Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
ANGKASA [Perjodohan]

ANGKASA [Perjodohan]

NabilaPutrii

5.0
Komentar
12
Penayangan
28
Bab

"Ma, Angkasa nggak mau dijodohin!" "Serius nggak mau dijodohin sama, Meisya?" Godanya. "Meisya? kalau itu Angkasa nggak nolak!" Di sekolah sok nggak kenal di rumah manjanya ngalahin bayi, siapa lagi kalau bukan Angkasa Lesmana Regan.

Bab 1 Cebol Kesayangan

Meisya berlari kecil menuju lapangan basket, setelah pertandingan selesai matanya berbinar dengan sebotol air di tangannya.

"Angkasa!" Panggilnya.

Hal itu membuat Angkasa beserta teman-temannya menoleh. Pria itu menatapnya datar dengan satu alis terangkat.

Sedangkan Meisya dengan senang hati memberikan minuman itu kepada Angkasa. "Buat kamu!" ucapnya.

"Cie aku kamu, neng geulis siapa namanya atuh?" Goda Gara, mengedipkan satu matanya kepada Meisya.

Gadis itu melotot tajam, berkacak pinggang menatap tak suka ke arah Gara.

"Jauh-jauh, Meisya alergi orang jelek!" ucapnya, membuat mereka semua meledakkan tawa.

Angkasa tersenyum tipis melihatnya, namun dia hanya diam tak ada tanda-tanda jika dia akan mengambil botol air itu.

"Ayo Angkasa, ambil!" Meisya menarik tangan Angkasa lalu memberikan botol air mineral itu.

"Sorry, gue alergi air putih apalagi dari tangan cewek cebol kayak lo!" ucap Angkasa lalu pergi.

Mereka semua tertawa mengejek, bukan dari teman-teman Angkasa melainkan dari para siswa-siswi yang lain.

"Makanya jadi cewek gak usah ganjen, sok kecakepan banget sih!"

"Tau, emang enak dikatain cebol sama Angkasa, haha!"

Meisya hanya diam, bibirnya mengerucut sebal merasa kesal dengan ucapan Angkasa. "Awas aja, aku aduin mami."

****

"HUWAAA, MAMIIII!" Meisya menghentakkan kakinya kesal, masuk ke dalam rumah besar nan mewah.

"Sayang, kenapa?" Seorang wanita cantik, turun dari tangga terlihat panik saat melihat putri kesayangannya pulang sembari menangis.

"Mami Angkasa jahat, hiks!" Meisya memeluk erat tubuh maminya.

Nara tersenyum tipis mendengar ucapan putrinya. Sudah biasa jika Meisya selalu menangis jika tentang Angkasa.

"Angkasa kenapa lagi, hm?" Nara mengusap kepala putrinya sayang, sembari memberi kecupan singkat.

"Angkasa---"

"Assalamualaikum, Tante." Mereka berdua menoleh saat melihat kedatangan Angkasa, yang sudah memakai baju bebas.

"Ngapain ke sini, pulang sana Meisya nggak mau ketemu sama Angkasa!" Gadis itu berkacak pinggang.

Matanya yang bulat dan berkaca-kaca terlihat begitu menggemaskan di mata Angkasa. "Gemes!"

Angkasa malah mencubit pipi gadis itu pelan, membuat Meisya semakin kesal. Dia menepis tangan Angkasa agar menjauh dari tubuhnya, kembali menempel pada tubuh maminya.

"Mami usir dia, Meisya nggak mau ketemu sama Angkasa lagi. Dia nyebelin!" omelnya.

Angkasa terkekeh mendengarnya, duduk di sebelah gadis itu mengacak rambutnya gemas. "Tante, bilangin sama Meisya kalau Angkasa minta maaf!"

"Mami, bilang sama Angkasa kalau Meisya nggak mau maafin dia. Habisnya Angkasa nyebelin, buat Meisya kesel mulu!"

"Tante, bilangin ke Meisya kalau Angkasa ngelakuin semua itu buat dia. Karena Angkasa nggak mau calon istri Angkasa kenapa-napa."

Nara bergeleng pelan, bisa-bisanya dia dijadikan perantara di saat keduanya duduk bersampingan.

"ANGKASA!" teriak Meisya kesal.

"Apa sayang?"

*****

"Udah ngambeknya!" Angkasa mencubit pipi bulat Meisya namun gadis itu hanya diam. Masih merasa kesal!

Satu setengah jam Angkasa membujuknya namun tetap saja Meisya masih kesal kepadanya, hal itu membuat dia frustasi.

"AAA SAYANG UDAH DONG JANGAN NGAMBEK TERUS, MAU PELUKKK!" rengek Angkasa.

Angkasa membawa tubuh kecil Meisya ke dalam pelukannya, memeluknya begitu erat. Sampai gadis itu susah nafas.

"Lepas! ngapain peluk-peluk Meisya. Bukanya Angkasa alergi sama Meisya yaudah pulang sana ngapain masih di rumah Meisya!" Usirnya.

Angkasa memeluk tubuh gadis itu dari samping menjatuhkan kepalanya pada bahunya, menghirup dalam-dalam aroma wangi dari tubuh Meisya.

"Itu berlaku buat di sekolah aja, di rumah nggak. Di sekolah kita nggak kenal, kalau di rumah Meisya punya Angkasa!" ucapnya.

"Kenapa? Angkasa malu kalau deketan sama Meisya?" tanyanya sedih.

"Bukan gitu sayang, udah ah nggak usah di bahas lagi." Angkasa memeluk tubuh Meisya semakin erat, terdengar helaan nafas panjang dari Meisya.

"Angkasa sekarang pulang, Meisya mau bobo." Angkasa menggeleng, menatap lekat mata gadis itu.

"Mau bobo bareng!" ucapnya.

Mata Meisya melotot galak, mendorong tubuh Angkasa begitu saja sampai dia terjatuh ke bawah.

"NGGAK BOLEH, MAU AKU ADUIN MAMI! MA----"

"Shut! bercanda sayang." Buru-buru Angkasa membekap mulut Meisya jika sampai dia mengadu bisa panjang urusannya.

Angkasa menatap lekat mata Meisya lalu perlahan melepas bekapannya. Kedua tangannya mengusap pipi Meisya pelan.

Cup

"Mat bobo, cebol kesayangan Angkasa!" ucapnya, membuat Meisya kesal, meski begitu Meisya tak bisa menyembunyikan senyuman di wajahnya.

Setelah pulang dari rumah Meisya, Angkasa menyusul teman-temannya di tongkrongan warung Mang Jajang.

"Woi, dari mana lo?" Gara yang tengah asyik memakan mie ayam favoritnya menoleh saat melihat kedatangan Angkasa.

"Rumah," balas Angkasa singkat. Dia mendudukkan tubuhnya di kursi berhadapan dengan Gara.

"Sa, entar malam ada balapan motor. Hadiahnya 10 juta, lo mau ikut nggak?" tanya Bagas.

Angkasa terdiam beberapa saat, dia tidak ada jadwal ke rumah Meisya. Bolehlah dari pada gabut di rumah.

"Gue ikut!" Semua teman-temannya bersorak pastinya mereka sangat senang.

Di saat Angkasa turun ke arena balap. Siapapun lawannya pastinya Angkasa lah pemenangnya, dan yang paling membahagiakan lagi adalah hadiah balap motor itu Angkasa berikan kepada mereka semua. Pesta kemenangan!

"Btw, cewek yang kasih lo minum tadi siapa?" tanya Gara mulai penasaran.

Angkasa menggedikan bahunya acuh, asyik bermain ponselnya melihat foto-foto Meisya yang terlihat sangat cantik dan menggemaskan.

"Cantik sih, tapi galak bener euy!" kekehnya. Bagas ikut tertawa terlebih saat mengingat ucapan Meisya tadi.

"Kalau gak salah dia anak XII IPA 3 tetangga kelas kita." Gara menatap intens ke arahnya, membuat Bagas waspada.

"Apa lo?"

"Kok lo tahu? jangan-jangan dia mantan gebetan lo ya?"

Plak!

"Bacot!" Angkasa menggeplak kepala Gara membuat laki-laki itu menatapnya aneh sembari mengusap kepalanya yang terasa nyut-nyutan.

"Aku salah opo to Mas?" ucap Gara dengan ekspresi yang di buat-buat membuat Bagas begitu jijik saat melihatnya begitu juga Angkasa.

Bagas memainkan ponselnya melihat satu foto yang menempel di galerinya. Dia tersenyum tipis, entah kenapa dia merasa rindu kala melihat foto gadis itu kembali.

"Masih gamon? Kenapa nggak coba lo cari keberadaa dia?" tanya Angkasa.

"Udah, gue tetep nggak ketemu kemana Kara pergi. Dia benar-benar menghindar dari gue, gue juga yang salah seharusnya gue nggak pernah ngungkapin perasaan gue ke dia!" lirih Bagas.

Angkasa menepuk bahu Bagas pelan. "Lo nggak salah, jatuh cinta sama seseorang itu bukan sebuah kesalahan. Dengan lo ngungkapin perasaan lo ke dia justru buat lo sadar kalau dia terima artinya kalian saling mencintai tapi kalau dia nolak artinya lo harus berhenti dan lupain dia dari hidup lo!" jelas Angkasa.

Bagas tersenyum miris. "Bodohnya gue udah di tolak tapi masih berharap. Gue kangen banget sama dia, harusnya dia nolak gue nggak perlu ninggalin gue kayak gini."

"Kara itu cewek polos wajar kalau dia kabur dari lo secara dia di cintai sama om-om!" celetuk Raga.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh NabilaPutrii

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku