Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
Renata Valencia. Seorang gadis yang sering kali di sapa Renata dilingkungannya, gadis itu memiliki bentuk tubuh yang hampir sempurna di mata semua orang yang melihat ke arahnya. Banyak yang bilang, jika seorang Renata adalah seorang gadis yang memiliki nasib sangat beruntung, termasuk teman-teman gadis itu yang hampir setiap kali melontarkan ucapan itu padanya. Namun, berbeda dengan hal yang gadis itu jalani setiap hari.
Renata Valencia, juga merupakan salah satu putri dari seorang pengusaha yang terkenal dan kini sudah memiliki banyak cabang yang tersebar di beberapa negara ternama, tak jarang jika kedua orangtuanya sangat sibuk setiap saat. Lalu, membuat gadis itu hanya tinggal bersama Bik Dinah yang memang sudah hampir delapan tahun tinggal bersamanya.
"Ini gue yang terlalu cepat tumbuh kembang atau waktu yang gak terasa cepat berjalan sih? Perasaan baru aja kemaren gue daftar buat masuk SMP, masa sih sekarang udah SMA aja," celoteh Renata yang tengah tidur di ranjangnya, dengan tatapan yang ia lemparkan pada langit-langit kamarnya.
"Heran deh gue," lanjut Renata yang kini menutup wajahnya dengan sebuah bantal.
Tok... tok... tok..
Suara ketukan pintu membuat Renata mengalihkan pandangannya pada pintu kamarnya.
"Non Renata, makan malam dulu, Non! Bibi udah masak banyak nih buat Non Renata," ucap Bik Dinah lembut seraya mengetuk pintu kamar Renata dari luar.
"Iya bik, bentar lagi aja deh. Belum lapar," sahut Renata.
"Makan sekarang atuh Non, dari tadi Non Renata belum makan. Nanti sakit, Non!" sahut Bik Dinah yang masih setia dibalik pintu kamar Renata.
"Udah aku bilang, aku gak lapar, Bik!" teriak Renata yang kini mengambil selimutnya dan menutupi tubuhnya.
Setelah gadis itu mengucapkan kata-katanya, kini tak ada sahutan apapun dari Bik Dinah yang berada di luar.
Namun, setelah beberapa lama kemudian pintu kamar gadis itu kembali berbunyi menampilkan beberapa suara ketukan tentunya.
"Non, bibik boleh masuk?" panggil Bik Dinah, yang kini tak mendapati sahutan apapun dari sang pemilik kamar.
"Enggak terkunci ternyata," gumam Bik Dinah yang memutuskan untuk masuk ke kamar Renata, dengan sebuah nampan yang berisi makanan dan minuman disalah satu tangannya.
Melihat Renata yang tengah tidur, membuat seorang wanita paruh baya itu tersenyum dan kemudian menaruh nampan yang ia pegang pada meja kecil yang tidak berada jauh dari ranjang Renata.
Bik Dinah sangat sayang pada Renata, bahkan wanita itu telah menganggap Renata seperti mengasuh anaknya sendiri.
"Non Renata, bibi udah siapin makanan nih buat kamu. Makan dulu ya sebentar, sedikit aja gak apa-apa yang penting kamu harus makan," ucap Bik Dinah lembut dan sesekali membelai lembut rambut gadis yang berada di depannya itu.
"Ntar aja Bi, Renata gak lapar," jawab Renata malas.
"Sedikit aja non makannya. Bibi, udah masak makanan kesukaan Non Renata loh. Kasihan kalau enggak dimakan," ucap Bik Dinah.
"Mau ya Non makan sedikit aja, bibik suapin," ucap Bik Dinah yang sebisa mungkin untuk merayu Renata.
"Hmm, iya deh," sahut Renata yang kini bangkit dari tidurnya.
"Nah, gitu dong, Non! Kan bibik jadi seneng," ucap Bik Dinah semangat, dengan cengiran bahagianya.
"Hmm, tapi aku makannya cuma sedikit aja yaa, Bi!" ucap Renata.
"Iya, siap non," sahut Bi Dinah dengan senyumnya.
"Bi," panggil Renata yang selesai mengunyah makanan dimulutnya.
"Iya? Ada apa non?" sahut Bi Dinah lembut.