Emosi Radit begitu kacau saat mendapati istrinya berselingkuh di hari ulang tahun pernikahan mereka. Di saat ia berkendara untuk menenangkan diri, tanpa sengaja ia menabrak seorang wanita hamil dan mau tak mau harus membawanya ke rumah sakit untuk bertanggung jawab. Siapa sangka beberapa hari setelahnya ia mendapatkan panggilan yang mengejutkan dari Rumah Sakit. "Maaf Bapak Raditya Prayoga, kami ingin mengabarkan kalau bayi kalian sudah boleh dibawa pulang. Sejak semalam kami sudah menghubungi istri Anda, tapi tidak bisa." "Bayi? Istri? Gumam Radit terkejut, karena ia baru saja bercerai dengan istrinya dan tidak punya anak. Lalu siapa bayi dan istri yang dimaksud petugas rumah sakit?
Pria berkulit sawo matang tampak berdiri sambil mengerutkan alis. Sudah beberapa menit ia di situ sambil memegang seutas kalung berlian. Sesekali ia memperhatikan koleksi lain yang berada di balik kaca lalu mengangguk.
"Sepertinya ini sangat cocok," gumam Radit memperhatikan kalung emas putih yang dihiasi liontin simpul cinta bertahtakan berlian yang sejak tadi ia pegang.
Sambil tersenyum, ia membayangkan leher jenjang Naura istrinya yang dihiasi kalung itu. Kulitnya yang putih mulus benar-benar pasangan yang ideal untuk hadiah yang dia pilih.
Radit melirik harga yang dikaitkan pada pengait kalung, dan kembali tersenyum. Enam puluh juta tak ada artinya bagi seorang pengusaha kuliner sukses sepertinya, terlebih ia mengeluarkannya untuk wanita yang sangat dikasihi.
Wanita yang begitu setia dan sabar menghadapi cobaan dan gonjang ganjing rumah tangga mereka. Wanita yang tetap mendampingi saat Radit kehilangan pekerjaan karena perusahaan tempatnya bekerja mengalami kebangkrutan, dan menjadikan dirinya sebagai tulang punggung keluarga untuk sementara.
Wanita yang tetap bergeming saat sebagian keluarga besar dan teman-temannya menyarankan untuk bercerai. Ia justru menanggapinya dengan senyum dan melupakan desakan-desakan itu.
Kesetiaan dan keteguhan Naura itulah yang membawa Radit pada posisinya sekarang. Naura yang percaya akan kemampuan Radit dalam mengolah makanan hingga membuatnya sukses menjadi seorang pengusaha kuliner.
Begitu beruntungnya Radit memiliki istri seperti Naura. Wajah yang cantik dengan mata seperti kacang almond, dagu belah, tubuh yang proporsional, tidak kurus nan tak gemuk. Naura juga seorang wanita cerdas dengan karir gemilang. Di usianya yang baru 34 tahun, ia sudah menduduki posisi wakil direktur di perusahaan. Hal terpenting adalah, Naura tak pernah lelah untuk mendukung Radit dalam menjalani pengobatan mengatasi mani encer yang membuat mereka berdua tak juga mendapat keturunan setelah delapan tahun menikah.
"Mas nggak usah kecil hati, Dokter kan bilang kalau itu bukan permanen, dan masih bisa disembuhkan. Yang penting mas nggak stres, lagipula dengan begini kita bisa lama pacarannya." Kalimat menghibur seperti itulah yang selalu diucapkan Naura kala dirinya sedang terpuruk lantaran belum juga menghadirkan keturunan.
Pria mana yang tak bahagia mendapatkan dukungan seperti itu. Apalagi saat mengatakannya, Naura memeluk erat Radit dan menyandarkan kepala pada dada bidangnya.
Radit tersenyum kala mengingat itu semua, dan perhatiannya kembali pada seuntai kalung di hadapannya. Naura sungguh istri yang manis.
"Saya ambil yang ini, Mbak," kata Radit pada pelayan toko perhiasan.
"Baik Pak, apakah Bapak perlu kotak kado atau mungkin kartu ucapan?" kata pelayan yang di seragamnya tersemat name tag bertuliskan Yessi itu.
"Boleh keduanya Mbak, kalau ada kotak kado berwarna merah. Istri saya sangat menyukai warna merah," papar Radit pada Yessi.
"Tunggu sebentar, biar saya siapkan dulu."
Radit mengangguk dan menunggu Yessi memberikan kotak dan kartu ucapan untuknya. Saat pesanannya datang, ia pun segera menuliskan pesan mesra untuk istrinya.
Naura sayang, terima kasih untuk selalu menjadi matahari bagiku. Selamat hari Anniversary yang ke-8
Radit, Yang Selalu Mencintaimu
Setelah menulis pesan singkat pada kartu, Radit pun menyerahkan kartu kredit platinumnya kepada pelayan toko.
***
Dengan bersiul-siul, Radit mengemudikan mobilnya ke rumah. Sesekali ia melirik pada jok di sampingnya dan membayangkan reaksi istrinya.
"Semoga saja Naura senang akan hadiahku," gumamnya.
Pria betkulit sawo matang itu, sengaja pulang lebih awal untuk mempersiapkan kejutan ulang tahun perkawinannya. Ia akan menyiapkan hidangan istimewa untuk istri tercintanya.
Setelah dari toko perhiasan Amore, Pria dengan tinggi hampir 180 senti itu menyempatkan diri untuk pergi ke supermarket, membeli bahan makanan untuk makan malam mereka. Steak salmon, soup kepiting asparagus dan juga pudding kelapa muda akan menjadi hidangan istimewa.
"Aku akan memberikan kejutan untukmu, Sayang." Radit berbicara sendiri sambil mengemudi.
Perasaannya kali ini seperti perasaan seorang anak remaja laki-laki yang tengah mengenal cinta monyet. Berbunga-bunga, tak sabar ingin segera mengajak pujaan hatinya untuk makan bakso di kantin sekolah. Sungguh lucu, tapi seperti itulah jatuh cinta, ya Radit selalu jatuh cinta pada Naura setiap hari.
"Hmm sampai juga," gumam Radit ketika mobil SUV nya berhenti di halaman rumah dengan pekarangan yang cukup luas.
Rumah Radit dan Naura memang terlihat berbeda dibanding rumah di kanan kirinya. Umumnya rumah di perumahan bangunannya hampir sama, namun tidak dengan tempat tinggalnya. Rumah Radit terlihat lebih kecil dibanding tetangganya. Karena dirinya minta desain khusus saat membeli rumah ini. Meminta halaman yang lebih luas daripada bangunan.
Ada sesuatu yang sedikit berbeda di sekitar rumah Radit siang itu. Sebuah mobil BMW Hitam yang asing terparkir di depan pagar rumahnya.
Sejenak, pria 37 tahun ini mempertanyakan siapa pemilik mobil itu dan kenapa parkir di depan rumahnya. Istrinya masih berada di kantor dan hari ini sedang tidak membawa mobil karena masuk bengkel.
"Ah sudahlah," batinnya.
Radit menganggap mungkin saja itu mobil dari tamu tetangga kanan atau kirinya, maka dari itu ia tak pernah melihatnya. Radit pun segera masuk ke dalam rumahnya dan memulai persiapan kejutannya.
Pria bertubuh tegap ini mencoba untuk membuka kunci pintu utama rumahnya. Memutar kunci ke arah kiri, namun ternyata tak bisa seperti sedang tidak terkunci. Ketika mendorong, pintu pun tak juga terbuka. Hal ini membuatnya merasa ada yang janggal.
"Apa mungkin mobil di depan punya kantor Naura ya, dan dia sedang di rumah karena ada keperluan. Tapi kalau itu Naura, kenapa mobilnya tak dibawa masuk saja."
Radit kembali mengingat-ingat apa yang ia lakukan pagi itu. Berdiam sejenak dan mulai berpikir, sampai akhirnya ia menyadari kalau pagi tadi Radit berangkat lewat pintu belakang. Mungkin saja tadi ia hanya mengunci pintu depan dengan grendel.
Pria berkulit kecoklatan ini pun berjalan menuju pintu belakang. Mengambil kunci yang diletakkan di bawah pot bunga.
"Akhirnya terbuka juga," Ia bergumam, kemudian melangkah dan meletakkan belanjaannya di dapur.
Sambil berjalan santai, Radit pun bermaksud ke kamarnya untuk menyimpan hadiah kejutan.
Sayup-sayup ia mendengarkan suara musik dari arah kamar tidurnya. Ia pun mengernyitkan alis tebalnya dan menduga ada pencuri yang memasuki rumahnya.
"Kenapa ada yang menyalakan musik, apa ada pencuri di rumahku?" pikirnya.
Radit mencoba untuk menduga-duga bagaimana pencuri itu bisa masuk. Apakah mungkin rumahnya sudah lama diincar?
Dengan segenap keberanian yang terkumpul, segeralah ia berjalan mengendap-ngendap sambil membawa tongkat golf yang ada di depannya. Perlahan-lahan bersiap untuk menghajar pencurinya.
Pintu kamarnya sedikit terbuka, dan Radit mendorong pelan-pelan sambil mengintip siapa yang ada di sana. Saat itu ia dihadapkan sebuah kejutan yang luar biasa. Pemandangan yang membuat dadanya terasa sakit tiba-tiba.
Hampir saja Radit menjatuhkan kotak hadiah dalam genggamannya. Namun ia mencoba untuk menghela napas lega, tak ingin ada keributan dan menggunakan sedikit akal sehatnya.
Meletakkan tongkat golf di lantai dan meraih ponselnya agar bisa merekam apa yang dilihatnya, hanya untuk berjaga-jaga. Melakukannya dengan penuh pergolakan dalam batin.
Sepasang pria dan wanita tengah bergelut di atas ranjang dan tanpa berbusana. Wanita yang ada di sana adalah Naura, istri yang sangat dikasihinya.
Bab 1 Kejutan Anniversary
18/06/2023
Bab 2 Apa Kamu Mencintainya
18/06/2023
Bab 3 Memulangkan Naura
18/06/2023
Bab 4 Hari Yang Sial
18/06/2023
Bab 5 Mencoba Bertanggung Jawab
18/06/2023
Bab 6 Isi Hati Naura
18/06/2023
Bab 7 Pengajuan Gugatan
18/06/2023
Bab 8 Keputusan Mila
18/06/2023
Bab 9 Sesal Datang Belakangan
18/06/2023
Bab 10 Kekacauan di Pengadilan
18/06/2023
Bab 11 Tak Berubah
30/06/2023
Bab 12 Panggilan dari Rumah Sakit
01/07/2023
Bab 13 Namanya Kinanthi
02/07/2023
Bab 14 Radit vs Fajar
03/07/2023
Bab 15 Pesona Naura Membius Fajar
04/07/2023
Bab 16 Kehidupan Baru
05/07/2023
Bab 17 Pertemuan Yang Disengaja
06/07/2023
Bab 18 Naluri Keibuan
07/07/2023
Bab 19 Sebuah Kepercayaan
08/07/2023
Bab 20 Perempuan Yang Berbeda
09/07/2023
Bab 21 Percayalah
10/07/2023
Bab 22 Keputusan Ibu
11/07/2023
Bab 23 Kegundahan Mila
12/07/2023
Bab 24 Sebuah Hadiah
13/07/2023
Bab 25 Emosi Mulai Memuncak
14/07/2023
Bab 26 Jangan Dekat-Dekat Dia!
15/07/2023
Bab 27 Dilema
16/07/2023
Bab 28 Sebuah Pernyataan
17/07/2023
Bab 29 Kinan Demam
18/07/2023
Bab 30 Suami Yang Bodoh
19/07/2023
Bab 31 Masih Cinta
21/07/2023
Bab 32 Masalah di Tempat Kerja
22/07/2023
Bab 33 Baiklah Kalau Begitu
23/07/2023
Bab 34 Untung Saja
24/07/2023
Bab 35 Ada Batasan
25/07/2023
Bab 36 Keputusan Sudah Bulat
26/07/2023
Bab 37 Resmi Berpisah
27/07/2023
Bab 38 Terpaksa Berbohong
27/07/2023
Bab 39 Tergiur
28/07/2023
Bab 40 Jika Maumu Begitu, Pergilah!
29/07/2023