Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Love On First Sight
Rheno melirik jam tangan yang melingkari pergelangannya. Tepat jam 7 malam. Dihentikannya mobil tepat di luar pagar besi tinggi. Sekali lagi diceknya alamat yang tadi dikirim Ghani padanya. Sudah betul.
Akhirnya ia turun dari mobil dan mendekati pintu gerbang.
"Cari siapa?!" Seorang lelaki bertubuh kekar dengan wajah dingin menyambutnya sesaat sebelum tangannya meraih handle besi.
"Permisi, Pak! Apa benar ini rumahnya Ghani?" tanyanya sopan seraya menunjukkan layar ponsel yang berisi alamat rumah yang dikirim dari nomor Ghani.
Lelaki berwajah dingin itu melirik sejenak ke arah ponsel di tangan Rheno. "Ada perlu apa?"
"Ketemu sama Ghani, Pak. Kami sudah ada janji!""
"Namamu siapa? Apanya tuan muda Ghani?" cecarnya dengan nada dan sorot mata menyelidik.
Elaaaahh... Berasa sudah kaya bertamu di rumah Bupati aja. Batin Rheno mulai sebal. "Saya Rheno, Pak, temannya Ghani. Kami sama-sama member di Nice & Fit Fitness Center!" jawab Rheno berusaha menyebarkan diri.
"Tunggu! Biar saya tanyakan dulu!" Lelaki sangar itu segera mengeluarkan ponselnya, menghubungi sebuah nomor, mengambil foto Rheno yang masih berdiri di luar pagar dengan kamera ponselnya. Dan beberapa saat kemudian, "Ya sudah. Kamu boleh masuk!"
Akhirnya, "Tidak butuh lihat KTP saya, Pak?" tanya Rheno dengan hati panas, tapi lelaki itu dengan cueknya membuka pintu gerbang lebar-lebar dan dengan isyarat menyuruh Rheno memasukkan mobilnya.
Ternyata tahap berikutnya untuk bertemu Ghani juga tidak berjalan terlalu mulus. Di depan pintu rumah yang tertutup rapat, sudah lebih dari tiga kali Rheno memencet bel. Sudah lebih dari lima menit dia berdiri. Tapi pintu tetap tak terbuka.
Rheno sudah hampir menyerah dan nyaris balik badan ketika terdengar suara derit pintu yang terbuka.
Seraut wajah cantik tak biasa berbingkai rambut panjang sepunggung dengan potongan Shagie muncul dari balik pintu yg hanya terbuka separuh.
"Cari siapa?"
Satu detik, dua detik, ..lima detik
Kriiik.... Kriiik... Kriiiikkk...
Rheno yang sudah hampir berbalik menatap pemandangan mempesona di depannya dengan pandangan takjub. Dan sialnya, dengan mulut ternganga.
Waaduuuhh! Cantiknyaaa! Manusia apa peri dalam dongeng siih??
Dag dug dag dug...
Kenapa juga dengan jantung ini, Tuhan?
Mata itu,
Dia sungguh sangat istimewa, beda banget sama cewek yang biasa ia lihat di sekitarnya. Cantik, pembawaannya tenang, binar matanya indah tak terungkapkan, suaranya, sosok tubuhnya, dia tidak kurus, tidak gemuk tp padat berisi, tak mungil tak terlalu jangkung juga. Pokoknya pas. Sempurna!!
"Ya?" wanita bertubuh semampai itu mengulangi tanyanya dengan alis terangkat, tp sosok yang berdiri di depan pintu masih tak bersuara.
"Cari siapa ya?" tanyanya lagi dengan nada lebih keras membuyarkan keterpanaan yang kini tengah melanda Rheno.
"Eh, mmm-- maaf Ghaninya ada, Mbak? Saya teman Ghani, Rheno!" jawabnya gagap seraya mengulurkan telapak tangan untuk memperkenalkan diri, tetapi sosok cantik di depannya mengabaikan telapak tangan yang selama beberapa saat terbiarkan menggantung di udara itu.
OOOH NASIIIB!!
"Oh, teman Ghani. Mari masuk!" ujarnya sambil melebarkan daun pintu. Tapi tetap tak menyambut uluran tangan tamunya.
"Duduklah! Saya panggilkan Ghani sebentar!" perintahnya. Lalu tanpa menoleh lagi ia langsung masuk membiarkan tamunya yg masih memandangnya dengan raut kecewa.
Deeeuuuhh SHOOMBOONG!! Untung cakep. Batin Rheno sambil menghempaskan diri di sofa.
Sambil menunggu Rheno melayangkan pandangan matanya ke seputar ruang tamu bergaya modern minimalis bernuansa krem lembut itu dengan antusias.
"Hallo, Bang! Akhirnya sampai juga di sini ya!" sebuah suara bernada girang menyapa. " Sudah lama, Bang? Maaf tadi aku selesaikan tugas dulu. Biar besok gak keteteran!"
"Sebenarnya sudah dari setengah jam yang lalu aku sampai di sini. Cuma terhambat di gerbang utama. Pemeriksaan ketat banget. Sudah seperti mau masuk rumah Walikota aja!" seloroh Rheno meluapkan kekesalannya, yang hanya di sambut gelak tawa Ghani.
Ghani menghempaskan tubuh bongsornya di sebelah Rheno.
"Mau langsung pergi, apa mau minum dulu, nih?"
"Kamu kok gak ngomong kalau punya saudara bening banget?" protes Rheno tanpa menghiraukan pertanyaan Ghani yang menjawab tanyanya sambil mengangkat alis.
"Aku tidak punya saudara, alias anak tunggal Bang! Bisa-bisanya main tuduh begitu!" sungut Ghani.
"Nah yang bukakan pintu tadi siapa?"
"Mbak Munah, kali?" jawab Ghani cuek sambil ngeloyor keluar.
Hm, mbak Munah? Cakep-cakep namanya primitif banget. Hehehe.. kalau namanya Maymunah mending panggil May, lebih oke dan pas sama wajah cantiknya. Batin Rheno sambil membuntuti Ghani.