SAMANTHA
ku, hanya saja aku yang
ant
*
jam dalam memberikan hukuman. Samuel bahkan sering memberikan hukuman pada kek
hnya, setelah selesai bermain basket menoleh ke ar
s memberikan minuman yang baru saja
gga tersisa setengah. Anantha mengeluarkan sapu tangannya
nganterin aku p
is ke arah Anantha. "Tungguin di depan
sekalian?" tanya
alih pada Deka yang melambai
ha pelan. "Jadi, buruan masuk kelas jangan sampai Bu
gi ke kantin hanya untuk membelikan minuman untuknya. Anantha membawa tubuhnya berbali
uh cinta sama Anantha ya? Karena Anant
masuk ke kelas Bu Rina yang memang cukup membosankan. Selain ia harus bertemu den
satu ya!" p
banyak mendapat pesan dari temannya. Anantha tidak perduli meski ia sudah di paksa unt
sekolah tinggal berapa bulan aja. Lu
, tanpa dia sadari ada sorot mata tajam yang sedari tadi memperhatikannya. Di suapan t
!" teriakan melengking itu berasal dari Pak Beni, g
ampai tersedak nih!" ucap Anantha
nya satu ini. "BAPAK NGGAK PERDULI, KE LAPANGAN SEKARANG JUG
garnya, ia menunjukkan cengiran leb
ya bukan papa saya, lagian nih pak, papa saya itu orangnya sibuk tiap hari kerjaannya di
ANT
ntung saja baksonya tadi sudah ia bayar. Anantha tersenyum sa
ria itu berkerut saat melihat Anantha kembali bukannya masuk ke kelas. Kebingungan
nantha, memberikan ci
ntha justru semakin menjadi semenjak mereka kelas 12. Pak Beni yang le
kembali ke ruang guru. Jangan biarin dia kabur
k, P
atan kembali pada Anantha. "Kalau kamu buat ulah lagi,
aru dua putaran saja. Anantha beralih menatap Samuel yang memberikan tatapan tajam kepadanya. Jangan ha
olak belakang gini sama
ng terdiam. "Gue duluan, baik-baik sama pacar lo anak or
ak Deka, yang mendapat ac
sih kurang dua putaran lagi, ia yang baru makan pun tenaganya sudah terkuras habis. Memang Pak Beni menyeba
a. Ia tidak lagi berlari, berj
ah Anantha. "Lo yang buat salah harus berani tanggung kons
in aku mati kelaparan di kelas, lagian jamn
ar mandi nggak balik-balik. Nggak usah buat alasan
elan. "Udah ya hukumannya, nanti bilang aja ke Pak Beni kalau aku udah lari lima putaran. Aku udah
a ia berlari ke lapangan menggantikan hukuman Anantha. Gadis dengan rambut kuncir ku
tis banget sih!" teria
belakang. Menatap Anantha yang senyum-senyum sendiri. Samue
n lo, kalau sampai lo di hukum la
engan pria itu pelan. "Dari dulu juga Samuel bilangnya gitu, ta
endongak menatap Samuel yang jauh lebih tinggi darinya. Tatapan Sa
ntung sama gue, Anan
ama Anantha? Kenapa Anantha nggak boleh
engar pernyataan Samuel barusan. Anantha sudah overthinking, apakah Samuel
yang tahu, sampai kap