Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Kendra dan Lukanya

Kendra dan Lukanya

NabilaPutrii

5.0
Komentar
251
Penayangan
10
Bab

~ketika dia yang kau cinta, mencintai yang lain~ Mungkin itulah lagu yang pantas untuk kisah mereka berdua, kisah seorang Kendra dan kisah seorang gadis lugu yang pantang menyerah. Kendra cowok yang terkenal bengis dan tak punya ampun untuk orang yang berani menganggunya. Dan...... Lea, dia gadis lugu yang memiliki kecantikan dan kemanisan di atas rata-rata melebihi gula mungkin. Dia cantik, namun kenapa gadis secantik dirinya masih ada yang menolaknya? Kendra. Ya dia satu-satunya cowok yang menolak pesona Lea. "Jangan pernah jatuh cinta sama gue, karena sampai kapan pun gue nggak akan pernah suka sama lo!" "Sekuat apapun kamu menyuruh aku untuk berhenti, aku akan tetap mengejar! sampai cinta itu tumbuh di hati kamu!" "Mimpi!" **** "Gue cinta sama lo Lea, tapi waktu gue udah hampir habis!"

Bab 1 Insiden Terlambat

Bagaimana bisa, Tuhan menciptakan lelaki begitu sempurna sepertimu. -Alea-

Lea berlari cepat, dengan nafas ngos-ngosan, hari ini dia terlambat. Ini semua karena matanya yang memaksa bergadang untuk menonton drakor semalam.

"PAK TUNGGU DULU!" Lea berhenti sedikit membungkuk, nafasnya tersengal-sengal karena lelah berlari sejauh itu.

"Kamu terlambat!" ucap pak satpam itu tegas, Lea meneguk ludahnya susah payah, ketahuilah jika dia penakut.

"Ta-tapi pak, gimana caranya saya masuk kalau gerbangnya bapak tutup!" cicitnya, dia menatap takut pada bapak penjaga itu.

"Pulang saja sana! Sekolah ini tidak menerima murid bandel sepertimu!" ucapnya ketus.

"Ish! Bapak jahat banget sih. Lea itu nggak bandel! Lea itu rajin, bangun tidur langsung mandi, bersihin kamar, bantu mami masak terus baru berangkat!" jelasnya.

"Saya tidak peduli! Kamu tetep tidak saya ijinkan masuk!"

Satpam itu menatapnya tajam membuat Lea kesal, dia menghentakkan kakinya kesal dengan tangan berkacak pinggang.

"Saya cuma terlambat sekali pak! Masak langsung di suruh pulang. Saya mau masuk! emang bapak mau saya jadi bodoh! iya, kalau sampai cita-cita saya nggak ke gapai bapak yang saya salahkan."

Satpam itu nampak kesal melihatnya Lea pun tak kalah kesal. Kenapa dia harus di suruh pulang? sedangkan teman-temannya yang lain yang biasa terlambat masih bisa masuk.

"Bapak pilih kasih ya! teman Lea kemarin ada yang terlambat tapi kenapa dia bisa masuk! dan sekarang kenapa Lea nggak boleh masuk!" sungutnya.

"Kamu itu anak SMA apa anak TK sih! udah sana pulang." Satpam itu berdecak kesal. Lea semakin kesal dia menatap tajam pada bapak satpam itu.

"Dasar jelek! udah gendut, item, dekil, idup lagi! mati aja sana. Beban masyarakat tau gak!" teriaknya sebelum pergi dari sana.

"AWAS KAMU YA!" teriak satpam itu kesal, Lea sudah ketar-ketir sendiri dia menggigit jarinya merasa takut, sebenarnya tadi dia hanya sok berani saja.

Jika sampai satpam itu balas dendam kelar hidupnya. "Ah, ini gimana Lea masuknya! nyebelin banget pak satpam tadi. Kenapa nggak di jaga anak OSIS aja sih!"

Dia mondar mandir sendiri di samping sekolahan, Lea menatap tembok yang menjulang tinggi di hadapannya.

"Arka bilang dia waktu telat manjat tembok, apa ini tembok yang di maksud? tapi kan tinggi banget! kalau sampai Lea jatuh terus tulangnya patah dan parahnya lagi sampai diamputasi. Ih gak mau! buntung dong." Lea bergidik ngeri berbalik arah dengan wajah kesal, sampai .....

Bruk!

"Aduh! ini kenapa ada tembok di tengah jalan sih!" decaknya, dia mengusap dahinya yang terasa sakit.

Lea mendongak sampai matanya menatap sorot tajam milik seorang pria yang telah menabraknya ralat yang dia tabrak.

"Ah, pangeran Lea!" ucapnya girang, dia senyum-senyum sendiri menatap Kendra yang menatapnya datar.

"Ngapain lo di sini, bolos?" tanyanya, Lea bukannya menjawab malah senyum-senyum sendiri.

"Kalau temboknya kamu mah, bukan aku lepas malah aku peluk!" kekehnya. Dia mengedipkan satu matanya menatap genit ke arah Kendra.

Kendra bergidik ngeri mendorong pelan tubuh Lea agar menjauh darinya. "Lo ngapain di sini, Leak!" decaknya.

Gadis itu mengerucutkan bibirnya sebal, menatap kesal ke arah Kendra. "Nama aku Lea bukan Leak!" kesalnya.

"Bodo! gue gak perduli! minggir sana lo, halangin jalan gue aja." Lea tidak bergeming menatap Kendra dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ck, apa! lo mau nyusahin gue lagi. Udah minggir gue mau masuk!" ketusnya, mendengar ucapan Kendra membuat Lea tersenyum.

"Ken, mau masuk ya? Lea bareng dong. Lea juga mau masuk tapi sama pak satpam jelek gak dibolehin. Masuk lewat apa?"

"Lubang hidung lo tuh masukin!" kesalnya, kenapa juga dia harus bertemu dengan gadis menyebalkan itu.

"Ish, mana muat. Kalau bisa udah Lea masukin dari tadi. Masuk lewat mana aja terserah penting bisa masuk ke sekolahan!"

"Bego banget sih lo!" Dengan kesal Kendra mendorong dahi gadis itu pelan, entah lugu atau bodoh orang semacam Lea ini.

"Ken, Lea pinter tau. Orang kemarin waktu ulangan Lea dapat telur! pinter kan. Temen-temen Lea aja pada dapat nilai angka Lea dong pinter dapat telur dari pak guru!" Wajah Kendra berubah datar menatap gemas sekaligus kesal pada gadis itu.

"Kalau bunuh orang gak dosa udah gue bunuh lo, Leak!" geramnya, tanpa memperdulikan ocehan Lea dia segera memanjat tembok untuk masuk ke area sekolah.

"Ih, Ken kok manjat sih kamu mirip monyet tau manja-manjat gitu. Tapi kalau monyetnya kayak kamu mah, Lea ikhlas lahir batin nikah sama monyet!" ucapnya.

"Ngoceh sekali lagi gue sumpel pake sepatu mulut lo!" kesal Kendra, dia memang harus punya kesabaran ekstra untuk menghadapi orang seperti Lea.

"Ken, Lea gimana naiknya! Lea kan bukan monyet." Kendra menggeram kesal menatap tajam ke arah Lea.

"Lo pikir gue monyet!" Kesalnya.

"E-eh, e-enggak kok. Lea nggak bilang Ken monyet kok, Ken itu kembarannya monyet! makanya Ken bisa manjat!" girangnya.

"GUE BUNUH JUGA LAMA-LAMA LO, LEAK!"

****

"Lea, kok lo bisa telat sih? terus itu kenapa lo pakai senyum-senyum sendiri. Lo nggak gila kan? karena telat masuk sekolah?" ucap Elsa, bergidik.

"Apasih, Elsa. Mending sekarang kamu buatin es buat Lea, Lea lagi pingin main salju!" ucapnya ngawur.

"Mental depresot gue mah ngelawan lo!" kesal Elsa, Lea memang tidak pernah benar, mungkin otak gadis itu sedikit miring.

"Ish, Ken ganteng banget sih! Lea pingin cepet-cepet di halalin sama, Ken deh!" ucapnya dengan senyum-senyum tidak jelas.

"Fiks! lo bener-bener gila, Le. Mungkin lo kena penyakit HTT, lo harus segera periksa sebelum penyakit lo makin parah."

Lea melotot menatap ke arah Elsa, tangannya yang bebas memukul kesal lengan Elsa.

"Lea nggak sakit, ih! Elsa jangan ngaco. Elsa itu yang sakit, sakit jiwa!" balasnya.

Elsa menggeram kesal namun dia tetap tersenyum, senyum paksa dengan rasa ingin mencekik orang di depannya.

"Sabar gue mah! untung gue waras nangepin orang gila kayak lo!" kesalnya, saat Elsa akan pergi Lea menahannya.

"Ih, Elsa mau ke mana. Jangan tinggalin Lea dong! entar kalau Lea di culik gimana!" ucapnya berlebihan.

"Kabar bahagia banget kalau lo di culik, Le. Mental gue aman kalau nggak ada lo!" selorohnya.

Lea cemberut mengeplak lengan Elsa kembali. "Jahat banget, ih. Tapi kalau yang culik Ken sih Lea ikhlas lahir batin nggak di balikin ke mami juga ikhlas banget, sekalian aja entar pulang ke rumah bawa cucu buat mami! pasti mami seneng."

"LO EMANG STRES, LE! STRES!" ucap Elsa kesal, ingin sekali dia menenggelamkan sahabat lugunya ini ke pantai selatan, biar sekalian dibawa nyiroro kidul.

"Ish! Elsa jangan marah-marah dong. Cepat tua entar, Elsa mau mukanya keriput. Ih, entar nggak ada yang mau sama Elsa, kalau semua suka sama Lea gimana? kan Lea yang bingung kasihan juga Ken dia pasti cemburu!"

Nyebut, Sa nyebut!

Elsa menarik nafas dalam-dalam, untuk mencoba sabar menghadapi keluguan sahabatnya ini.

"Lo emang bener-bener punya sakit HTT ya, Le!" ucapnya sabar, dia mengusap berulang kali rasanya agar tak sampai meledak menghadapi Lea yang sangat menyebalkan ini.

"Em, emang HTT apa? Lea nggak ngerti!" ucapnya polos.

"HALU TINGKAT TINGGI! dahlah depresot gue nanggepin ucapan lo!" ucapnya berlalu pergi, Lea berdecak kesal.

"Padahal kan, Lea cuma tanya. Elsa kenapa marah-marah mulu sih. Udah Lea ditinggal, dasar nggak berperiketemanan." Lea menghentakkan kakinya kesal sebelum pergi dari sana.

Wajahnya yang tadinya kesal kini kembali tersenyum kala melihat rombongan Ken yang baru memasuki kantin, seolah memiliki baterai yang terisi penuh dia segera menghampiri Kendra.

"Ken, Lea di sini!" teriaknya, semua orang menatapnya tak terkecuali teman-teman Ken, namun tidak dengan Ken sendiri.

"Ish! kok Lea gak di respon sih." Kesalnya.

Dia menghampiri meja Kendra dan teman-temannya tanpa permisi dia langsung duduk di sebelah Kendra.

"Ken, marah ya sama Lea? Gara-gara tadi ya? Maaf ya Lea gak sengaja. Pantat Ken masih sakit?" tanyanya tanpa beban.

Ken menatapnya tajam, tak seperti teman-temannya yang kini tengah meledakkan tawanya. Lea seolah tak sadar akan ucapannya masih terus mengucapkan aib Kendra.

"Kolor Ken, si kembar botak nanti Lea ganti deh, kolor Ken tadi sobek kan?" tanya lagi. Kendra segera membekap mulut gadis itu dengan mata menyorot tajam.

Wajahnya merah merasa malu terlebih teman-temannya kini yang tengah menertawakan dirinya saat ini.

"Anjir, kolor si kembar botak!" kekeh Ronald, Kendra menatap tajam ke arah teman-temannya membuat mereka semua bungkam.

"Lo diem!" ucapnya pada Lea yang hanya mengerjab matanya. Kendra melepas bekapan tangannya mengajak Lea untuk pergi dari sana.

"Ish! apaan sih Ken. Tangan Ken bau banget tau! Ken habis cebok ya gak cuci tangan. Ish jorok!" dengusnya.

"Diem, anjing!" kesal Ken, dia berkali-kali lipat malu mendengar ocehan Lea yang tak ada habisnya itu. Membuat beberapa temannya tertawa mendengarnya.

Kendra pun mencium tangannya sendiri, dan itu tidak benar. Tangannya tidak seperti apa yang Lea katakan.

"Lo kibulin gue!" kesalnya.

Lea hanya diam menatap Kendra dengan tatapan tak berdosanya. "Ken masih marah ya?" tanyanya kembali mengingat insiden dia naik tembok tadi pagi.

*****

[Flashback]

"Ish, terus Lea gimana dong naiknya. Ken tega ninggalin Lea sendiri!" ucapnya sedih, matanya berkaca-kaca menatap Kendra yang sudah ada di atas.

"Ck, nyusahin banget sih lo!" Kendra memutar otak mencari cara untuk Lea bisa naik ke sini.

"Ya udah buruan naik! ribet amat lo jadi cewek." teriak Kendra dari atas.

"Ish, mana bisa. Lea kan pakai rok. Entar kalau kelihatan gimana!" teriaknya.

"Ck, nggak ada siapa-siapa Lea. Buruan! lagian siapa yang mau ngintip lo, lihat tubuh kerempeng lo aja semua orang pada gak selera!" ketusnya.

Lea mencebikkan bibirnya kesal, meski takut dia tetap mencoba untuk naik ke atas, dengan sangat hati-hati.

"Ck buruan! lelet amat sih lo!" kesal Kendra tak sabaran. Memang cara naik Lea saja yang lambat.

"Ish! jangan marah-marah dong. Lea kan lagi konsentrasi kalau sampai Lea jatuh gimana." Lea berucap kesal, sampai dia bisa menggapai tangan Kendra dan naik ke atas tembok itu.

"Terus? kita duduk di sini aja? Ken mau ajak Lea pacaran di atas sini?" tanya polos, seperti biasanya di saat dia berpikir matanya akan berkedip-kedip.

"Pacaran pala lo! buruan loncat." Lea melotot mendengarnya, apa katanya tadi? loncat? yang benar saja, tembok setinggi ini dia di suruh melompat.

"Nggak mau. Ken mau bunuh Lea, suruh Lea loncat dari atas sini. Kalau mau mati, mati aja sendiri gak usah ajak-ajak Lea!"

"Bacot banget anak Herman!" Lea melotot mencubit pinggang Kendra kesal, berani-beraninya dia mengejek nama papinya.

"Durhaka mainin nama orang tua! Ken mau masuk neraka? Ken mau tubuhnya di balik kayak jambu mente!"

"Lo bacot sekali lagi gue dorong dari sini!" Kendra menggeram kesal, Lea menatap ragu ke arah bawah.

"Ken duluan aja yang turun, Lea nggak berani. Kalau Ken udah di bawah cariin Lea tangga." Seperti ratu yang membabu pembantunya.

"Bunuh orang dosa gak sih, Le? gue bener-bener pingin cekek orang sekarang!". ucap Kendra datar.

"Bunuh orang itu dosa, Ken. Ken nanti bisa masuk penjara bisa masuk neraka jug---" Lea melotot saat Ken merangkul pinggangnya dan terjun ke bawah sana.

Bruk!

"Anjing!" Kendra meringis saat pantatnya mendarat ke tanah dengan sangat keras terlebih Lea yang malah terduduk pada perutnya.

"Bangun goblok! perut gue sakit!" kesalnya. Lea yang baru tersadar pun segera bangun dari tubuh Ken.

"K-ken gak papa?" tanyanya.

Kendra meringis memegang pantatnya yang terasa linu. Menatap tajam ke arah Lea tanpa perduli dengan gadis itu dia segera bangkit mengambil tasnya yang tak jauh darinya.

Sebenarnya tinggi tembok itu tidak seberapa, paskah untuk loncat-loncat seperti itu. Lea saja yang lebay.

"Ken!" teriak Lea kembali, gadis itu membekap mulutnya dengan wajah panik.

"Apa!"

"I-itu." Lea menunjuk padanya, membuat Kendra mengernyit apa maksud gadis itu.

"Apa sih! ngomong yang jelas dong. Gagu lo ngomong kayak gitu!" Kesalnya.

Lea menutup wajahnya namun membuka sedikit jari-jarinya menatap ke arah Kendra. "I-itu Ken, celana kamu sobek. Kolor si kembar botak kelihatan ikutan sobek!"

Astaghfirullah sabar!

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh NabilaPutrii

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku