Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
512
Penayangan
19
Bab

๐—”๐—ธ๐˜‚, ๐—ธ๐—ฎ๐—บ๐˜‚, ๐—ฑ๐—ถ ๐—•๐—ฎ๐—ป๐—ฑ๐˜‚๐—ป๐—ด ๐Ÿฎ๐Ÿฌ๐Ÿฎ๐Ÿฎ Samuel dan Anantha telah menjalin hubungan dari kelas 10 SMA dan di tahun kedua hubungan mereka mulai rengang lantaran Samuel yang sibuk dengan organisasinya sebagai ketua OSIS sedangkan Anantha dia adalah penulis novel online, tetapi tidak ada satu pun yang tahu jika Anantha adalah penulis novel. Hubungan mereka semakin retak setelah kedatangan siswi baru yang bernama Viola yang merupakan sahabat Samuel semasa kecil. Anantha merasa Samuel lebih perduli kepada Viola dan tidak pernah memperhatikannya lagi. Bahkan Samuel tidak memiliki waktu untuknya. Lantas bagaimana dengan hubungan keduanya? Apakah Anantha memilih untuk mengakhiri hubungannya dengan Samuel atau tetap bertahan meski ia yang paling terluka?

Bab 1 Bolos

Bukan dia tak mencintaiku, hanya saja aku yang terlalu mencintainya.

-Anantha-

****

Samuel Dirgantara, ketua OSIS SMA KARTIKA yang terkenal sangat disiplin dan kejam dalam memberikan hukuman. Samuel bahkan sering memberikan hukuman pada kekasihnya sendiri, yaitu Anantha. Siswi bandel yang sering kali bolos pelajaran.

"Samuel!" Pria dengan keringat yang banjir di wajahnya, setelah selesai bermain basket menoleh ke arah seorang gadis yang berlari kecil menghampirinya.

"Buat kamu," Anantha tersenyum manis memberikan minuman yang baru saja ia beli di kantin untuk kekasihnya.

Dengan senang hati Samuel menerimanya, meneguk air itu hingga tersisa setengah. Anantha mengeluarkan sapu tangannya mengusap keringat yang membanjiri wajah tampan kekasihnya.

"Nanti kamu jadi nganterin aku pulang?" tanyanya.

Samuel mengangguk, mengulas senyum tipis ke arah Anantha. "Tungguin di depan, gue rapat OSIS bentar!" ucap Samuel.

"Oke, jadi jalan sekalian?" tanya Anantha kembali.

"Samuel!" Atensi keduanya beralih pada Deka yang melambai agar Samuel kembali bermain.

Samuel menganggukkan kepalanya, menepuk kepala Anantha pelan. "Jadi, buruan masuk kelas jangan sampai Bu Retno hukum karena ketahuan bolos!" teriak Samuel.

Anantha menyengir lebar, Samuel tahu saja jika dia izin ke kamar mandi tapi justru pergi ke kantin hanya untuk membelikan minuman untuknya. Anantha membawa tubuhnya berbalik kembali ke kelas setelah sebelumnya sempat menatap Samuel yang tengah bermain basket.

"Samuel, jangan pernah bosan untuk jatuh cinta sama Anantha ya? Karena Anantha sudah mencintai Samuel sangat jauh."

Bukan segera kembali ke kelas, Anantha justru kembali berbelok ke kantin. Ia malas masuk ke kelas Bu Rina yang memang cukup membosankan. Selain ia harus bertemu dengan rumus kimia ia pun harus mendengarkan promosi bimbel yang tidak ada habisnya.

"Mang, bakso satu ya!" pesan Anantha.

Ia mengambil duduk yang tidak terlihat dari luar, Anantha memainkan ponselnya dan sudah banyak mendapat pesan dari temannya. Anantha tidak perduli meski ia sudah di paksa untuk masuk lantaran guru menyebalkan itu sudah menyadari kepergiannya yang terlalu lama.

"Kalau di hukum tinggal di jalanin, sekolah tinggal berapa bulan aja. Lumayan nyari kenangan!" kekeh Anantha.

Matanya berbinar saat bakso yang ia pesan sudah di antarkan. Anantha segera memakannya, tanpa dia sadari ada sorot mata tajam yang sedari tadi memperhatikannya. Di suapan terakhirnya, Anantha sampai tersedak lantaran seseorang menggebrak mejanya sangat keras.

"ANANTHA PUTRI ATMAJA, LARI 5 PUTARAN SEKARANG JUGA!" teriakan melengking itu berasal dari Pak Beni, guru piket yang mencari siswi bolos seperti Anantha.

"Pak, jahat banget sih. Anantha sampai tersedak nih!" ucap Anantha setelah menghabiskan minumannya.

Pak Beni berkacak pinggang menatap tajam ke arah siswi nakalnya satu ini. "BAPAK NGGAK PERDULI, KE LAPANGAN SEKARANG JUGA ATAU BAPAK PANGGIL PAPA KAMU KE SEKOLAH!" teriak Pak Beni.

Anantha sampai tutup telinga mendengarnya, ia menunjukkan cengiran lebarnya segera bangkit dari duduknya.

"Aduh, bapak nggak usah repot-repot manggil papa saya ke sini. Kan yang sekolah di sini saya bukan papa saya, lagian nih pak, papa saya itu orangnya sibuk tiap hari kerjaannya di kantor numpuk. Nggak kayak bapak siang-siang gini masih bisa jalan-jalan, ke kantin lagi!"

"ANANTHA!"

Anantha tertawa puas, segera kabur dari jangkauan Pak Beni. Untung saja baksonya tadi sudah ia bayar. Anantha tersenyum saat melihat Samuel dan teman-temannya masih berada di lapangan.

Anantha menguncir tinggi rambutnya sebelum berlari mendekat ke arah Samuel. Dahi pria itu berkerut saat melihat Anantha kembali bukannya masuk ke kelas. Kebingungannya terjawab sudah setelah melihat kedatangan Pak Beni dengan penggaris panjangnya.

"Halo sayang!" sapa Anantha, memberikan ciuman jauh pada Samuel.

Samuel menghela napas panjang, masih saja tidak berubah. Kenakalan Anantha justru semakin menjadi semenjak mereka kelas 12. Pak Beni yang lelah setelah mengejar Anantha duduk di dekat Samuel dan teman-temannya.

"Samuel, kamu urus siswi nakal ini! Bapak mau kembali ke ruang guru. Jangan biarin dia kabur sebelum lari lima putaran!" perintah Pak Beni.

"Baik, Pak."

Pak Beni meninggalkan lapangan, setelah memberi peringatan kembali pada Anantha. "Kalau kamu buat ulah lagi, bapak akan panggil papa kamu ke sekolahan!" ancamnya.

Anantha menjulurkan lidahnya mengejek Pak Beni setelah guru itu berbalik. Ia sudah merasa lelah meski baru dua putaran saja. Anantha beralih menatap Samuel yang memberikan tatapan tajam kepadanya. Jangan harap setelah ini ia terbebas begitu saja, Samuel pasti akan memberikan ceramah panjang lebar kepadanya.

"El, pacar lo bisa bertolak belakang gini sama sifat lo!" kekeh Deka.

Samuel menghunuskan tatapan tajamnya membuat Deka langsung terdiam. "Gue duluan, baik-baik sama pacar lo anak orang itu!" bisik Deka sebelum berlari meninggalkan Samuel.

"Semangat, Anantha!" teriak Deka, yang mendapat acungan jempol dari Anantha.

Anantha mengusap dahinya yang sudah banjir keringat, kakinya sudah tidak kuat untuk berlari lagi. Padahal masih kurang dua putaran lagi, ia yang baru makan pun tenaganya sudah terkuras habis. Memang Pak Beni menyebalkan, tidak tanggung-tanggung jika memberikan hukuman. Mana segala mengancam akan panggilan orang tua lagi.

"Samuel, capek!" teriak Anantha. Ia tidak lagi berlari, berjalan pun sudah hampir terjatuh.

Samuel melipat kedua tangannya di dada menatap tajam ke arah Anantha. "Lo yang buat salah harus berani tanggung konsekuensinya. Gue udah bilang jangan bolos kelas, Anantha!"

"Tapi aku lapar, Samuel. Masa kamu mau biarin aku mati kelaparan di kelas, lagian jamnya Bu Rina kosong hari ini!" bohong Anantha.

"Bu Rina yang bilang Pak Beni kalau lo pergi ke kamar mandi nggak balik-balik. Nggak usah buat alasan untuk menutupi kesalahan lo, Anantha!" tegas Samuel.

Anantha memajukan bibirnya kesal, Samuel tidak berpihak kepadanya. Ia menggoyangkan lengan Samuel pelan. "Udah ya hukumannya, nanti bilang aja ke Pak Beni kalau aku udah lari lima putaran. Aku udah nggak kuat Samuel, aku capek. Nanti kalau asma aku kambuh gimana!" ucap Anantha dengan wajah sedih.

Samuel memberikan air minumnya yang masih tersisa setengah kepada Anantha. Setelahnya ia berlari ke lapangan menggantikan hukuman Anantha. Gadis dengan rambut kuncir kuda itu terdiam, ia tersenyum tipis. Seperti biasanya Samuel menggantikan hukumannya.

"Ketosnya SMANKA romantis banget sih!" teriak Anantha tanpa malu.

Samuel menghembuskan napas kasar, ia menyugar rambutnya ke belakang. Menatap Anantha yang senyum-senyum sendiri. Samuel melempar handuk kecil di bahunya tepat di wajah Anantha.

"Terakhir kali gue gantiin hukuman lo, kalau sampai lo di hukum lagi. Tanggung sendiri!" cetusnya.

Anantha terkekeh, ia berjalan di sebelah Samuel menggoyangkan lengan pria itu pelan. "Dari dulu juga Samuel bilangnya gitu, tapi setiap kali Anantha di hukum Samuel masih bantu," kekehnya.

Samuel menghentikan langkahnya membuat Anantha juga berhenti. Ia mendongak menatap Samuel yang jauh lebih tinggi darinya. Tatapan Samuel masih tidak bersahabat membuat Anantha sedikit merasa takut.

"Jangan selalu bergantung sama gue, Anantha!" tekan Samuel.

"Kenapa? Samuel udah nggak cinta lagi sama Anantha? Kenapa Anantha nggak boleh bergantung sama Samuel," cecar Anantha.

Matanya menatap lekat netra abu milik Samuel. Hatinya terasa berdesir mendengar pernyataan Samuel barusan. Anantha sudah overthinking, apakah Samuel sudah tidak mencintainya lagi? Apakah Samuel mulai bosan dengan sikapnya?

"Karena kita nggak ada yang tahu, sampai kapan gue bisa ada buat lo!

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh NabilaPutrii

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku