Jika janda adalah kesalahan, lalu siapa yang akan kau salahkan? Tuhan?!? atau dia yang meninggalkan wanita itu? ini cerita tentang si Janda yang tak kunjung menemukan bahagia
"Apa?!!"
"Janda?"
Ucapannya yang begitu keras dan melengking membuat suasana yang awalnya hangat menjadi hening. Alisnya terangkat dengan wajah sangat terkejut. Bukan hanya itu, tawa mengejek juga keluar dari bibirnya. Mengejek pada dirinya, ibunya dan juga pemilik rumah.
Tak peduli jika ada hati yang berdarah karena ucapannya. Dirinya hanya melampiaskan rasa marah, tidak percaya sekaligus kesal. Sangat tidak percaya dengan pilihan dan pemikiran ibunya itu. Dari semua status di dunia ini, kenapa status itu yang menjadi pilihan ibunya. Sungguh, ia tak habis pikir.
Ia pikir ada kejadian apa sehingga sang Mama menyuruhnya kesini dengan cepat dan tergesa-gesa. Bahkan pikiran buruk terus menghantui saat perjalanan. Terus berdoa supaya yang diatas melindungi wanita yang dicintainya ini. Namun, saat sampai disini, orang yang dikhawatirkan malah tertawa tanpa dosa. Lalu dengan entengnya bicara tentang perjodohan dan pernikahan.
Dua hal yang tak terlihat tapi menentukan kehidupan sepanjang masa. Memenjara secara tak kasat mata. Membebani kehidupan dan pikirannya. Tindakan yang tak bisa diambil terburu-buru. Harus dipikirkan secara matang dengan kemantapan hati tanpa keraguan sedikitpun. Harus dengan pertimbangan yang begitu teliti karena menyangkut masa depan. Pengorbanannya pun tak main main, ada dua hati, dua jiwa dan dua keluarga yang dipertaruhkan. Namun Mamanya dengan ringan mengatakan tentang itu seolah sedang memilih minuman jus alpukat atau jus jambu favoritnya.
Apa Mamanya tak tahu kalau kegagalan dalam rumah tangga itu akan berakibat pada kehancuran mental dan fisik? Dan Rendra sungguh tak habis pikir Mamanya sanggup melihat hidupnya hancur karena kesalahan besar tanpa pertimbangan ini.
Di hatinya sudah ada satu wanita dan dia yang akan menjadi tujuan hidup Rendra. Bukan malah wanita janda seperti di hadapannya saat ini. Jangankan menikah dengan janda, memikirkannya saja tak pernah terbesit di otak Rendra. Tak pernah ada rencana itu dalam buku kehidupannya.
"Iya. Memangnya kenapa? Tidak ada yang salah dengan status itu." Yuanita, Mama sang pria yang menolak perjodohan dengan janda menjelaskan dengan tenang bak air dalam galon. Tanpa tahu bahwa dalam diri putranya sudah seperti air ombak yang siap menerjang apapun di lautan.
"Tidak ada yang salah?" Rendra menatap Mamanya tidak percaya. Apa katanya? Tidak salah? Justru ini adalah kesalahan terbesar yang akan sangat ia sesali seumur hidup. Kesalahan yang takkan pernah dilupakan. Menikah dengan janda.
Rendra tertawa mengejek pada ucapan Mamanya. Tertawa seperti orang kesurupan. "Justru kesalahan terbesar adalah menikahinya, Ma," ucapnya menusuk. Menunjuk wanita yang kini tengah menunduk dengan meremas kedua sisi dressnya.
"Ma, Rendra bisa mendatangkan seribu! Oh tidak, satu juta gadis perawan di hadapan Mama besok pagi jika Mama ingin. Kenapa harus janda?" Matanya menyipit, memberikan penawaran pada Mamanya. "Atau kalau Mama tidak sabar, sekarang kita pulang dan aku pastikan semua gadis perawan di kota ini ada di rumah kita."
"Rendra!" panggil Mamanya penuh penekanan. Tidak percaya putra kesayangannya mampu berkata sekejam itu. Dirinya ikut sakit dengan ucapan pria yang dibesarkan penuh kasih sayang itu. Apalagi wanita yang memiliki status itu, kini hanya mampu diam. Nyonya Yuanita merasa sangat bersalah pada calon menantu dan juga sahabatnya, sang calon besan. "Jaga ucapanmu!"
"Ucapanku tidak ada yang salah. Tapi pilihan Mama!"
"Rendra!"
"Ma, aku itu kaya, tampan, berwibawa, sukses dan dipuja banyak wanita. Aku bisa menikah dengan wanita manapun yang aku mau!" Rendra mulai menyombongkan diri supaya Mamanya sadar siapa dirinya. Menyadarkan perbedaan
"Asal Mama tahu, di setiap sudut kota ini banyak wanita yang antri meski hanya minum teh denganku. Mereka bahkan rela memberikan keperawanannya padaku hanya untuk bisa jalan ke mall denganku. Lalu kenapa Mama bisa berpikiran sesempit ini untuk menikahkanku dengan seorang janda?" Rendra berkali-kali menyugar rambutnya frustrasi.
"Ma, dia itu janda. Mama tahu kan artinya janda? Apa mama tidak salah?"
Rendra menyugar rambutnya. Mengusap wajahnya kasar. Frustrasi dengan pemilihan ibunya. Sungguh dia tidak habis pikir dengan wanita paruh baya di hadapannya. Apa perlu bukti betapa ia disanjung dan dipuja oleh semua wanita dan juga gadis? Jadi, kenapa harus dengan seorang janda? Ini janda yang artinya ia pernah menikah dan gagal. Bukan hanya perkara ranjang, tapi pernikahan pertamanya saja batal. Bagaimana dengan pernikahan selanjutnya? Sebesar apa jaminan yang diberikan bahwa pernikahan ini akan utuh?
Jangankan satu, seribu wanita pun akan datang sekarang juga. Cukup menulis di sosial media bahwa ia mencari wanita yang mau melamarnya sekarang juga. Tidak hanya itu, ia yakin seribu persen bahwa mahar yang diberikan pun akan sangat menggiurkan. See, mahar pun yang membawa pihak perempuan bukan dia. Jadi, jika ia bisa mendapatkan mahar kenapa harus memberi?
"Tapi Mama sangat menyukainya. Mama yakin hanya dia yang bisa membuat kamu bahagia, Ren."
"Bahagia?" Rendra tertawa sangsi. Kini tawanya meledak sepeerti seorang komedian. "Mama tahu definisi bahagia?"
"Tentu ...."
"Dan bahagia ku bukan dia! Bukan seorang janda!"
Setelah mengucapkan itu Rendra berjalan ke pintu utama dari rumah bergaya metropolis itu. Namun langkahnya kembali terhenti karena cekalan di tangannya. Sang ibu sebagai pelaku, memperlihatkan sorot mata penuh permintaan dan pemahaman.
"Rendra, coba kamu kenalan dulu dengan dia," pinta ibunya. "Setidaknya kamu bisa memutuskan setelah mengenalnya lebih dekat." Selain harga diri, ada hubungan berharga tak kasat mata yang dipertaruhkan.
Sungguh tidak mengenal putus asa wanita paruh baya itu. Terbesit rasa kagum. Di usianya yang menginjak setengah abad ia masih cantik dan energik. Lagipula zaman sekarang ada berbagai macam perawatan yang bisa membuat wajah menjadi lebih muda dan cantik. Bukan hanya lebih glowing, wajah akan menjadi bercahaya dan kerutan hilang.
Sebenarnya ia sangat bangga pada anaknya. Tak pernah sekalipun ia mendengarkan anaknya mengeluh tentang pekerjaan kantor. Bukan dia tidak khawatir, namanya saja anak. Rasa itu pasti menyelinap datang. Terkadang setiap orang punya alasan berusaha kuat meskipun dirinya sudah lelah.
"Apalagi, Ma?"
"Setidaknya kenalan dengannya dulu," pinta Yuanita tulus.
Apalah arti status yang melekat. Terdengar horor dan rasa kasihan. Namun, baginya kebaikan hati mengalahkan segalanya. Definisi dari kesempurnaan seorang wanita hanya mampu ia temukan pada seorang Melda Ranggaswangi. Itu yang kini berada di pikiran seorang Yuanita Sterella.
Yuanita tahu cinta tak bisa dipaksa, tapi cinta akan datang karena terbiasa. Dan dirinya yakin Rendra serta Melda akan hidup bahagia dengan pepatah itu. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Maka dari itu ia berusaha membujuk putranya.
"Mama mohon, kenalan dengannya dahulu."
Membetulkan posisi, menatap kedua mata tua ibunya dengan memegang pundak tua itu, Rendra berkata, mencoba memberi penjelasan secara rinci, "Ma, apapun yang terjadi, Mama tetap prioritas Rendra. Apapun yang Mama inginkan akan dengan cepat aku kabulkan. Kenapa? Karena Mama lebih berharga dari apapun.
Tapi maaf, untuk satu permintaan ini Rendra tidak dapat mengabulkannya. Rendra mencintai orang lain dan hanya dia yang akan menjadi pendamping hidupku."
"Mama tidak suka dia," tolak Mamanya. Memalingkan wajahnya ke samping. Ada beberapa hal yang sudah diketahui kejelekan pilihan putranya itu, tapi Rendra sama sekali tak percaya.
"Kenapa? Dia lebih baik beribu kali dibanding Janda itu, Ma." Tanpa berpikir Rendra bisa mengingat semua kebaikan Niken. Hanya dia yang Rendra cintai dan itu takkan terganti.
"Ayolah, Ma. Sekali saja, turuti Rendra. Urungkan rencana perjodohan ini."
Dengan berat hati ia memohon pada ibunya untuk membatalkan perjodohan ini. Selain tak ada cinta, status Melda membuatnya enggan berpikir berkali lipat.
Janda?!
Apa kata dunia?
Bab 1 Penolakan garis keras
09/09/2022
Bab 2 Salah bicara
09/09/2022
Bab 3 Luka dalam hati
09/09/2022
Bab 4 Tetap ditolak
10/09/2022
Bab 5 Langkah pertama
10/09/2022
Bab 6 Ambil alih
11/09/2022
Bab 7 Langkah kedua
11/09/2022
Bab 8 Kebahagiaan tanpa kata
12/09/2022
Bab 9 Tanpa sepengetahuan
12/09/2022
Bab 10 Ujung maut
13/09/2022
Bab 11 Perban hati
02/10/2022
Bab 12 Hukuman indah
03/10/2022
Bab 13 Lomba senam jantung
03/10/2022
Bab 14 Pilihan sulit
03/10/2022
Bab 15 Pilihan buruk
03/10/2022
Bab 16 Demi jiwa yang bahagia
04/10/2022
Bab 17 Spesial momen
04/10/2022
Bab 18 Ditemani sunyi
04/10/2022
Bab 19 Bermain bersama
04/10/2022
Bab 20 Welcome home
04/10/2022
Bab 21 Hidup mandiri
04/10/2022
Bab 22 Luka yang indah
04/10/2022
Bab 23 Terapi hati dan telinga
04/10/2022
Bab 24 Teriakan dari surga
04/10/2022
Bab 25 Tidak terlihat
13/10/2022
Bab 26 Rumah berhantu
18/10/2022
Bab 27 Iri tidak pada tempatnya
18/10/2022
Bab 28 Santai bersama
22/10/2022
Bab 29 Pagi panas menyengat
27/10/2022
Bab 30 Tak terencana
27/10/2022
Bab 31 Mie rasa soto
03/11/2022
Bab 32 Malam hari tegang
04/11/2022
Bab 33 Pelan-pelan saja
06/11/2022
Bab 34 Sarapan pagi
07/11/2022
Bab 35 Menyapa ramah
08/11/2022
Bab 36 Sarapan pagi
08/11/2022
Bab 37 Tahap satu
09/11/2022
Bab 38 Makan sate
10/11/2022
Bab 39 Soto daging
11/11/2022
Bab 40 Maaf tidak tulus
11/11/2022