Dokter Saka seakan tak percaya dengan apa yang terjadi dalam kehidupannya. Wanita yang seharusnya akan menjadi labuhan terakhir di hatinya, justru menikah dengan kakak kandungnya sendiri. Kesetiaan dan komitmen yang telah ia bangun hancur seketika dengan pengkhianatan yang telah dilakukan oleh sang kekasih. Dokter yang terkenal akan kepintarannya dalam menyembuhkan pasien, kini harus mengalami rasa sakit yang mendalam. Lantas, Apakah dokter Saka mampu mengobati rasa sakitnya tersebut?
Matahari pagi mulai menampakkan cahayanya. Sinarnya mulai menembus jendela kamar milik Arini Ardelia. Seorang perawat yang harus berhenti karena kejadian yang tak terduga terjadi kepadanya. Sebuah kesalahan besar yang seharusnya tak ingin ia lakukan dan tak ingin menimpa dirinya.
Sejenak, ia duduk termenung menatap foto dirinya sewaktu masih bekerja di dunia medis. Jari jemari tangannya tak berhenti mengusap foto tampan yang terlihat jelas merangkul dirinya saat itu. Arsaka Narendra, seorang dokter tampan yang begitu jenius dan baik hati.
"Apa kamu mencariku setelah kejadian itu?" tanya Arini memicing menatap foto Saka yang tersenyum ke arahnya. Sesaat, air matanya jatuh tepat mengenai wajah Saka yang ada di balik figura tersebut.
Flashback
Dua tahun yang lalu
Ardelia, perawat cantik sekaligus asisten pribadi dokter Saka. Setiap hari, ia harus menahan amarah setiap kali beda pendapat dengan dokter Saka.Kalo bukan karna uang, sudah pasti Ia akan meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang perawat.
Perlahan, Arini mendesah sebal. Kedua matanya memicing menatap ke arah pintu ruangan dokter Saka yang masih tertutup rapat.
Dr. dr. Arsaka Narendra. Nama itu terukir di papan nama yang ada di atas pintu masuk.
"Lagi lagi, dia menjadi artis di rumah sakit ini. Untuk kesekian kalinya, beberapa pasien menginap karena dirinya!" gumam Arini seraya menghela nafas panjang. Perlahan, ia mulai memasang senyum untuk masuk ke ruangan tersebut.
Sejak kesalahan yang ia perbuat pada Saka, Arini harus memasang senyum manisnya setap kali berbicara dengan dokter tampan pemikat hati tersebut.
"Siang, Dok!" sapa Arini menghampiri dokter Saka.
Saka mendongak. Ia menyeringai melihat Arini tersenyum begitu manis.
"Bagaimana?" tanya Saka menerima beberapa laporan dari Arini.
"Semua baik-baik saja. Dan seharusnya, hari ini mereka bisa pulang ke rumah masing-masing," jawab Arini menjelaskan.
"Ya sudah. Kalo begitu, kamu bisa infokan pada mereka semua!" perintah Saka dengan senyum manisnya.
Arini mengernyit. Ia sudah menduga kalo Saka akan memerintahkan hal tersebut kepadanya. Kedua matanya memicing menatap dokter saka yang mulai sibuk dengan beberapa laporan yang menunggu.
"Dokter Saka yang tampan," lirih Arini.
"Iya," jawab Saka mendongak.
"Menurut saya, alangkah baiknya kalo dokter yang mengatakannya. Saya yakin, mereka pasti akan mendengarkan semua kata dan ucapan yang keluar dari mulut dokter," tutur Arini seraya mengedipkan matanya.
Dahi saka mengerut. Ia tak habis pikir jika asisten pribadinya tak bisa menangani masalah yang menurutnya sangat enteng.
"Kamu menyuruh saya?" tanya Saka terlihat agak keberatan.
"Iya."
Saka menghela nafas panjang.
"Arini, kamu asisten saya. Dan seharusnya, tugas ini sudah menjadi tanggung jawab kamu," kata Saka mengingatkan.
"Iya, saya tau. Tapi, saya sudah bilang pada mereka, tapi mereka tak mau mendengarkannya. Lagian, ini semua juga karena dokter."
"Apa maksud kamu?" tanya Saka mendelik.
"Saya harap Dokter bisa menangani ini dengan cepat. Banyak pasien yang menumpuk di IGD karena tak mendapatkan ruang rawat karena dokter!" ujar Arini mengejutkan Saka."Saya permisi!" kata Arini pergi meninggalkannya.
Saka hanya menyeringai. Untuk kesekian kalinya, ia harus menerima saran dari asisten pribadinya yang selalu memprotesnya.
"Dia pasti lagi datang bulan! Kelihatan banget, emosinya mulai meledak-ledak seperti itu," gumam Saka menebak.
Drt ... Drt ...
My Darling calling ...
Senyum Saka mulai merekah. Hampir satu bulan lamanya, sang kekasih hati mulai menghubungi dirinya kembali.
"Ya, Sayang!" jawab Saka senang bukan main.
Tanpa sepengetahuan Saka, Arini mengamatinya dari balik pintu. Kedua matanya memicing menatap dokter Saka yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Bisa-bisanya dia tertawa seperti itu. Emang dasar nggak punya perasaan!" gumam Arini dalam hati seraya menutup pintu itu secara perlahan.
****
Devian Arendra, pengusaha properti yang berstatus duda beranak satu. Tampan, kaya dan mempunyai sifat playboy, itulah yang melekat di dirinya. Sejenak, kedua bola matanya mengarah pada wanita yang duduk di depannya. Seorang sekretaris yang baru bekerja satu tahun di perusahaannya.
"Aura, apa kamu mengerti dengan apa yang saya maksud?" tanya Devian membuyarkan lamunan Aura.
"I- ya, Pak. Saya mengerti!" jawab Aura menyilangkan kedua kakinya yang putih mulus tanpa bekas.
Devian mengernyit. Ia baru menyadari kalo sekertarisnya mempunyai tubuh yang begitu indah. Sesaat, jiwa playboynya pun mulai kembali lagi. Kedua bola matanya tak berhenti berkedip melihat ke arah indah yang di miliki Aura.
"Pak?" Aura membuyarkan lamunan Devian.
"Iya."
"Bapak kenapa? Apa bapak baik-baik saja?" tanya aura penasaran.
Devian tersenyum. Ia mulai mendekat menghampiri sekertaris cantik yang duduk di depannya.
"Apa kamu mempunyai kekasih?" tanya Devian duduk di sampingnya.
Aura tak mampu berkedip. Tatapan Devian begitu serasa menembus ke dalam hatinya. Ia seakan terpesona dengan ketampanan yang di miliki atasannya itu.
"Kalo seandainya saya tidak mempunyai kekasih, apa Bapak mau menikah dengan saya? " tanya Aura berharap lebih.
Devian mengernyit. Ia tak habis pikir jika sekertarisnya berani berkata seperti itu padanya.
"Maaf, Pak. Kalo kata-kata saya ini terdengar begitu lancang. Tapi, saya hanya ingin mencari pendamping hidup bukan kekasih," tutur Aura yang mengejutkan Devian.
Devian tersenyum tipis mendengarnya. Baru kali ini ia bertemu dengan wanita yang menawarkan dirinya untuk menikah. Biasanya, ia selalu mendapati wanita yang menginginkan uang darinya.
"Aku suka wanita sepertimu. Kapan kamu mengenalkan saya pada kedua orangtua kamu?" Kata-kata Devian membuat Aura terperangah. Aura tak menyangka jika atasannya menanggapi perkataannya dengan serius.
"Bapak, serius? Bapak tidak cari tau dulu, siapa saya?" tanya Aura memastikan.
"Saya tak peduli. Secepatnya kamu atur pertemuan saya dengan keluarga kamu," ucap Devian yang begitu manis. Kata-kata manis, puitis dan romantis kini mulai terlontar dari bibir Devian.
Jika ia benar-benar melamarku, aku akan memutuskan hubunganku dengan Saka. Devian merupakan lelaki yang sempurna untukku, meskipun statusnya duda beranak satu. Tapi, dia memiliki kekayaan yang sangat melimpah di bandingkan dengan Saka. Kesempatan tak datang dua kali. Aku tak bisa melewatkan hal yang bersejarah bagi hidupku. Ini yang terbaik buat masa depanku! gumam batin Aura tersenyum dan terkejut saat Devian mencium punggung tangannya.
***
Saka menggeliat. Sejenak, ia mengerling melihat beberapa chat bertumpuk di ponsel miliknya.
(Tiga hari lagi, kakak akan menikah)
(Usahakan kamu pulang ke rumah!)
"Menikah? Dengan siapa? Apa kakek menjodohkannya lagi?" Pertanyaan Saka yang benar-benar membuat dirinya penasaran.
Rumah sakit
Dengan langkahnya yang begitu perfect, Saka menuju ke ruang kerjanya bersama Arini yang selalu ada di belakangnya. Sejenak, langkah kakinya terhenti saat melihat beberapa pasien duduk di ruang antrian menunggu kedatangannya.
"Dokter, kenapa lama banget? Saya nungguin dokter dari tadi, lho!" ucap pasien tersebut seraya mengedipkan bola matanya seperti boneka barbie.
"Dokter Saka, akhirnya datang juga!" sahut ibu-ibu satunya.
Arini yang melihatnya hanya bisa menghela nafas panjang. Hampir setiap hari ia selalu melihat drama yang terjadi pada ibu-ibu itu.
Saka tersenyum tipis. Ia tak menyangka jika aura ketampanannya begitu luar biasa. Dari anak kecil, remaja, ibu-ibu semua terpikat karenanya.
"Ibu-ibu, sebelumnya saya minta maaf. Saya hanya ingin menegaskan kalo saat ini, saya sudah mempunyai kekasih! Dan saya tak mau karena ini, hubungan saya dan kekasih saya menjadi renggang," ucap Saka mengejutkan mereka semua.
"Dokter saka sudah memiliki kekasih?" tanya salah satu pasien tersebut.
Saka melirik Arini yang sedari tadi sangat sibuk dengan pekerjaannya. Biasanya, Arini selalu menegur orang yang selalu menggoda Saka di saat bekerja. Perlahan, Saka menyenggol tubuh Arini yang padat berisi itu.
"Apa, Dok?" tanya Arini sedikit bergeser dan mendongak ke arah dokter Saka.
"Kenapa kamu diam saja," lirih Saka seraya melirik ibu-ibu yang tak berhenti melihat gerak geriknya.
Arini mengernyit. Kedua bola matanya berputar ke arah ibu-ibu yang sangat terobsesi dengan dokter Saka.
"Kalo boleh tau, siapa kekasih dokter?" tanya salah satu pasien itu penasaran.
"Iya. Saya juga penasaran!" sahut yang lain.
"Wah, beruntung sekali bisa memiliki kekasih seperti dokter Saka."
Arini mendesah dan hanya bisa menggelengkan kepala dengan pelan.
"Dia, kekasih saya!" jawab Saka merangkul Arini dengan erat.
Arini terbelalak kaget. Ia tak menyangka jika dokter saka membuat pernyataan yang seharusnya tak terucap dari mulut sang dokter.
"Apa maksud, Dokter?" lirih Arini mencubit pinggang Saka.
"Jadi, kekasih dokter suster Arini?" tunjuk mereka serempak. Terkejut dan terperangah, itulah yang terjadi pada mereka.
"Iya, suster Arini adalah kekasih saya. Ya 'kan, Sayang?" tanya Saka mengedipkan satu matanya.
Arini mengernyit. Ia bingung dengan apa yang dilakukan oleh Saka kepadanya.
Sialan! Bisa-bisanya dia membuatku dalam masalah besar. Apa dia tak memikirkan keselamatanku akan tindakan bodohnya ini? gumam batin Arini mengernyitkan dahi.
Sesaat, Arini seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Tatapan mereka begitu tajam. Perlahan, ia mulai melepas rangkulan Saka dan mencoba untuk menjelaskan akan kebenarannya.
"Ibu-ibu, sebelumnya saya ...," kata Arini terhenti dan terkejut saat mereka tersenyum tiba-tiba ke arahnya.
"Syukurlah, kalo suster Arini yang menjadi kekasih Dokter Saka. Cocok banget!" ujar salah satu dari mereka.
"Iya, saya juga sudah menebaknya kalo kalian itu berjodoh!" sahut yang lain.
Saka dan Arini mengerling. Mereka menatap satu sama lain dan tak menyangka jika ibu-ibu itu malah mendukung hubungan mereka.
****
Di kamar, Aura mondar-mandir ke sana kemari. Tangan kanannya tak berhenti memegang handphone miliknya. Ia bingung, bagaimana caranya memutuskan Saka dengan cara baik-baik.
"Apa alasannya?" tanyanya berpikir.
Ia menulis beberapa pesan di ponsel dan menghapusnya kembali. Jari jemari tangannya seakan menolak menulis kata-kata perpisahan untuk saka.
"Maafkan aku, Sayang. Aku tak bisa mempertahankan janji kita. Mungkin ini yang terbaik buat kita," gumam Aura menatap foto Saka yang terpampang jelas di figura.
"Aura, kamu sudah memilih Devian. Mau nggak mau, kamu harus putus dengan Saka!" katanya seorang diri seraya menarik nafas dan membuangnya. Jari jemari tangannya dengan cepat memblokir nomor Saka.
***
"Apa kamu mau ikut pulang ke Jakarta?" tanya Saka mensejajarkan diri mengikuti langkah Arini yang berjalan di sampingnya.
"Apa Dokter mau pulang ke Jakarta?" tanya Arini balik.
"Heem. Besok kakakku akan menikah. Aku tak mau melewatkan momen-momen yang indah itu. Dan aku juga ingin melamar kekasihku," ucap Saka seraya menaikkan alis tebal miliknya.
"Besok?"
"Heem."
"Emang kita boleh cuti? Trus, siapa yang menggantikan posisi kita?" tanya Arini bingung.
"Kamu nggak usah khawatir! Saya sudah mempersiapkan itu semua," ucap Saka tersenyum senang.
"Dokter sudah mempersiapkan semuanya?" tanya Arini mengernyit.
"Heem. Setelah ini, kamu mau kemana?" tanya Saka menghentikan langkah Arini.
"Saya mau pulang, Dok!" Jawab Aura.
"Kamu ikut saya, ya?" kata Saka yang spontan menggandeng tangan Arini.
Arini tidak bisa menolak. Bagaimana pun juga, Saka sudah membantu banyak dirinya selama ini. Ia sangat berhutang budi pada saka. Sejenak, ia mengerling saat Saka mengajaknya ke toko perhiasan yang ada di kota Papua. Kedua bola matanya tak berhenti berputar melihat berbagai jenis perhiasan yang ada di toko tersebut.
"Wah, bagus banget!" kata Arini yang begitu terpesona dengan keindahan bentuk dan model perhiasan.
"Pilihlah satu cincin yang kamu inginkan dan pas di jari tangan kamu." Perkataan Saka yang membuat Arini terbelalak kaget.
"Untuk saya, Dok?" tanya Arini menunjuk dirinya sendiri.
"Iya," jawab Saka yang membuat Arini tak mampu mengedipkan matanya.
What? Dia membelikan
Bab 1 Dokter Tampan pemikat hati
29/11/2023
Bab 2 Pulang ke Jakarta
01/06/2024
Bab 3 Dr saka adiknya devian
01/06/2024
Bab 4 Pengkhianatan cinta
01/06/2024
Bab 5 Di balik cincin
01/06/2024
Bab 6 Donor untuk dr saka
01/06/2024
Bab 7 Alya sakit
01/06/2024
Bab 8 Kepanikan dr saka
01/06/2024
Bab 9 Perhatian arini
01/06/2024
Bab 10 Perasaan aura
01/06/2024
Bab 11 Devian membutuhkan Saka
06/06/2024
Bab 12 Ciuman pertama Arini
06/06/2024
Bab 13 Kejadian semalam
06/06/2024
Bab 14 Hubungan serius
08/06/2024
Bab 15 Amarah Saka
08/06/2024
Bab 16 Janji Arini
08/06/2024
Bab 17 Bertemu musuh bebuyutan
08/06/2024
Bab 18 Menjadi kekasih
08/06/2024
Bab 19 Kesepakatan berdua
11/06/2024
Bab 20 Orang itu adalah Aura
11/06/2024
Bab 21 Pilihan yang sulit
11/06/2024
Bab 22 Gadis penolong itu adalah Arini
11/06/2024
Bab 23 Kakek Rendra adalah kakeknya dokter Saka 2
12/06/2024
Bab 24 Pekerjaan yang berat
12/06/2024
Bab 25 Hari pertama
12/06/2024
Bab 26 Paman buat Alya
13/06/2024
Bab 27 Pekerjaan yang melelahkan
15/06/2024
Bab 28 Momen terakhir
15/06/2024
Bab 29 Penyesalan ayah
15/06/2024
Bab 30 Lebih melelahkan
15/06/2024
Bab 31 Calon istri
19/06/2024
Bab 32 Perlakuan istimewa
19/06/2024
Bab 33 Rasa penasaran Aura
19/06/2024
Bab 34 Gaun
22/06/2024
Bab 35 Calon cucu menantu
22/06/2024
Bab 36 Untuk Arini
22/06/2024
Bab 37 Rencana pernikahan
22/06/2024
Bab 38 Kotak perhiasan untuk Arini
22/06/2024
Bab 39 Lamaran
24/06/2024
Bab 40 Cantik
27/06/2024
Buku lain oleh Suzy Ru
Selebihnya