"๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐ข๐. ๐ท๐๐๐๐ ๐๐๐ข๐, ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ข๐." Perbedaan kasta adalah tembok paling tinggi dalam hubungan Anara Quinzy Prayoga dan Andika Surya Gutama. Anara dan Dika hanya saling mengenal nama di sekolah, namun tidak akrab seperti sahabat-sahabat mereka. Mereka hanyalah sepasang remaja yang menikah karena terjebak cinta satu malam. Anara hanyalah anak seorang buru pabrik, berbeda dengan Dika yang berasal dari keluarga konglomerat. Memutuskan untuk menikahi Anara yang sedang mengandung darah dagingnya membuat kehidupan Dika berubah 360 derajat. Semua fasilitas dicabut Papanya, dan mengharuskan Dika berjuang untuk menghidupi Anara tanpa campur tangan orang tua mereka. Dika dan Nara๐ป
Malam pentas seni SMA Kencana berlangsung meriah sejak pukul 19:00 WIB. Pertunjukkan dimulai dengan masing-masing kelas menurunkan perwakilan mereka, untuk membawa nama baik. Ada beberapa sekolah yang turut mengikuti acara tersebut.
Setiap tahun, SMA Kencana memang membuat Pentas Seni di malam puncak perayaan HUT sekolah mereka.
"Dika, kemana?"
Cowok berparas tampan dengan alis yang tebal itu menghampiri satu temannya. Ia mengedarkan pandangan ke penjuru aula ini.
"Nggak tau. Udah pulang kali," jawabnya.
Mereka adalah Kevin dan Diaz. Dua remaja yang kini kebingungan mencari keberadaan sahabat mereka satu lagi. Sudah satu jam, mereka tidak melihat dimana anak konglomerat itu.
"Gila! Pensi baru dimulai dua jam lalu, itu anak udah pulang aja," ketus Kevin.
"Lo kayak nggak tahu Dika aja," balas Diaz.
"Yowes, lah, gue mau beraksi," ujar Kevin.
"Beraksi apaan!" Diaz tidak paham maksud Kevin, dan cowok itu mengerling genit, seolah memberitahu apa yang akan ia lakukan.
"Sialan lo!" decak Diaz.
Kevin berlalu meninggalkan Diaz. Sedari tadi, Diaz cemas memikirkan minuman soda milik Kevin yang hilang entah kemana. Pasalnya, minuman itu tercampur obat perangsang seksual yang tadinya akan Kevin berikan pada MayโธบMayoret Marching Band sekolah.
Diaz tidak sengaja membawanya, dan seingatnya, ia meletakkan botol itu diatas meja yang berada di kelas dua belas Bahasa.
***
"Dika berhenti! Aku mohon, hentikan!"
Suara seorang gadis di kamar hotel itu terdengar amat piluh. Ia menangis, dan mengerang kesakitan dengan tindakan cowok yang sangat ia kenali.
Andika Surya Gutama.
Kapten futsal SMA Kencana, incaran banyak kaum hawa di sekolahnya dan juga sekolah tetangga. Cowok itu seakan tuli dengan teriakan-teriakan gadis yang ia dekap erat tubuhnya. Akrabnya, cowok itu disapa Dika.
"Dika, sakit!" teriak gadis itu, dengan suara parau.
Ia sangat lelah, karena sudah terlalu banyak menangis. Tubuhnya dihajar habis-habisan oleh Dika, dengan kenikmatan bercampur sakit di pengalaman pertamanya.
"Sedikit lagi," desah Dika dengan mata yang terpejam, menikmati setiap inci tubuh gadis itu.
Pengaruh minuman yang ia yakini dicampur obat perangsang itu, membuatnya dikaluti hasrat seksual yang sangat tinggi. Dika tidak bisa menghentikan semuanya, karena hanya dengan cara seperti ini, bisa menghilangkan semuanya.
Ia jatuh diatas tubuh tak berbusana gadis itu, setelah mendapat semuanya. Rasa lelah, serta kantuk yang hebat membuatnya tertidur disana. Ia tidak tahu siapa yang baru saja ia setubuhi.
****
Ranjang berukuran kingsize itu sangat berantakan. Terlihat dua pasang tungkai kaki yang mengintip melalui selimut tebal berwarna putih. Ac di kamar itu masih menyala. Pakaian berserakan diatas lantai.
Dua pasang tungkai kaki tadi adalah milik sepasang remaja yang masih bergulat di dalam selimut. Mereka dalam keadaan tak berbusana.
Mengerjapkan mata, pemuda itu sudah sadar dari tidurnya. Tangannya masih melilit tubuh polos disampingnya. Ia terperanjat.
"What the fuck!" umpatnya.
Andika Surya Gutama. Pemuda tujuh belas tahun itu melihat ke dalam selimut. Terkejut melihat pemandangan pagi itu.
"Fucking shit!" umpatnya sekali lagi ketika ada bercak darah pada seprei putih.
Andika atau yang lebih sering disapa Dika. Ia tidak mengingat sama sekali apa yang terjadi malam tadi. Yang diketahuinya adalah sekolah mengadakan PENSI besar-besaran semalam.
Posisi tidur gadis yang Dika yakin sudah ia perawani itu memunggunginya. Dika menelan ludahnya susah payah, mencoba untuk mengintip wajah gadis itu.
"Anara?" Dika terperanjat.
Ya, gadis itu bernama Anara. Anara Quinzy Prayoga. Dibagian leher dan dadanya terdapat banyak bercak merah keunguan. Dika tidak mau membela dirinya sekarang, sudah pasti itu semua ulah brengseknya.
"Anara...," panggil Dika sangat lembut.
Gadis itu belum juga bangun. Dika mengguncang pelan tubuh polos Anara. Dan, tiba-tiba saja terdengar isakan kecil yang lolos dari mulut gadis itu.
"Anara, gue minta maaf," ucap Dika.
Anara masih menangis. Apa mungkin sebenarnya ia sudah bangun terlebih dahulu, dan hanya berpura-pura tidur?
"Minta maaf nggak akan bisa balikin apa yang udah kamu ambil dari aku," sahut Anara terbata-bata.
"Aku takut, Dika. Aku takut," lirih Anara.
"Lihat gue, Anara!" desak Dika.
Anara enggan bangkit dari tidurnya, ia menarik selimut itu untuk menutup wajahnya. Gadis itu cukup trauma melihat wajah Dika saat dengan tidak sopannya merobek pakaiannya dan lagi merenggut kesuciannya.
"Nara, gue bakal tanggung jawab. Gue nggak akan lari dari semua yang udah gue perbuat," pungkas Dika.
Dika menarik Anara agar mau duduk, dan berhasil duduk. Gadis itu menutup wajahnya karena malu. Untuk melihat wajah Dika pun rasanya ia tak sanggup.
"Percaya sama gue," pinta Dika.
Anara mendengar itu, dengan segala keberaniannya ia menatap Dika.
"Percaya sama kamu yang udah merusak masa depan aku?"
"Nggak gitu, Nara."
"Nggak gitu gimana, Dika?" Anara memukul dada cowok itu, ia menangis lagi.
Dika menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Ia usap punggung telanjang Anara. Pikirannya mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, sampai ia dan Anara berakhir diatas ranjang seperti ini.
***
SMA Kencana sedang melaksanakan upacara apel bendera. Ada tiga regu dalam upacara tersebut. Regu pertama untuk kelas X, regu kedua untuk kelas XI, dan regu ketiga untuk kelas XII.
Lagu kebangsaan Indonesia Raya sedang dikumandangkan. Pagi itu terik matahari begitu menyengat.
Anara menoleh sekilas pada Ketrinโธบsahabatnya. Gadis itu sangat bersemangat di pagi yang membosankan ini.
"Nar, muka lo pucat banget. Lo sakit?" tegur Disa yang berdiri disamping Anara.
"Ng-gak." Brughh ....
"Anara!" pekik Ketrin dan Disa bersamaan.
Semua mata memberondongi Anara yang jatuh pingsan. Hal tersebut mengundang beberapa Osis mendatangi Anara. Alex dengan tubuh yang besar cepat-cepat menggendong Anara menuju UKS. Upacara masih terus berlanjut.
Di waktu yang sama, namun tempat yang berbeda. Tiga cowok berseragam putih abu sedang duduk dengan sebatang rokok pada masing-masing jemari mereka.
Mereka adalah Dika, Gerald, dan Kevin. Tiga cowok yang sudah bersahabat sejak duduk di bangku kelas X. Dan ada satu lagi, namanya Diaz dan dia sedang absen hari ini.
Hari ini mereka bolos. Oh, lebih tepatnya hanya pada upacara bendera saja, karena hari ini kelas akan mengadakan kuis.
"Gagal terus perasaan," decak Kevin di tempatnya.
"Gagal apa?" tanya Gerald, dan Dika hanya menatapnya datar.
"Gagal tidurin si May," jawab Kevin. Kelvino putra. Sudah lama ia mengincar Mayโธบmayoret marching band SMA Kencana.
"Ngebet banget lo sama si May," kekeh Gerald. "Si May doyannya sama Dika."
"Bukan tipe gue," timpal Dika.
"I know," sahut Gerald. Pandangannya beralih pada Kevin. "Emang lo ngerencanain apa lagi buat dapetin itu cewek."
"Gue campur obat perangsang diminumnya and you know, gelas itu dibawah pergi sama Diaz brengsek," ujar Kevin begitu kesal.
Dika menyerngit. Ada sesuatu yang dia ingat tentang malam pentas seni itu. Danโธบbenar, malam itu Diaz memberikan minuman soda padanya.
"Dosisnya tinggi banget," jujur Kevin. "Nggak tahu dibawah kemana sama Diaz. Yang pastinya karena minuman itu pasti ada yang berakhir diatas ranjang."
Wajah Dika berubah pucat. Ia langsung teringat akan Anara. Sudah satu bulan ini Dika tidak melihat Anara. Gadis itu menghindar darinya.
"Ketrin masuk nggak hari ini?" tanya Gerald pada Kevin.
"Masuk." Kevin sibuk melihat ponselnya, "dia lagi di UKS, katanya Anara pingsan."
Kevin dan Ketrin adalah kembar. Maka dari itu, saat pertama kali Gerald mengatakan bahwa dia menyukai Ketrin, Kevin sangat mendukung. Gerald itu anak yang baik.
"Anara pingsan?" Dika terlihat panik.
"Iya. Kenapa lo gitu banget?" tanya Kevin.
Tidak mengindahkan pertanyaan, Dika segera meraih kunci motor dan juga jaket miliknya, mematikan rokok pada asbak. Ia melangkah keluar dari kamar kost Gerald.
***
"Lo pasti nggak sarapan 'kan Nara?" tanya Ketrin seraya membuka kemasan bubur ayam. Ada Disa juga disampingnya.
Ketrin dan Anara sudah bersahabat sejak SMP, sedangkan Disa baru ketika mereka masuk SMA ini.
"Nar, lo sakit?" tanya Disa.
"Aku cuma nggak sarapan," sela Anara.
"Ya udah, gue suapin, lo kelihatan banget lemasnya," timpal Ketrin.
Anara tersenyum dengan wajahnya yang pucat. Mulutnya terbuka menerima suapan pertama itu. Dua sahabatnya memang sangat peduli padanya.
Upacara apel bendera baru saja selesai.
Ceklek ...
Bunyi tuas pintu UKS terbuka. Tirai pada brankar yang dibaringi Anara memang sengaja dibuka, itulah sebabnya ketiganya dapat melihat siapa yang datang.
Dika segera menghampiri mereka. Banyak tanda tanya yang ada pada kepala Ketrin dan Disa.
"Ngapain lo?" tanya Ketrin, ketus.
"Bisa keluar sebentar? Gue ada keperluan sama Anara," pinta Dika.
"Tumben?" celetuk Disa.
"Aku lagi makan," terang Anara, yang secara tidak langsung mengusir Dika.
"Please, lo berdua jangan sampai gue emosi disini," sentak Dika.
Ketrin melengos, dan mengajak Disa keluar dari sana.
Sepeninggal dua gadis itu, Dika segera berdiri tepat disamping Anara yang sama sekali tidak ingin melihatnya.
"Anara Quinzy Prayoga," sebut Dika.
Dika menarik dagu Anara, agar gadis itu mau menatapnya. Entah mengapa, melihat Anara yang mendiaminya membuat batinnya sefrustasi itu. Padahal sebelum kejadian one night stand itu, mereka tidak saling bertegur sapa, walaupun Disa dan Ketrin sering mengajaknya bergabung bersama Dika cs.
"Akhi-akhir ini gue sering sebut nama lengkap lo," ujar Dika.
"Ngapain kamu kesini?"
Dika menatapnya serius, ia menggenggam tangan Anara sangat lembut. "Mau memastikan bahwa saat ini lo sedang mengandung anak gue."
Anara tertawa. "Aku pingsan bukan karena hamil. Aku emang nggak sarapan."
"Iya, gue tau. Tapi, nggak ada salahnya 'kan kalau lo mau coba pakai ini?" Dika mengeluar alat tespack dari saku kemeja sekolahnya, yang mana membuat Anara terkejut.
"Aku nggak mau!" tolak Anara.
"Atau emang lo udah pernah coba dan positif gitu?" Tatapan Dika berubah tajam, mendesak Anara agar mau menjawab pertanyaannya.
"Nggak!" hardik Anara.
"Ya udah, ikut gue ke toilet sekarang."
Dika menarik keluar Anara, ia harus memastikannya.
"Mau lo bawah kemana Anara?" tanya Ketrin menghadang Dika.
"Gue ada keperluan sama temen lo. Minggir!" Dika menyerobot Disa dan Ketrin, membawa serta Anara menuju parkiran.
"Kita cuma mau ke toilet, kenapa jadinya kesini?" Dika memakai helmnya, lalu naik ke motor.
"Naik. Nggak mungkin lo pakai itu di sekolah. Nara," perintah Dika.
Anara begitu canggung. Namun ia segera menaiki motor sport Dika. Entah, mau kemana Dika membawanya.
Bab 1 GADIS ITU BERNAMA ANARA
08/11/2022
Bab 2 POSITIF
08/11/2022
Bab 3 PENGAKUAN
08/11/2022
Bab 4 PENOLAKAN MEGAN
08/11/2022
Bab 5 RUMAH
08/11/2022
Bab 6 SABARNYA DIKA
08/11/2022
Bab 7 GETARAN ASMARA
08/11/2022
Bab 8 MAAF UNTUK DIKA
08/11/2022
Bab 9 PAPAP DAN IBUN
08/11/2022
Bab 10 MULAI SUKA
04/01/2023
Bab 11 ANARA CEMBURU
04/01/2023
Bab 12 BERTEMU EYANG
04/01/2023
Bab 13 ANCAMAN MEGAN
23/02/2023
Bab 14 LEORA DAN ANARA
23/02/2023
Bab 15 KESEDIHAN ANARA
23/02/2023
Bab 16 TERUNGKAP
23/02/2023
Bab 17 RINDU ITU BERAT
23/02/2023
Bab 18 PACAR ATAU ISTRI
23/02/2023
Bab 19 SESEMPURNA APA ISTRI UNTUK SEORANG PEWARIS
23/02/2023
Bab 20 BILANGLALA DATE
23/02/2023
Buku lain oleh Langit Jingga
Selebihnya