icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Mama Polos Dan Bayi Jenius

Mama Polos Dan Bayi Jenius

Laila

5.0
Komentar
301.1K
Penayangan
146
Bab

Enam tahun lalu, wanita itu masuk ke ruangan yang salah dan menghabiskan malam yang liar. Namun, dia tidak ingat apa-apa tentang pria itu. Yang lebih parah, dia hamil. Untuk melahirkan bayinya, dia meninggalkan rumahnya dan memulai hidup baru. Kedua kali dia bertemu dengannya, dia bekerja sebagai sekretarisnya. Pria itu juga sepertinya melupakannya, tetapi pria itu hampir tidak bisa menahan keinginan untuk dekat dengannya.

Bab 1 Mempertahankan Janin Ini

Pada malam hari, di langit malam sebuah kota kecil pinggiran pantai, terlihat banyak sekali bintang bertaburan, terlihat lebih jelas dibandingkan dengan langit perkotaan. Gemerlap bintang berkelap-kelip dengan indah, menerangi langit kota.

Di tepi pantai, terlihat seorang gadis sedang berdiri dan menatap ke kejauhan. Dia baru saja bertengkar dengan ayahnya karena dia menolak untuk berangkat ke luar negeri. Dia mengunjungi kota kecil pinggiran pantai ini secara impulsif, degan maksud menjernihkan pikirannya, tetapi ayahnya telah melacak keberadaan gadis ini dengan GPS. Ayahnya mencarinya sejauh ini dan memintanya untuk pulang bersamanya besok. Selama kunjungannya beberapa hari di sini, dia mulai menyukai kota kecil tepi pantai ini, membuatnya nyaman dan merasa seperti di rumah sendiri. Dia tidak tahu apakah bisa merasa nyaman seperti ini lagi bila pergi ke luar negeri.

Suara deburan ombak menghempas tepian pantai terdengar begitu melankolis. Hari ini adalah hari terakhirnya di kota tepi pantai ini, jadi dia ingin menikmati momen ini selama mungkin.

Tiba-tiba, muncul kilauan sinar kembang api yang dengan terangnya menghiasi langit malam. Sayangnya, kilauan itu hanya melesat sekilas saja, dan dia malah menjadi sedikit galau. Pada saat yang sama, dia melihat beberapa huruf berukuran besar tertera di langit. Terlintas di benaknya, "Orang yang bernama Jessica pasti sangat bahagia menyaksikan kembang api ini."

Dia telah menyusuri kota kecil tepi pantai ini seharian hingga dia merasa sedikit lelah. Akhirnya, dia meninggalkan pantai dan menuju hotel. Setelah mandi, dia berbaring di tempat tidur dan memejamkan mata, tetapi tetap tak bisa tertidur. Selama beberapa hari ini, dia kerap menolak untuk pergi ke luar negeri, tapi pada akhirnya menyerah dan menuruti kehendak ayahnya. Lalu, untuk apa dia kerap melawannya sejak awal?

Saat sedang tenggelam dalam pikirannya, dia mendengar seseorang mendorong pintunya hingga terbuka. Tetapi, siapa yang masuk ke kamarnya malam-malam begini?

Di ruangan yang gelap, dia tidak bisa melihat apapun, tetapi dia bisa mendengar ada suara benturan. Dia tidak berani membuat suara hingga seorang pria yang baru masuk itu berbaring di tempat tidur di sebelahnya, bau alkohol. Dia mengira pria itu salah masuk kamar. "Hei, kamu salah kamar," ucap gadis itu dengan ragu sambil mencoleknya.

Malam ini, dia berubah dari seorang gadis polos menjadi seorang wanita dewasa. Saat fajar, dia mengambil sesuatu dan langsung beranjak pergi.

Setelah berjalan keluar dari kamar, dia melihat nomor kamar dan menyadari bahwa dialah yang salah masuk kamar.

Setelah kembali ke rumah, dia terus terngiang tentang apa yang terjadi malam itu. Bagaimanapun juga, dia telah kehilangan keperawanannya.

Liburan musim panas selama tiga bulan berlalu begitu saja dalam sekejap mata. Tapi baru-baru ini, dia sering muntah dan kurang selera makan, hingga membuat cemas sang ayah. Oleh karena itu, dia diantar ke rumah sakit oleh keluarganya untuk diperiksa, dan mendapati bahwa dirinya tengah hamil.

Dia langsung dicekam oleh rasa ketakutan. Dia tidak pernah menyangka bahwa dia telah hamil. Untuk pertama kali, ayahnya, Edwin Salim, yang selalu baik terhadapnya, membentak gadis itu dengan kemarahan. "Marina Salim, bisa-bisanya kamu begitu tidak tahu malu? Siapa ayah dari kandunganmu itu?"

Marina menggelengkan kepalanya tanpa sepatah kata pun. Dia tidak mampu mengenali secara jelas wajah pria yang bersamanya malam itu.

"Kamu tidak mau memberitahuku, ya?"

"Ayah, aku... "Aku juga tidak tahu siapa dia", balasnya tergagap."

"Gugurkan kehamilanmu. Jika kamu membesarkan janin ini, hidupmu akan hancur."

Mendengar ini, wajah Marina langsung menjadi pucat. Wajahnya berlinang air mata sambil menatap ayahnya, lalu menggelengkan kepalanya. "Ayah, Aku ingin mempertahankan janin ini."

Edwin langsung menunjuk ke arah pintu dan jarinya gemetaran karena amarah. "Keluar. Mulai sekarang, kamu bukan putriku lagi!"

Marina dengan pelan memegang perutnya dan menggigit bibirnya. Dia bertekad untuk mempertahankan janin tersebut apa pun yang terjadi.

Kemudian, saat dia sedang mengemasi barang-barang, dia berkata pada Ibunya, "Bu, aku benar-benar minta maaf. Aku akan pergi malam ini."

Sambil memegang tangan putrinya, Leni berkata, "Marina, Ayahmu hanya sedang terbawa emosi sekarang. Dia pasti akan mengunjungimu dalam beberapa hari ke depan."

Tetapi Marina tidak ingin mengambil resiko dipaksa untuk melakukan aborsi, jadi, dia memutuskan untuk pergi. Malam itu, dia meninggalkan rumah tempat dia dibesarkan selama delapan belas tahun ini. Dia tidak tahu ke mana lagi harus pergi, tidak ada pilihan selain meneruskan perjalanan seperti air mengalir.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku