Kamar Rachel yang lama telah ditempati oleh Alice untuk waktu yang cukup lama. Meski Rachel telah meminta para asisten rumah tangga untuk membuang semua barang milik Alice, tapi kamar itu masih perlu dibersihkan secara menyeluruh sebelum dapat dia gunakan. Jadi, Rachel memutuskan untuk tidur siang di kamar tamu untuk sementara waktu.

Saat dia bangun, waktu sudah menunjukkan jam tiga sore.

Perlahan, Rachel membuka kedua matanya dan suara gumaman di dalam benaknya berangsur-angsur menghilang saat Rachel mendapatkan kembali kesadarannya.

Rachel duduk tegak sambil meletakkan tangan di atas dahinya. Dia merasakan butiran keringat menyentuh ujung jarinya.

Sepertinya dia baru saja bermimpi.

Lebih tepatnya, semua ini bukanlah mimpi. Rachel mendengar suara yang terus memanggilnya saat dia tertidur.

Suara itu serak dan terdengar menyedihkan, suara itu terus menerus menangis sambil memanggil namanya. Emosi yang terjalin membuat hatinya terasa hancur, dan gelombang emosi yang luar biasa ini hampir menenggelamkannya.

Rachel tahu bahwa emosi ini merupakan milik pemilik asli dari tubuh ini. Tapi ada sesuatu yang mengganggunya. Mengapa emosi itu terasa begitu kuat?

Emosi itu begitu luar biasa hingga membuatnya merasa tidak nyaman.