Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Senja dan Langit

Senja dan Langit

daki.kodok

5.0
Komentar
15
Penayangan
5
Bab

Senja adalah bagian dari langit, dan langit adalah bagian dari Senja. Mereka tidak akan pernah berpisah karna keduanya adalah satu kesatuan. Senja Maharani juga berharap kisahnya dengan Akasa Chandrakala juga indah seperti waktu senja tiba, namun gadis itu berharap kisah mereka tidak sementara. Jadi, apakah semesta akan mengabulkan harapannya?

Bab 1 Senja sore itu

Jika ditanya apa yang Senja Maharani paling kagumi di dunia ini, pasti gadis berambut pendek itu akan menjawab bahwa ia mengitu mengagumi ciptaan tuhan bernama 'Senja'. Bukan, Ia tidak sedang mengagumi diri sendiri, yang ia maksud adalah waktu-waktu saat matahari terbenam. Hatinya begitu tenang melihat kilauan jingga itu bersinar, bagai tenggelam di lautan Sulawesi.

Sore ini, gadis itu menyaksikan matahari yang berpulang dengan beberapa orang turis yang sepertinya juga sedang menunggu pertunjukan alam tersebut. Pantai yang sangat menakjubkan, begitu damai hingga rasanya sekarang deburan ombak seolah sedang mendongeng padanya.

Dalam hati ia bersorak bahwa tidak sia-sia perjalan satu setengah jam yang ditempuh dari kosannya demi bisa menyaksikan pemandangan indah di depan mata sekarang, bahkan mungkin dia akan sekali lagi mengunjungi tempat ini.

Dengan kamera yang selalu ia bawa, si cantik berkali-kali memotret mahakarya tuhan tersebut, serta tidak henti-hentinya melayangkan pujian terhadap objek di depannya.

Cekrekk!

Cekrekk!

Cekrekk!!

Bunyi kamera yang selalu di tekan terus memenuhi pantai yang damai itu, seolah sang pemilik kamera ingin memotretnya sepanjang hidup. Baru berhenti ketika hari benar-benar gelap, warna senja yang indah perlahan memudar berganti dengan malam.

"Kamu suka memotret?"

Senja sontak menoleh ke arah samping, sejak tadi memang bukan hanya dia yang menikmati pertunjukan alam dengan kamera. Ada juga Laki-laki berperawakan tinggi, dengan kamera klasik di tangannya.

"Seperti kamu, benar 'kan?"

Laki-laki itu tersenyum lalu mengulurkan tangan, "Saya Akasa, sudah jatuh cinta dengan senja sedari saya masih kecil."

Senja tentu menerima uluran tangan itu tanpa ragu. "Saya Senja, Mama saya sangat suka dengan senja hingga nama saya begini."

"Woaah, lucky you karna memiliki nama seindah itu."

"Biasa saja Akasa, namamu juga indah. Dalam bahasa Sansekerta, artinya langit. Kamu tinggi, seperti langit," kata Senja sembari menatap langit.

Akasa ikut menoleh, namun kemudian menunjuk ke arah tempat matahari terbenam tadi. "Langit indah ketika bersama senja, bagai pertunjukan Tuhan yang ingin menyampaikan pada umatnya bahwa ada hal baik di penghujung hari ini."

"Kau benar, Tuhan sengaja menciptakan hal seindah ini, juga sebagai pengingat agar kita tahu bahwa yang indah sifatnya sangat sementara," kata Senja menambahkan ucapan dari Akasa.

Akasa kemudian mengajak Senja ke warung makan yang ada di dekat bibir pantai, warung makan bertema sederhana yang benar-benar nyaman.

"Kamu sudah lama suka memotret?" tanya Akasa kepada Senja.

Gadis itu menelan sepotong roti isi sayuran yang ada di dalam mulutnya dahulu, lalu kemudian menjawab pertanyaan Akasa. "Sudah sejak SMA, kamu sendiri bagaimana?"

"Saya sejak kecil, Aya saya seorang yang juga sangat menyukai dunia fotografi. Dia suka mengabadikan banyak hal, termasuk hal seindah matahari terbit ataupun terbenam."

Senja mengangguk memahami, "Berarti kamera ini turun temurun?"

"Benar, kamera ketika ayahku masih muda."

Akasa memberikan benda penangkap kenangan tersebut pada Senja, membiarkan gadis itu melihat detail lebih jelas.

"Woahh, Ricoh F-3 sudah sangat langkah, dan kamu memilikinya." Berkali-kali Senja terkagum pada kamera milik Akasa, salah satu kamera impiannya.

"Kamu ingin mencobanya? Coba potret saya," pinta Akasa.

Senja mengangguk dengan semangat, lalu mulai mencoba memotret Akasa dengan telaten. Lalu setelah melihat hasilnya, Senja terkagum lagi.

"Saya sudah lama ingin mencobanya, dan kemudian saya bertemu kamu. Hari ini sangat beruntung," kata Senja sembari memperlihatkan hasil jempretannya pada Akasa.

Akasa tersenyum puas, laki-laki itu juga memuji keterampilan Senja dalam membidik agar terlihat sempurna.

Keduanya kembali mengobrol sangat seru, bagai teman lama yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Senja begitu nyaman berbicara dengan Akasa, pun demikian juga Akasa yang banyak kagum dengan skil pengetahuan Senja tentang kamera.

"Senang berkenalan denganmu Akasa, semoga bisa bertemu di lain waktu."

"Kita akan bertemu lagi, pasti."

Hari itu tertutup dengan Senja yang berpamitan untuk jalan ke arah utara, dan laki-laki yang baru dia kenal bernama Akasa berjalan ke arah selatan. Senja dengan sedikit rasa panik mulai mengendarai motor beatnya menyusuri jalan yang lumayan jauh, hari sudah semakin gelap dan Senja adalah orang yang penakut.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh daki.kodok

Selebihnya

Buku serupa

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Cris Pollalis
5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku