Pemikat Hati: Tak Mau Apa Pun Selain Kamu
Alice tidak pernah menyangka bahwa Jack akan tiba-tiba kehilangan kesabarannya. Dengan mata lebar dan raut wajah pucat, dia menoleh ke arah Caroline dan berkata, "Bu, bagaimana bisa Ayah..."
Caroline bangkit berdiri dan menarik Alice lebih dekat padanya. Dia berkata dengan lembut pada putrinya, "Rachel mempermalukannya. Suasana hatinya sudah buruk ketika dia sampai di rumah, dan kamu memperburuknya dengan terus-menerus mengajukan pertanyaan. Wajar jika Ayahmu kehilangan kesabarannya."
"Tapi... Tapi aku tidak ingin bersujud di depan makam Elisa si wanita jalang itu. Aku tidak mengerti mengapa aku harus melakukannya."
Untuk sesaat, kedua mata Caroline meredup dan berkilat berbahaya. Tapi dia dengan cepat menarik napas dalam-dalam, menenangkan dirinya dan berkata dengan suara datar, "Alice, dengarkan Ibu baik-baik. Kita harus melakukannya."
"Ibu?" ucap Alice dengan bingung.
"Kenapa kamu masih takut pada wanita yang sudah mati selama 24 tahun itu?" ucap Caroline. "Kita hanya pergi untuk membersihkan makam, tidak ada yang mengetahui apa kita bersujud atau tidak. Kita hanya perlu berpura-pura untuk menjaga semuanya tetap damai. Saat ini, hal yang terpenting adalah membawamu kembali ke Grup Rayadinata sesegera mungkin. Semua rencana kita hanya akan sia-sia kalau sampai Rachel menjebak Victor."
Alice mendengarkan dengan cermat apa yang dikatakan oleh Caroline. Ketika Caroline selesai menjelaskan alasannya, Alice mengerutkan bibirnya dengan ragu-ragu, lalu menganggukkan kepalanya.
Keesokan harinya, Jack, Caroline, dan Alice berangkat ke pemakaman yang berada di pinggiran kota tempat Elisa dimakamkan.