Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
Pov. Gia
Sudah deh, gue gak tahan. Gue capek sama hidup gue, Kalo begini terus gue bisa mati.
Gue akhirnya mutusin pindah ke korea. Gue sedang membenci tanah air gue untuk saat ini. Gue benci kata "Rumah". Gue mau cari rumah gue sendiri.
Meski nyokap nangis teriak-teriak, bokap gue sampai masuk UGD pas gue bilang mau pindah ke Korea untuk beberapa tahun ke depan, gue sekekeh itu untuk pindah ke Korea. Tiket sudah dibeli. Dan barang-barang gue udah dipacking. Seadanya, memang. Bahkan gak bawa HP.
Nothing to lose aja.
Alasan, kenapa Korea ? Karena sahabat sedunia sesuargaku insyaallah. Ama. Suka benget drama korea.
Dia luar sana, masyarakat sok tahu yang menyebut dirinya netijen dengan jempol-jempol haram mereka. Menyebutku "tauladan tak baik" dan any athers sebutan untuk bad human beainglainnya. Mereka menyumpahiku seolah aku sampah, bukan manusia. Terus berada di negara ini membuatku ingin mati. Sungguh ! Aku harus bertahan, aku harus hidup !
Hari itu sahabatku yang begitu lembut bernama Amanda, yang kusingkat Ama. Mengetuk kamarku. Sudah dua hari ku menangis dan merenungi nasib akibat melihat foto-foto fulgarku tersebar luas di internet. Sialnya lagi, aku tahu benar foto-foto itu adalah milik matan kekasihku Dirga...
Aku masih terlalu sedih buat buka pintu itu. Waktu itu Ama bilang sama aku "Ke Korea yuk, lagi winter di sana. Bagus deh"
Korea ? detik itu juga terlintas di benak gue untuk lari dari hidup gue yang sekarang. Mungkin gue bisa memulai sesuatu yang baru di sana.
Akhirnya tangis dua hari gue itu selesai seketika ketika Ama bilang "Korea". Gue buka pintu kamar gue dan dia dengan penuh tangis menyeruak ke pelukan gue. Dia nangis lebih lebay dari gue. Dia meluk gue dengan tangan gemetar "Gue pikir lo bakal bunuh diri" isaknya
"Tadinya" Gue juga ikutan nangis deh
Lalu dia menyeka air matanya dan menyeka air mata gue, dia menatap gue lama sekali "Shalat dulu yuk, ambil air wudhu"
Awalnya aku gentar. Apakah Allah masih menganlku ? Satu hambanya yang selalu bertolak dengan apapun yang diberikannya, satu hambanya yang selalu menolak untuk beryukur. Hingga mentok, jadi seperti ini. Dan tempat bersimpuh yang paling menenangkan itu adalah dihadapannya. Karena dia satu Tuhanku itu, tidak pernah menghakimi aku, dia selalu menerima aku tak peduli sebergelimang apa dosaku ini.
Setelah shalat malam, ditemeni Ama. Sahabatku itu tidak pernah meninggalkanku. Dia menemaniku menangis di atas sejadahku, dia menemani aku mengaji tak peduli seterbata-bata apa aku. Dia menggenggam tanganku. Dia ada, setidaknya satu orang tidak meninggalkanku..
Sejak hari itu aku mantap berhijab. Ini adalah awal baruku. Tertawa saja, aku sudah tidak peduli dengan netijen sekalian.
🌸
Keluar dari kamar pagi itu, barang-barang gue sudah dimasukkan ke mobil Alphard hasil kerja keras gue ! Mama di rumah sakit, dia masih terlalu membenci gue karena keputusan ini. Papa masuk rumah sakit semenjak beberapa hari yang lalu.
Di ruang makan ada pengacara gue Om Singgit, Ama dan Restu suaminya Ama. Mereka sengaja tunggu gue, buat sarapan bareng sebelum berangkat ke Bandara. Kalau Om Singgit, gua curiga dia kemari karena disuruh papa dan kakak-kakak gue.