Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Langit Kelabu Rinjani

Langit Kelabu Rinjani

yusnicolins

5.0
Komentar
1.6K
Penayangan
5
Bab

Enam  tahun lalu, setelah dirinya dimanfaatkan oleh kekasih yang sangat dia cintai, Rinjani di tinggalkan begitu saja dan memilih menikahi wanita lain. Lima tahun kemudian, Rinjani kembali ke kotanya untuk membalaskan rasa sakit hatinya dan membawa sebuah rahasia yang mengejutkan keluarga Dirgantara. Wajahnya yang terlihat berkilau dan penampilannya yang memukai, membuat setiap pria yang melihatnya menelan saliva. Kekasih yang dulu menyakitinya berkata dengan penuh penyesalan. "Aku sudah salah meninggalkanmu, dan memilih menikah dengan wanita lain, bisakah kita memulainya lagi dari awal, sayang?" "Apa yang sedang kau katakan, Damar? Coba kau ulangi sekali lagi! Aku tidak mendengarnya." Apa yang terjadi di masa lalu Rinjani? Dan rahasia apa yang Rinjani sembunyikan selama lima tahun menghilang? Kepada siapa hati Rinjani berlabuh? Damar mantan kekasihnya atau laki-laki yang membantunya selama ini? Dan siapa wanita yang diam-diam telah membantunya membalaskan dendamnya?

Bab 1 Kejutan

"Rin, apa kau sudah yakin kembali ke kotamu?" wanita paruh baya bertanya kepada Rinjani yang sedang menyusun pakaian di koper besar miliknya.

"Aku sudah yakin, Tan. Tapi aku belum bisa membawa Dante ikut bersamaku, aku ingin, Dante tetap di sini sampai aku bisa membalaskan dendamku kepada keluarga Winardi.

"Rin, tolong kau pikirkan sekali lagi rencanamu ini. Tante tidak mau melihatmu menderita dan jatuh ke lobang yang sama, kau sudah cukup menderita selama 5 tahun ini,"

"Biarlah kejadian lima tahun lalu menjadi masa lalumu dan sudah saatnya kau membuka lembaran baru, buka hatimu untuk pria lain." Tante Venus memberi nasehat kepada Rinjani, keponakan yang paling di sayangnya.

"Tanteku sayang, melupakan masa lalu itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, Damar dan Cantika harus merasakan apa yang kurasakan dulu." Rinjani tersenyum menyeringai mengingat nama yang paling di bencinya.

"Ya sudah, terserah denganmu saja!" Tante Venus masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Rinjani di kamarnya sendirian.

**

Bandara Soekarno Hatta, Rinjani berjalan melenggang-lenggokkan tubuhnya, kaum Adam yang melihatnya tidak berkedip, terlebih saat mata mereka melihat di bagian depan milik Rinjani yang dulunya kecil tetapi sekarang terlihat padat.

Kaum Adam menelan Saliva saat melihat tubuh seksi itu. Eitss, seksi bukan berarti pakaian yang di pakai Rinjani terbuka ya. Pakaian apa pun yang di kenakan Rinjani, tubuhnya tetap terlihat seksi.

"Ahh ... aku sampai juga di kota yang penuh dengan kenangan yang menyakitkan ini. Damar, aku datang, dan kau Cantika, persiapkan dirimu!" Rinjani tersenyum saat menjejakkan kakinya di rumah yang penuh luka itu.

Rumah besar bekas peninggalan orang tuanya, hanya itu yang tersisa untuknya. Ayahnya yang bernama Gunawan dan Ibunya yang bernama Nesti, meninggal saat kecelakaan hebat terjadi.

Rinjani sangat prustasi harus kehilangan sosok yang menjadi panutan dalam hidupnya, saat itulah Damar datang menghiburnya. Kekasih yang sangat Rinjani cintai.

Air mata bening lolos begitu saja dari pelupuk mata coklat milik Rinjani, saat mengingat semua kenangannya bersama Damar.

"Hahh, Damar! Akan kubuat kau bertekuk lutut kepadaku, dan istrimu, Cantika harus merasakan sakit yang kurasakan dulu saat kalian berdua menghianatiku." Rinjani memejamkan matanya dan menarik nafasnya dalam-dalam.

Sebuah pesan masuk di handphonenya. "Rin, kenapa kau tidak memberi kabar kepada, Tante? Apakah kau sudah sampai di Jakarta atau belum?" tante Venus mengirimi Rinjani pesan.

"Sudah, Tanteku sayang! Miss you," balas Rinjani.

Rinjani mencari-cari nama Damar di kontak handphonenya, Rinjani tersenyum licik saat nomor Damar masih aktif.

"Aku akan memulainya dari sini," gumam Rinjani.

Dret dret dret, suara getar handphone milik Damar. Damar yang sedang berada di kantornya, langsung mengangkat panggilan yang masuk.

"Halo ...." Damar menjawabnya dengan suara lembut.

Rinjani memegangi jantungnya saat mendengar suara yang di rindukannya tetapi berubah menjadi kebencian saat kejadian lima tahun lalu muncul di kepalanya.

"Halo, Damar! Apa kabarmu?"

"Baik, siapa ini?"

"Secepat itukah kau melupakanku, Damar? Kau kejam sekali," ucap Rinjani tersenyum kecut di balik layar handphonenya.

"Apa maksudmu? Aku tidak mengenalmu, cepat katakan, kau siapa?" suaranya yang tadi lembut berubah menjadi emosi, karena belakangan ini banyak yang mengganggunya.

"Astaga, Damar, kau benar-benar melupakanku? Aku ingin bertemu denganmu, apakah kau bisa menemuiku nanti malam di cafe Seventeen?" Rinjani berkata dengan suara sensualnya.

"Baiklah, nanti malam, aku akan menemuimu, bye!" Damar mematikan panggilannya tanpa memperpanjangnya lagi.

"Hahaha, Damar pasti penasaran, seperti apa reaksinya setelah melihatku nanti malam!" ucap Rincani seraya tertawa puas.

**

Jam 8 malam, Rinjani sudah sampai di cafe Seventeen, cafe yang dulu sering mereka kunjungi. Rinjani memilih duduk di meja paling sudut.

"Damar, aku menunggumu di cafe!" Rinjani mengirim pesan.

Damar dan cantika yang saat itu sedang pemanasan, terpaksa berhenti tatkala mendengar pesan masuk di handphone miliknya Damar.

"Siapa sih, mengganggu saja!" Damar mendengus kesal dan mengambil handphonenya yang terletak di atas nakas samping tempat tidur.

"Astaga, Cantika! Aku hampir melupakan sesuatu, aku harus pergi sekarang!" Damar melompat dari tempat tidur dan memakai pakaiannya kembali.

Cantika cemberut karena keinginannya tidak tersampaikan. "Selalu saja seperti itu, lebih mementingkan orang lain dari pada istri sendiri," celutuknya.

Tiga puluh menit kemudian, Damar sampai di pelataran parkir cafe Seventeen. Damar memarkirkan mobilnya dan masuk ke dalam cafe. Kedua ekor matanya menyapu seluruh sudut ruangan di cafe itu.

"Berjalanlah ke arah selatan, aku duduk di paling sudut." Rinjani kembali mengirim pesan saat dirinya melihat Damar yang berdiri di ambang pintu.

Damar berjalan ke arah selatan, dan menemukan seorang wanita yang duduk menghadap jendela.

"Hai, apakah kau yang mengajakku bertemu?" Damar bertanya saat langkahnya berhenti di belakang Rinjani.

"Silahkan duduk, Damar!" Rinjani menjawabnya tanpa melihat Damar yang berdiri di belakangnya.

Rinjani menundukkan wajahnya kemudian mengangkatnya kembali saat Damar duduk tepat di depannya.

"Hai, Damar, apakah kau masih mengingatku?" tanya Rinjani tersenyum menunjukkan deretan giginya yang putih.

"Rinjani? Benarkah kau, Rinjani?" Damar mengusap matanya memastikan siapa yang di depannya saat ini.

"Yups, aku Rinjani yang pernah kau tinggalkan dulu!" jawabnya santai.

"Aku tidak salah orang 'kan? Kau semakin cantik." Damar menyeringai saat melihatnya pertama kali setelah lima tahun berpisah.

"Lebih cantik dari istrimu?" Rinjani mengedipkan matanya.

"Kau jauh lebih cantik, Rin." Damar menjawab tanpa mengalihkan pandangannya.

"Hahaha, pasti dong!" ucap Rinjani seraya menyeruput jus mangga di depannya.

Damar memegang tangan Rinjani dan mengelusnya. "Rinjani, aku sangat merindukanmu," ucapnya.

"Hahaha, dasar pria yang tidak tau diri, dulu kau meninggalkanku setelah mendapatkan apa yang kau mau, dan sekarang kau bilang, merindukanku! Enak saja kau berkata seperti itu." Rinjani mengumpat dalam hati.

"Rin, aku sudah salah meninggalkanmu dulu, bisakah kita memulainya dari awal lagi?" Damar bertanya seakan terhipnotis dengan kecantikan Rinjani.

"Apa yang kau katakan, Damar? Kau sudah menikah tetapi masih menggoda wanita lain," ujar Rinjani.

"Aku tidak bahagia dengan, Cantika, apa lagi sekarang, wajahnya mulai menuai, dan berubah menjadi jelek." Damar mengatai istrinya sendiri.

"Dulu kau memujanya tapi sekarang kau menghinanya, suami macam apa kau ini?" tanyanya seraya tersenyum.

"Hahaha, itu dulu, sayang. Tapi sekarang, aku tidak mencintainya lagi! Aku mencintai wanita cantik di depanku ini." Damar tersenyum menggoda.

Rinjani memanfatkan situasi di depannya. "Permainan segera di mulai," gumamnya tersenyum menyeringai.

Damar berpindah posisi, duduk di samping Rinjani. "Apa yang mau kau lakukan, Damar?" tanyanya.

"Rin, aku menginginkan yang pernah kita lakukan dulu." Damar menjawab seraya menghembuskan nafasnya di telinga Rinjani.

"Kau menginginkannya? Tapi tidak di sini."

"Aku mau melakukannya, asal kau menuruti permintaanku! Apa kau sanggup?"

"Apa pun itu akan ku lakukan." Damar menjawabnya dengan mantap tanpa tau apa yang Rinjani mau.

Rinjani tersenyum licik. "Damar ... Damar, kau sangat bodoh sekali. Aku akan memberimu pelajaran."

Rinjani membawa Damar ke salah satu penginapan yang tidak jauh dari cafe. Damar yang tidak sabar langsung memeluk Rinjani dan tangannya mulai berkenalan di setiap anggota tubuh Rinjani.

"Tubuhmu wangi sekali membuat sesuatu dalam diriku tidak bisa terkendalikan. Kita akan melewati malam panas ini, honey." Damar merasa semakin panas dan tidak sabar ingin menancap milik Rinjani.

"Teruskan, Damar!" Rinjani mengeluarkan suara kenikmatan. Sebenarnya ia merasa sangat jijik bersentuhan dengan Damar, namun demi membalaskan dendammya, Rinjani terpaksa.

Damar semakin panas, Rinjani tersenyum menyeringai, setelah di rasa Damar menginginkan lebih, Rinjani menghentikan permainan mereka.

"Maaf, Damar, aku harus pergi! Next time kita lanjutkan lagi." Rinjani yang masih lengkap dengan pakaiannya, mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Damar dalam kesesakannya.

Bersambung.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku