdrtdrt. Handphone April berbunyi. 'Astaga Wira telpon, ada apa ya?' batin April dalam hati.
April segera menjauh dari sahabatnya untuk mengangkat telepon supaya tidak ketahuan.
"Hallo Wira, ada apa nih nelpon? Padahal tadi kan udah ketemu, masak udah kangen aja he he he," ledek April. ["Iya nih, aku mau ngomong sama kamu, tadi kan gak sempat he he he"]. Kata Wira.
"Mau ngomong apa?" lanjut April.
Ternyata, Wira ingin mengajak April untuk pergi berdua ke suatu tempat sore ini. Mendengar ajakan Wira, seketika jantungnya berdegup kencang, keringat dingin mengalir di telapak tangannya. April terdiam beberapa saat, sampai akhirnya dirinya mengiyakan ajakan Wira.
["Nanti aku jemput di rumah ya, pokoknya harus dandan yang cantik he he he"]. Ujar Wira. April menutup telepon dan menahan suaranya agar tidak teriak, dirinya sangat merasakan kegirangan yang hakiki. Untuk pertama kalinya, seorang lelaki mengajaknya untuk berkencan nanti. "Ha ha ha lucu sih, tapi aku rasanya pengen teriak disini. Rasa sahabat yang dulu ada, sekarang akan secepatnya berubah menjadi rasa cinta," ungkap April.
April kembali lagi ke meja dengan wajah yang berseri-seri, seperti mendapat hadiah uang milyaran.
"Siapa yang nelpon? Lama banget sih, pasti Wira ya?" tanya Dita.
"Senyum sendiri lagi nih, udah gila mbak?" ledek Salsa.
"Apaan sih kalian, gak jelas banget, aku mau pulang duluan ya, ada janji sore ini sama seseorang, dadah semua," jawab April sambil tertawa dan pergi meninggalkan mereka bertiga.
Dita, Salsa dan Tiara saling pandang dengan wajah yang keheranan melihat sahabatnya pergi bergitu saja tanpa cerita sedikit pun apa yang terjadi sebenarnya.